Cerita bidan di pelosok Bekasi, gotong ibu melahirkan naik getek
Merdeka.com - Cerita perjuangan penjual jasa di pelosok selalu mengundang haru dan takjub. Kali ini cerita itu datang dari Nurawanah (29), seorang bidan PPT (Pegawai Tidak Tetap) di Muaragembong, Bekasi. Sudah sejal tahun 2009, Nurawanah melayani ibu yang hendak melahirkan di sana.
Suka dan duka dia lalui. Apalagi sebagai bidan yang bertugas di pelosok bukanlah hal yang mudah bagi wanita tinggi semampai ini.
"Paling sedih nolong lahiran pasiennya darah tinggi. Sudah jauh tempatnya, hujan, saya harus nyeberang kali dan membawa ibu itu digotong ke getek (perahu kecil) melewati sungai dan teman-teman saya tidak ada, enggak ada yang mau karena jauh," kata dia kepada merdeka.com, Minggu (8/3).
-
Apa beban anak pertama wanita? Anak pertama perempuan sering kali menghadapi berbagai beban yang cukup berat, baik secara emosional maupun psikologis.
-
Siapa saja pengemis kaya raya di Indonesia? Berikut ini 5 pengemis yang ternyata kaya raya: Legiman di Pati, Jawa Tengah Pada tahun 2019, seorang pengemis bernama Legiman terciduk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dalam razia itu terungkap Legiman memiliki tabungan mencapai Rp900 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki tanah senilai Rp275 juta dan rumah senilai Rp250 juta. Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari. Sri Keryati di Jakarta Pusat. Dia kedapatan memiliki jumlah emas dan uang hingga Rp23 juta. Sri terjaring petugas dinas sosial saat tengah mengemis di JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Dari PMKS (penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) itu, petugas mendapatkan sejumlah emas, uang kertas sebesar Rp22.750.000 dan uang receh sebanyak Rp313.900. Sehingga totalnya berjumlah Rp23.063.900. Muklis di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menjaring pengemis bernama Muklis yang memiliki harta yang banyak. Muklis terjaring di Flyover Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat digeledah, Muklis kedapatan memiliki uang Rp90 juta. Uang itu dikumpulkan dari hasil mengemis selama 6 tahun. Uang tersebut dalam bentuk pecahan Rp100 ribu mencapai Rp80 juta. Uang pecahan Rp50 ribu total Rp10 juta. Uang pecahan Rp20 ribu, dan uang receh kecil sebanyak Rp250 ribu. Luthfi Haryono di Gorontalo Pengemis di Gorontalo, bernama Luthfi Haryono membuat heboh jagat media sosial. Luthfi juga berkedok sumbangan masjid dengan membawa proposal ilegal ke setiap rumah dan warung. Waktu ditangkap Luthfi kedapatan bawa uang Rp43 juta dan emas. Sri Siswari Wahyuningsih di Semarang, Jawa Tengah Siswari diketahui memiliki deposito sebesar Rp140 juta dan rekening tabungan sebesar Rp16 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki surat BPKB kendaraan roda dua. Pengemis terlihat sangat lusuh itu mempunyai tiga anak yang saat ini duduk di bangku kuliah. Bahkan ketiga anaknya kuliah di kampus ternama Kota Semarang. Anaknya yang pertama berinisial HMS kuliah di Universitas Perbankan (Unisbank) di Jalan Tri Lomba Juang, Kota Semarang. Kemudian anak kedua berinisial SMS kuliah di jurusan Bahasa Inggris, Universitas Sultan Agung (Unisula), Jalan Raya Kaligawe, Kota Semarang.
-
Apa profesi perempuan tersebut? Perempuan tersebut terlihat sedang menjamu tamunya dengan sangat baik.Mereka kemudian berbincang panjang dan menjelaskan masing-masing latar belakangnya. Perempuan pemilik warung sekaligus tukang pijat itu pun akhirnya mengaku bahwa ia bekerja di bidang tersebut karena terpaksa.
-
Siapa yang bilang melahirkan kena pajak? 'REZIM GAGAL? Harap hati-hati bagi para ibu-ibu kalau lagi hubungan sama suami yak, jangan sampai hamil-melahirkan ada pajak juga bagi ibu yang melahirkan,' tulis akun TikTok tersebut dalam video.
-
Dimana wanita tersebut melahirkan? Dia mencari bantuan untuk masalah medis yang dialaminya 18 tahun lalu saat melahirkan di rumah sakit.
-
Bagaimana perempuan pemilik warung itu mendapatkan uang? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.'Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,' ucap perempuan tersebut.
Namun dia tidak mau putus asa, bagi dia keselamatan ibu dan anak penting bagi dia. Apalagi dia sudah menempuh waktu selama satu jam untuk ke sana. Dia memutuskan untuk merujuk si ibu ke RSUD.
"Dari rumah, dia ke RSUD itu 3 jam. Saya nyari kendaraan susah saya sudah stres takut meninggal di tempat, proses merujuk pun lama. Di sana HB ibunya tinggal 6, nyaris meninggal dan sampai transfusi 20 kantong darah," kata dia berkaca-kaca.
Dia sempat lega, karena ibu tersebut bisa selamat. Tapi cobaan malah datang dari keluarga si ibu. "Keluarganya ada yang tidak mengerti. Mereka marah-marah ke saya karena saya rujuk jadi biayanya mahal. Tapi kalau yang mengerti mereka berterima kasih. Gara-gara itu saya kepikiran enggak mau jadi bidan lagi, stres," ucap dia.
Tapi menyelamatkan ibu melahirkan sepertinya sudah menjadi panggilan baginya. Dia tidak menyerah meski harus melayani pasien malam-malam dengan jarak tempuh yang menantang. "Penduduknya tinggalnya jauh-jauh harus masuk ke empang, kali, sampai hutan pesisir gitu," cerita dia.
Sudah jauh-jauh tak jarang balasan yang diterimanya tidak setimpal. "Pendapatan bidan di desa gaji pokok Rp 1,4 juta paling nolong lahiran juga ada yang utang, ada enggak bayar. Ya sudahlah. Ada yang anaknya 2 tahun elum juga bayar lahiran," tuturnya sedih.
Kini dia hanya inginkan perhatian dari pemerintah. Tidak banyak harapannya hanya status pegawai negeri untuknya. Dengan itu dia harapkan kehidupannya lebih sejahtera.
"Pengennya jangan dikontrak diangkat jadi PNS kerja jadi semangat lagi karena sudah menanggung resiko, kita banyak resiko tapi kita wallahu alam saja," katanya menutup perbincangan.
Kemarin Nurwanah bersama ratusan bidan PPT lain mengharapkan pemerintah mau mengangkat mereka menjadi PNS tahun ini. "Tema yang kami angkat selamatkan ibu melahirkan,sejahterakan bidan PTT yang banyak bekerja di pelosok," jelas Ketua Forum bidan PTT Lilik Dian Ekasari kepada merdeka.com di lokasi, Jakarta, Minggu (8/3).
Dalam perhelatan ini hadir sejumlah tokoh perempuan dan menteri dari kabinet kerja presiden Jokowi, yaitu Siti Nurbaya, Susi Pudjiastuti, Puan Maharani, Nila Moeloek, khofifah Indar Parawansa, Retno Marsudi. Sementara ibu negara Iriana Joko Widodo dikabarkan berhalangan hadir. Dalam kesempatan itu, presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri memberikan pidato singkat dengan tema 'tahun penentuan bagi perempuan Indonesia'.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putuskan Lahiran di Jepang, Wanita WNI Ini Kaget Dapat Bantuan Rp 50 Juta Lebih
Baca SelengkapnyaAN melahirkan secara normal seorang bayi laki-laki. Persalinan itu terjadi di atas perahu getek.
Baca SelengkapnyaBuntut kejadian itu, Apdesi Jember hari ini akan melakukan aksi ke Dinas Kesehatan dan DPRD Jember untuk mencari solusi konkret.
Baca SelengkapnyaTampak seorang ibu tanpa dibantu tenaga medis melahirkan di pelabuhan Pantai Kartini.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaPeristiwa miris tersebut viral di media sosial, ibu yang hendak melahirkan di Jember malah ditolak bidan desa
Baca SelengkapnyaKepala bayi terputus dan tertinggal dalam rahim sang ibu saat melahirkan di puskesmas Bangkalan.
Baca SelengkapnyaDia nekat kabur dari rumah demi menghindari tagihan utang. Di tanah perantauan, sosoknya tinggal di gubuk sederhana.
Baca SelengkapnyaMisiyati merupakan satu dari enam bidan yang bertugas di Rumah Bersalin Desa Sarongan.
Baca SelengkapnyaSeorang bayi bernama Aditya harus mengalami masalah kesehatan yang hampir merenggut nyawanya.
Baca SelengkapnyaImas, ibu dari dua anak di kampung Bandung Barat membocorkan berapa biaya hidup dalam satu bulan saat hidup di kampung.
Baca SelengkapnyaPerjuangan manusia silver cari uang untuk bayar biaya melahirkan istrinya ini viral, bikin haru.
Baca Selengkapnya