Cerita di balik rumah putih yang kokoh diterjang longsor dahsyat
Merdeka.com - Sejak kali pertama longsor Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Banjarnegara Jawa Tengah, ramai kabar rumah putih yang selamat dari terjangan longsor dari Bukit Telaga Lele. Di antara puluhan rumah yang tertimbun longsoran Bukit Telogo Lele, sebuah rumah bercat dan kebun yang berada tepat di samping lokasi longsoran tidak tersentuh sama sekali.
Berbagai spekulasi pun berkembang hingga ada yang mengatakan rumah putih yang masih kokoh tegak berdiri tersebut adalah milik seorang ustaz. Rumah bercat putih dan kebun jagung yang berjarak tidak jauh dari Bukit Telogo Lele masih berdiri tanpa ada kerusakan berarti. Sementara daerah di kelilingnya telah luluh lantak ditenggelamkan oleh longsoran tanah.
Banyak cerita soal rumah bercat putih yang selamat itu. Meski demikian sebagian besar penghuni rumah itu ternyata ikut tewas terkubur longsoran. Lalu benarkan rumah itu milik seorang ustaz? Lalu siapa saja penghuni rumah putih itu yang selamat dari bencana dahsyat itu? Berikut kisahnya:
-
Siapa saja yang menjadi korban longsor? Empat korban itu yakni; Caisar Sofian (28), Putri Amanda (26), Sofia Putri (10) dan Ghibran Naufa (5).
-
Siapa yang terdampak banjir dan longsor di Pesisir Selatan? Data sementara hingga Senin (11/3), 21.000 keluarga (KK) terdampak dengan kerusakan rumah, fasilitas umum, lahan pertanian dan peternakan, yang ditimbulkan bencana itu.
-
Siapa yang menjadi korban longsor di Sragen? Jasad Sutarmi, salah satu penghuni rumah itu, ditemukan pada Minggu (3/3) malam.
-
Apa yang menyebabkan kampung di Jakarta Barat ini tenggelam? Ditambahkan Ji’I, jika salah satu pemicu daerah tersebut tergenang adalah masifnya pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan. Diceritakan jika tahun 1988 sebuah kompleks pergudangan dibangun hingga mengorban resapan air. Akibatnya air saat hujan jatuh dan menggenangi kampung tersebut sehingga terkumpul.
-
Bagaimana warga Pesisir Selatan terdampak banjir dan longsor? 'Warga sudah kembali ke rumah mereka, namun terkendala air bersih. Untuk bantuan cukup banyak, hari ini juga akan kita distribusikan kepada warga,' tuturnya.
-
Bagaimana keadaan korban longsor? Sebanyak 23 orang korban banjir dan lonsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Pemilik rumah bukan ustaz, warga biasa
Rumah bercat putih yang selamat dari hantaman gelombang longsor disebut-sebut seorang ustaz di daerah itu. Namun ternyata kabar itu tidak benar. Rumah tersebut milik Bapak Mukheri."Itu bukan rumah ustaz mas, itu rumah Pak Mukheri yang tinggal bersama istri serta anak menantu dan cucunya," ujar seorang tetangganya yang tinggal tak jauh dari rumah putih tersebut, Wali Setiawan (36) saat ditemui di posko pengungsian dusun Alian Desa Ambal.Saat dikonfirmasi tentang keberadaan ustaz yang disangka tinggal di rumah putih tersebut, Ruwiyah mengemukakan, justru rumah sang ustaz berada di bawah rumah tersebut. "Yang saya tahu kondisi rumahnya rusak berat dan kami tidak tahu keberadaannya," ucapnya.Selain Wali, Ruwiyah (35) yang bertetanggaan dengan rumah bercat putih itu mengemukakan, keseharian tetangganya bekerja di Pasar Karangkobar. "Kalau tidak salah, sehari-harinya berdagang di pasar. Kami mengenal Chotimah adalah orang yang baik," ucapnya.
Menantu dan cucu pemilik rumah putih selamat
Rumah bercat putih dan sepetak kebunnya selamat dari hantaman longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Banjarnegara Jawa Tengah. Namun sang pemilik rumah, Pak Mukheri, istri, anak dan cucunya turut menjadi korban tewas tertimbun longsoran.Meski demikian ada dua orang penghuni rumah putih yang selamat. Dua orang itu adalah Chotimah sang menantu Pak Mukheri dan Wawan Wahyuni, cucu Pak Mukheri yang lain.Chotimah dan Wawan kini berada di Puskesmas. Meski selamat keduanya harus menjalani perawatan karena kondisi yang mengenaskan saat terjadi bencana.
Hamil 9 bulan, menantu pemilik rumah putih selamat dari longsor
Chotimah (25) sendiri saat kejadian sedang menjemur pakaian saat kejadian. Da mengaku melihat longsor yang menimbun puluhan rumah di Dusun Jemblung pada hari Jumat (12/12) sekitar pukul 17.30 WIB itu. Ketika itu dirinya tengah berada di luar rumah. Melihat adanya longsoran, dia kemudian menarik Wawan dan lari keluar rumah. "Longsor dari atas bukit, turun seperti ombak. Saya langsung lari ke dalam rumah dan menarik Wawan dan lari keluar rumah," jelasnya.Namun longsoran bergerak lebih cepat, hingga dia dan keponakannya terseret material longsor hingga puluhan meter dengan kondisi badan yang tertimbun longsor sampai leher. Beruntung, dia dan Wawan selamat. Kondisi ini berbalik dengan yang dialami suami dan anaknya. "Saya lihat suami dan mertua saya tergulung material longsoran, tapi saya tidak melihat Dafa (anaknya)," katanya di Puskesmas Karangkobar.Kini Chotimah sedang dirawat di Posko pengungsian Desa Karangkobar, ia harus beristirahat cukup guna memulihkan tenaga untuk menjalani proses kelahiran, karena saat ini Chotimah sedang hamil sembilan bulan. Sementara itu, Sanis (70) nenek Chotimah berencana akan mengajak, cucunya, Chotimah tinggal di Dusun Tekik yang berada di Desa Sampang.
Wawan, cucu pemilik rumah putih tertimbun longsor 9 jam
Selain Chotimah, Wawan Wahyuni ikut selamat dari dahsyatnya bencana longsor tertimpa bukit lele. Wawan tak lain adalah cucu Pak Mukheri, si pemilik rumah bercat putih. Meski demikian, Wawan juga mengalami nasib tragis.Saat longsor terjadi, Wawan tertimbun dan mencoba bertahan selama 9 jam dalam lautan lumpur yang perlahan menutupi dirinya. "Saya sempat melihat ke arah bukit, ada semacam asap yang keluar, kemudian api," kata Wawan.Saat itu, Wawan mengaku lumpur nyaris membekap seluruh tubuhnya, kecuali di bagian leher. Karena tanah yang menimbun masih lembek, Wawan berusaha mengeluarkan kedua tangannya yang sempat ikut tertimbun. Namun setelah bertahan selama 9 jam, Wawan akhirnya selamat.
Ini penjelasan mengapa rumah putih selamat dari longsor
Fenomena rumah putih yang masih tegak berdiri di antara bekas longsoran di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Banjarnegara Jawa Tengah, ternyata mempunyai penjelasan ilmiah tersendiri dari para geolog.Dalam beberapa penjelasan disebutkan lokasi rumah putih milik Mukheri itu masih kokoh berdiri karena aliran longsor yang berbelok ke arah kanan dan kiri di lokasi tersebut. Geolog dari Universitas Jenderal Soedirman, Indra Permanajati menganalisa struktur tanah yang berada di sekitar rumah Chotimah memiliki lapisan bebatuan berbeda dengan sekelilingnya."Batuan yang berada di lapisan tanah di bawah rumah putih tersebut, secara regional berjenis batu 'lempung Tuffan' yang memiliki karakteristik lebih kuat, dibanding bebatuan yang ikut longsor karena batuan yang dilingkupi pasir. Batu yang dilingkupi pasir itu, jika mengalami pemburukan sifat akan lapuk dan menyebabkan longsor," paparnya, Jumat (19/12).Selain jenis batuan yang berbeda, struktur bukit yang berada di wilayah tersebut berbentuk tekuk lereng, yakni berbentuk bukit kecil yang kemudian mendatar sedikit dan bergelombang.Kondisi ini, menurutnya, yang menyebabkan rumah putih tersebut selamat dari terjangan longsor di Dusun Jemblung, yang jenis luncurannya mengarah ke bidang terbuka dengan komposisi unsurnya dari tanah dan batu."Pada lokasi longsoran teramati longsoran seperti terbelah dua. Prediksinya, ada material yang resisten di tengah bagian bawah bukit itu (tekuk lereng), sehingga longsoran terbelah ke kanan dan ke kiri, " papar Indra.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban meninggal merupakan pasangan suami-istri, bernama Ida Bagus Eka Widya Cipta (40) dan Ida Ayu Putu Mutiari (38).
Baca SelengkapnyaTebing yang longsor diperkirakan mencapai tinggi 50 meter.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2010, kampung itu terkena lahar panas letusan Gunung Merapi. Kini yang tersisa hanyalah rumah-rumah tak berpenghuni
Baca SelengkapnyaWarga di kampung itu harus direlokasi setelah terjadi peristiwa longsor.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaKorban meninggal bernama Galih Adi Perkasa (23), Candra Agustina (20) dan Galang Naendra Putra (4).
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula saat kawasan sekitar dilanda hujan besar diikuti longsor.
Baca SelengkapnyaTerjangan tanah longsor meratakan dan mengubur beberapa rumah. Sementara, lebih dari 100 orang dikhawatirkan masih terkubur di bawah tanah. Simak selengkapnya!
Baca SelengkapnyaSaat ini material longsor belum dibersihkan, karena butuh penanganan dari pihak terkait,.
Baca SelengkapnyaSebelum kejadian, wilayah Kabupaten Tasikmalaya diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaTanah longsor menimpa Pesantren At-Taqwiim di Karangasem menyebabkan seorang santri meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan 14 jenazah di Kota Padang keluar dari kubur karena terbawa oleh tanah longsor yang menerjang area pemakaman tersebut.
Baca Selengkapnya