Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita dibalik jeruji seorang eks tahanan politik jaman PKI

Cerita dibalik jeruji seorang eks tahanan politik jaman PKI Sugiri Jatiraharjo. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Sugiri Jatiraharjo merupakan satu dari sekian banyak remaja yang ditahan di era kepemimpinan Presiden Soeharto. Kini, Sugiri sudah tak lagi sekuat dulu, rambutnya sudah memutih, kulitnya keriput dan bicara terbata-bata. Namun, di balik perubahan fisik yang dia alami, semangat perjuangan masih tetap membara di dalam hatinya hingga kini.

Sugiri sangat bersemangat saat diminta untuk menceritakan pengalaman menyakitkan yang harus ia terima pada masa-masa G30S/PKI dulu. Sugiri ditangkap saat berada di dalam kantor yang berlokasi di Kota, Jakarta Barat atas tuduhan terlibat gerakan kepemudaan yang menentang Soeharto.

"Awalnya saya ditangkap oleh sekitar 10 personel tentara lengkap dengan senjata api sewaktu saya sedang di kantor. Saya ditangkap alasannya ndak jelas. Pokoke saya hanya dituduh ngeberontak," ujar Sugiri kepada merdeka.com di Panti Jompo Abdi Waluyo Sejati, Jl Kramat V No 1C, Jakarta Pusat, Minggu (14/10).

Orang lain juga bertanya?

Pria lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Fakultas Pedagoki, Yogyakarta ini menyebut Soeharto diktator terkejam melebihi Hitler. Pasalnya, presiden kedua ini melakukan penangkapan tanpa dasar hukum dan hanya berlandaskan sentimen terhadap tertuduh.

"Soeharto itu diktator terkejam, lebih lebih dari Hitler. Dia menangkap orang tanpa dasar hukum, hanya berdasar sentimen, ndak seneng," tutur Sugiri dengan menggebu-gebu.

Sugiri bercerita, dia menjadi tahanan politik mulai tahun 1962 hingga 1979, selama di dalam tahanan ia bersama pemuda lainnya kerap mendapat penyiksaan fisik maupun batin. Bogem mentah dari sejumlah tentara menjadi menu makanannya sehari-hari.

"Wow bukan main setiap hari saya disiksa. Dipukul, dibanting, ditendang sudah ndak aneh lagi," ujarnya.

Selain bogem mentah tentara, para tahanan termasuk Sugiri diperlakukan seperti halnya hewan peliharaan. Kondisi ini terjadi ketika, dia dan sejumlah pemuda disuguhi makanan sebanyak lima sendok nasi ditambah lauk berupa 70 butir jagung mentah dicampur kerikil, pasir dan tanah.

"Jadi kita harus mencampur makanan itu sama air, biar kerikil, pasir sama tanahnya itu terpisah. Banyak juga yang mati karena kelaparan, dikasih makannya dua kali sehari, itu pagi dan sore," imbuh Sugiri dengan mata menerawang.

Tidak cukup penyiksaan yang dirasakannya, beberapa bulan setelah ditangkap, dia turut diasingkan ke pulau Nusakambangan, penjara yang biasa digunakan untuk menahan penjahat paling berbahaya.

"Disiksa juga kalau di sana (Nusakambangan). Malah kita dibantingin satu-satu," cerita Sugiri.

Pria yang melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik salah satu universitas di Jakarta ini melanjutkan, saat itu para tahanan berdiri berbaris di sebuah ruangan pengap dan diperintahkan duduk di atas lantai beralas semen.

Selanjutnya, sejumlah tentara memanggil nama mereka satu per satu. Pemanggilan itu bukan untuk memberi makanan atau pakaian, melainkan dibanting layaknya pemain judo yang sedang berlatih menjatuhkan lawannya.

"Saya dibanting tiga kali, yang banting tentara. Bayangin aja postur tubuh tentara gimana. Tapi saya sedikit tahu teknik judo, bagaimana posisi yang harus diambil setelah dibanting," tandas Sugiri.

Selain menjalani penyiksaan, dirinya bersama sejumlah orang lainnya dipindahkan dari Nusakambangan ke pulau Buruh, Maluku untuk menjalani kerja paksa. Dia mengungkapkan, tidak hanya pemuda, tapi juga ada sekelompok orang yang memiliki latar belakang lain turut menjalani kerja paksa.

"Di sana kita kerja paksa, namanya kerja paksa ya begitu, sama aja perlakuannya, ndak manusiawi. Tapi karena kebanyakan tahanan yang ditangkap itu orang-orang yang pintar dan punya berbagai macam keahlian jadi kita bisa buat macam-macam di sana," cerita Sugiri.

Setelah menjalani pelbagai penyiksaan dari satu tempat ke tempat lain, Sugiri baru dibebaskan pada 1979 atau 17 tahun sejak ditangkap. Selama dalam penahanan aparat, dia tidak pernah berkomunikasi atau berjumpa kembali dengan kedua orang tuanya.

"Waktu ditangkap itu umur saya 25. Ya sudah, sejak itu ndak pernah ketemu orang tua sampai bebas tahun 1979. Untung keduanya (orang tua) masih hidup waktu itu," pungkas Sugiri.

Kebebasan itu tidak lepas dari peran seorang tokoh melepaskan dia bersama para tahanan lainnya serta membawanya ke Jakarta. Ada satu alasan yang membuatnya mampu bertahan dari pelbagai siksaan yang ia alami, yakni semangat perjuangan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur kala itu.

Semangat inilah yang harus dicontoh generasi muda saat ini. Terlebih, banyak pemuda yang justru terlibat tawuran antar kalangannya sendiri. (mdk/dan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965

Indonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.

Baca Selengkapnya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Jejak Penjara Koblen Surabaya, Pernah Jadi Asrama Tentara hingga Pasar Buah
Menelusuri Jejak Penjara Koblen Surabaya, Pernah Jadi Asrama Tentara hingga Pasar Buah

Penjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
VIDEO: Pegi Blak-Blakan Perlakukan Tahanan Lain Selama di Penjara
VIDEO: Pegi Blak-Blakan Perlakukan Tahanan Lain Selama di Penjara

Pegi mengaku sempat berpindah blok saat berada di dalam penjara

Baca Selengkapnya
VIDEO: Pegi Diajak Hotman Makan Ramen Gratis Usai Menang Praperadilan Kasus Vina
VIDEO: Pegi Diajak Hotman Makan Ramen Gratis Usai Menang Praperadilan Kasus Vina

Pegi Setiawan menceritakan pengalamannya saat berada di dalam sel tahanan.

Baca Selengkapnya
Sederet Nama Eks Tahanan Politik yang Jadi Politikus Partai Gerindra
Sederet Nama Eks Tahanan Politik yang Jadi Politikus Partai Gerindra

Sejumlah nama yang aktif dan menjadi bagian dari Partai Gerindra ternyata memiliki masa lalu yang cukup kelam.

Baca Selengkapnya
Sosok Suparna Sastra Diredja Pembela Rakyat asal Garut, Tak Bisa Pulang di Negara Pengasingan hingga Akhir Hayat
Sosok Suparna Sastra Diredja Pembela Rakyat asal Garut, Tak Bisa Pulang di Negara Pengasingan hingga Akhir Hayat

Sosok ini bergerak masif di bawah tanah untuk mengajak rakyat melawan penjajah.

Baca Selengkapnya
Lubang Jepang, Saksi Bisu Kekejaman Zaman Penjajahan di Bukittinggi
Lubang Jepang, Saksi Bisu Kekejaman Zaman Penjajahan di Bukittinggi

Lubang Jepang, tempat saksi bisu praktik Romusha terhadap warga pribumi yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.

Baca Selengkapnya
Saat Ditahan, Pegi Mengaku Mata Dipukul dan Kepala Dibekap Pakai Kantong Kresek
Saat Ditahan, Pegi Mengaku Mata Dipukul dan Kepala Dibekap Pakai Kantong Kresek

Pegi Setiawan mengaku disiksa selama ditahan oleh Polda Jawa Barat.

Baca Selengkapnya
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI

TNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?

Baca Selengkapnya
Dulu Rumah Tua Peninggalan Belanda Ini Jadi Tempat Penyiksaan oleh Tentara Jepang, Begini Penampakannya Sekarang
Dulu Rumah Tua Peninggalan Belanda Ini Jadi Tempat Penyiksaan oleh Tentara Jepang, Begini Penampakannya Sekarang

Konon tempat ini menjadi tempat penyekapan, penyiksaan, sekaligus pemerkosaan para wanita oleh tentara Jepang.

Baca Selengkapnya
Jadi Saksi Hidup Perjalanan Karir, Kesehatan Istri Jenderal Sayidiman Menurun di Masa Pergantian Jabatan Suaminya
Jadi Saksi Hidup Perjalanan Karir, Kesehatan Istri Jenderal Sayidiman Menurun di Masa Pergantian Jabatan Suaminya

Setelah Sayidiman dicopot jabatan, Sri Suharyati dikabarkan mengalami penurunan pada kondisi kesehatannya setelah peristiwa itu.

Baca Selengkapnya