Cerita Dita mengais rezeki dari limbah pabrik besi di Pegangsaan
Merdeka.com - Di tengah pembuangan limbah pabrik besi, masih ada secercah harapan untuk bisa mengais rezeki. Potongan atau sisa-sisa cetakan besi yang terbuang biasanya diburu oleh para pekerja dan biasa disebut lelehan.
Di Jalan Raya Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara memang berderet pabrik besi. Puluhan wanita sudah berkumpul sambil membawa palu dan karung. Sebuah lapak limbah besi berukuran 50x50 meter sudah tersedia ribuan kilo limbah lelehan besi yang menumpuk siap dikerjakan para pekerja.
Salah satu pekerjanya, pasangan suami istri, Lodi (30) dan Dita (25). Mereka mengaku sudah dua tahun menjadi pekerja lelehan. Biasanya pabrik percetakan besi menyisakan limbah yang berbentuk besi kecil-kecil.
-
Bagaimana Dira jual petai? Akhirnya, Dira mencari cara berjualan lain dengan melakukan live melalui media sosial.
-
Apa yang Dira jual? Dira merupakan petani asal Wonogiri yang sukses berjualan petai online.
-
Apa usaha Dina? Dina dan suami memutuskan untuk mencoba peruntungan di bidang kuliner. Suami Dina sudah resign lebih dulu dan mulai bisnis toko siomay. Sementara Dina memutuskan memproduksi Roti Maryam di sela-sela waktu luang.
-
Kenapa Dira jual petai? Pada awalnya, Dira dan suaminya memilih berjualan petai karena terinspirasi dari orang tuanya.
-
Apa yang dijual oleh Ibu Dhita? Selain tongkol pedas, ia juga menjual aneka olahan tongkol lain atas permintaan pembeli. Salah satunya lodeh tongkol.
-
Bagaimana Dina memulai usaha? Dina benar-benar mulai dari nol, dia mempelajari resep dari internet dan YouTube. Dengan modal Rp300 ribu, Dina memproduksi roti Maryam di kos-kosannya.
"Kalau kita sudah hampir dua tahun kerjain lelehan. Jadi besi limbahan yang dari pabrik besi banyak yang masih terbuang, kita sortir sama bersihin antara batu sama besi," kata Lodi saat berbincang dengan merdeka.com, di lapak limbah besi, Jalan Raya Pegangsaan Dua, Jakarta Utara, Rabu (3/7).
Istrinya, Dita bertugas sebagai penyortir antara batu dan besi. Sedangkan Lodi sebagai pembersih batu yang menempel di lelehan besi tersebut.
"Yah kalau sehari maksimal bisa 20 kilo, itu lagi ramai, tapi kalau sepi 5 kilo lah, enggak tentu soalnya, semua tergantung sama bos lapaknya," ujar Dita.
Untuk sekilo lelehan, biasanya bos lapak besi menghargai sebesar Rp 200 sampai Rp 500. Harganya juga tak menentu, semuanya sesuai kebutuhan bos lapak dengan pabrik besi yang menampung limbah besi tersebut.
"Kadang kalau pengepulnya lagi mintanya banyak bisa gopek paling mahal. Lelehannya kirim ke pabrik besi Surabaya," beber pria asal Maluku Tenggara itu.
Menurut Dita, pekerjaan lelehan sudah biasa digeluti oleh puluhan pekerja yang biasa ibu-ibu, apalagi di kawasannya berdiri belasan pabrik besi. Walaupun hasilnya tak seberapa, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
"Yah sehari enggak seberapa dapatnya, tapi lumayan buat nambah-nambah dapur ngebul," ujar Dita sambil tertawa. (mdk/has)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam satu hari, pekerja mengaku mendapat 2 ton sampah plastik dari Bekasi dan Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaDi balik wajah ayunya, gadis ini bahkan tak gengsi dan rela berjualan bensin demi mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaSasaran mereka mengumpulkan barang bekas seperti botol plastik, kertas dan kabel lalu dijual kembali ke pengepul.
Baca SelengkapnyaTerinspirasi dari banyaknya limbah kayu yang dihasilkan dari produksi alat musik, gadis ini mencoba berinovasi dengan teman-temannya
Baca SelengkapnyaKoperasi tersebut telah menghasilkan produk plastik cacah dan plastik pres dengan omzet mencapai Rp1,5 miliar per bulan.
Baca SelengkapnyaAwalnya ia menjual botol bekas begitu saja, namun uang yang didapat hanya sedikit
Baca SelengkapnyaOwner Criping Gethuk M-4 di daerah Banyudono, Dukun, Kabupaten Magelang, sukses merintis bisnis criping hanya dengan modal Rp420.000.
Baca SelengkapnyaPeternak jangkrik di Deli Serdang sukses meraup keuntungan hingga jutaan rupiah. Peternak tak perlu modal besar untuk memulai usaha yang satu ini.
Baca Selengkapnya