Cerita Duka 3 Anak di Solo Kehilangan Ayah karena Corona
Merdeka.com - Nasib nahas dialami tiga bocah bersaudara di Solo, setelah ayah mereka meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Sedangkan ibu kandung mereka bernama Theresia Maya Mulyaningsih meninggal dunia tahun 2020 karena komplikasi.
Ketiga kakak beradik tersebut adalah Early Oryza Nesta Sarjono (16), Efelyn Dora Lifinia (14) dan Rio Andreas Stenny (12) anak dari Petrus Sardjono, warga Kampung Jegon, RT 03 RW 02, Kelurahan Pajang, Laweyan, Solo. Saat ini ketiganya tinggal bersama dengan paman dan bibinya.
Efelyn yang biasa dipanggil Dora, siswa kelas 8 SMP 9 Solo itu menceritakan gejala yang dialami ayahnya sebelum meninggal dunia.
-
Apa penyakit yang diderita kakak beradik? Kakak beradik di Pekanbaru, Muhammad Rehan (13) dan Fajri (9) mengalami kelainan genetik Osteogenesis imperfecta (OI) atau tulang kaca.
-
Siapa yang kehilangan keluarganya dalam kecelakaan maut? Baru-baru ini, media sosial dikejutkan dengan kabar tragis dari seorang remaja berusia 19 tahun, Abdur Rahman Amir Ruddin, yang harus kehilangan kedua orang tua dan keempat saudaranya akibat kecelakaan maut di Segamat, Malaysia.
-
Bagaimana ibu tersebut meninggal? Ibunya berpulang dengan penuh cinta kasih sesaat setelah terhuyung di restoran.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Siapa saja yang tewas di keluarga Malang? Dua orang korban meninggal dunia yakni ibu, Sulikhah (35) dan anak kedua ARE (13) diduga meminum racun obat nyamuk cair. Sementara Wahaf Efendi (38) memotong urat nadi tangan kiri dan meninggal dunia saat dalam upaya penanganan di rumah sakit.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
"Papa itu sebenarnya hanya mengalami demam biasa. Katanya badannya lemas tidak bisa bangun. Terus dibawa ke rumah sakit (RS) Triharsi dan dirawat lima hari," ujar Dora saat ditemui, Rabu (28/7).
Sejak awal masuk RS, dikatakan Dora, hasil tes swab antigen ayahnya dinyatakan positif. Ia bersama kakak dam adiknya juga menjalani tes swab antigen dan semuanya dinyatakan positif, namun tanpa gejala.
Setelah dirawat beberapa hari, ayahnya yang berprofesi sebagai pengelola parkir di RS Triharsi itu akhirnya meninggal dunia.
"Kami sempat isolasi mandiri selama 12 hari," jelasnya.
Saat ini ketiga kakak beradik itu telah selesai menjalani isolasi dan dibawa ke rumah paman dan bibinya, Suroso dan Hardjanti.
Ketiganya mengaku tetap memiliki semangat dan bertekad meneruskan sekolah, meskipun sudah tidak memiliki orang tua lagi.
"Kami berjanji akan mewujudkan apa yang Papa harapkan. Papa pernah bilang agar saya bisa main gitar dan melayani di gereja. Terus jadi pegawai bank. Sebelum meninggal juga berpesan agar bisa jaga diri dan mandiri," ucapnya.
Sementara Nesta sang kakak mengaku mendapatkan pesan dari ayahnya untuk bisa melayani gereja.
"Bisa menjadi teladan bagi adik-adik juga," kata siswa kelas 1 SMA itu.
Baik Dora maupun Nesta juga berharap ada bantuan untuk bisa meneruskan pendidikan.
Saudara sepupu kakak beradik itu, Illyana Isy'ka yang juga anak dari Hardjanti, menambahkan saat ini ketiga kakak beradik itu telah mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, termasuk dari Wali Kota Solo.
"Tempat les mereka juga telah menggratiskan uang les. Kemarin ibu saya (Hardjanti) juga telah dihubungi ajudan Pak Wali Kota. Diminta untuk membuka rekening tabungan atas nama mereka sendiri, katanya untuk biaya sekolah," imbuh Illyana.
Tetapi sampai saat ini belum membuka rekening tabungan karena masih mengurus Kartu Identitas Anak (KIA).
"Sebelum Pak Sardjono masuk RS, beliau pesan ke ibu saya kalau anaknya yang besar (Nesta) jangan digalakin, jangan dikerasin, harus dibilangin pelan-pelan," katanya.
Lurah Pajang, Priadi menyampaikan pihaknya terus memantau kondisi ketiga kakak beradik tersebut. Sebelum tinggal di Kelurahan Pajang, mereka beralamat di Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Solo.
"Kemarin kami mengunjungi mereka di rumah Bu Janti dan kondisinya baik-baik saja. Dari pihak kelurahan akan membantu proses administrasi kepindahan mereka karena orang tuanya sudah meninggal. Kami juga berkoordinasi dengan pihak Dispendukcapil," pungkas dia.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Video yang diunggah oleh akun TikTok @liintanggliintangg ini viral mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaSang ibunda sempat pamit untuk pergi bekerja. Ibunya juga berjanji akan segera pulang jika pekerjaannya telah selesai.
Baca SelengkapnyaSang anak berinisial AKE (12) sempat keluar rumah untuk minta tolong kepada tetangga, namun ayah, ibu, dan kembarannya tak selamat
Baca SelengkapnyaTiga orang sekeluarga di Kabupaten Malang, Jawa Timur ditemukan tewas Selasa (12/12).
Baca SelengkapnyaSelama mengontrak itu diketahui Panca sama sekali tidak memberikan indentitas berupa KTP atau KK kepada ketua RT setempat.
Baca SelengkapnyaSekeluarga Tewas di Malang Diduga Bunuh Diri Bersama
Baca SelengkapnyaHingga kini, belum diketahui sebab keluarga mengakhiri hidup dengan cara tragis.
Baca SelengkapnyaPolisi resmi menghentikan perkara ini usai merampung investigasi.
Baca SelengkapnyaKecelakaan terjadi di Banyumas pada Mingau (21/1) lalu. Kecelakaan ini menewaskan 3 orang.
Baca SelengkapnyaSang ibunda meninggal dunia saat ketiganya masih balita.
Baca SelengkapnyaAyah mertua Chua Kotak pergi untuk selama-lamanya lantaran mengalami komplikasi berbagai penyakit.
Baca SelengkapnyaPenemuan jasad ayah dan anak yang telah membusuk di rumahnya, Jalan Balai Rakyat V, Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara membuat geger warga.
Baca Selengkapnya