Cerita H-1 Fredi Budiman sebelum dieksekusi mati

Merdeka.com - Telepon genggam tak lepas dari tangan Fredi Budiman. Dia menghubungi satu persatu orang terdekatnya, termasuk sang adik Johny Suhendra alias Latif yang tengah ditahan di Lapas Cipinang karena dihukum penjara seumur hidup.
Hari itu di Lapas Nusakambangan, H-1 sebelum Fredi berhadapan dengan regu tembak. Sang terpidana mati memberikan pesan. Sejumlah orang berkumpul dalam ruangan, termasuk ibu, anak dan kakaknya.
Sang ibunda tak hentinya menangis, sesekali Fredi berusaha menenangkan. Dia pun terlihat tetap tegar sambil bercengkrama dengan keluarga. Lantunan doa dan zikir tak henti-hentinya terucap.
"Saya mau pergi, tolong diikhlaskan. Lebih baik saya mati sekarang lebih terhormat," ujar sumber merdeka.com menirukan ucapan Fredi. Kata-kata berulang kali disampikan Fredi ke lawan bicaranya di telepon.
"Ada sekitar 10 orang yang dihubungi Fredi saat itu."
Fredi memang sempat mengajukan permintaan untuk bertemu dengan Latif, namun dengan berbagai pertimbangan tak bisa dikabulkan. Pesan mendalam pun disampaikan Fredi.
"Mengingatkan jangan pakai barang haram, diingatkan salat, selalu beribadah," ungkap sumber tersebut.
Di detik-detik akhir hayatnya Fredi memang berubah total. Dia bertobat memasrahkan seluruh hidup kepada Yang Maha Kuasa. Selain penampilan, dalam sidang Peninjauan Kembali (PK) Fredi pun mengungkapkan semua isi hatinya.
"Hari itu Fredi terlihat putih, dia juga sempat selfie," ungkapnya. Bahkan, Fredi pun berceloteh, "Kok ini muka saya putih banget ya," kata sumber itu mengingat ucapan Fredi.
Ketika waktunya tiba, Fredi dijemput untuk dibawa ke lokasi di mana para eksekutor telah menunggu. Para keluarga tak kuasa menahan sedih. Jumat 29 Juli dinihari, eksekusi itu dilakukan.
Keluarga mendapat kepastian sekitar pukul 04.00 WIB. Setelah selesai dimandikan baru keluarga bisa melihat jenazah Fredi. Pukul 06.00 WIB, jenazah dari Cilacap dibawa ke rumah duka di Jalan Raya Demak, Krembangan, Surabaya, Jawa Timur.
"Pengawalannya ketat banget, enggak ada berhenti setiap persimpangan sudah dijaga. Kita menyebutnya 'paket khusus' jadi harus cepat sampai," ungkapnya.
Di tengah perjalanan sempat dilakukan serah terima jenazah ketika sudah memasuki daerah Jawa Timur. Petugas dari Jawa Tengah ditarik balik, selanjutnya pengawalan dilakukan aparat setempat. "Kapolres sana yang memimpin serah terima," katanya.
Jarak tempuh menghabiskan waktu sekitar sembilan jam, lebih cepat tiga jam dari waktu normal. Ketika jenazah tiba ratusan orang sudah berkerumun, baik keluarga maupun warga sekitar.
Hari ini, tepat sepekan Fredi dikebumikan. Dia dimakamkan dekat almarhum ayahnya, Haji Muhammad Nanang Hidayat di Makam Umum Kalianak, Surabaya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya