Cerita Kakek Apendi, Jadi Tersangka Karhutla Usai Bakar Jerami di Lahan 5x2 Meter
Merdeka.com - Kepolisian Daerah Sumatera Selatan menghadirkan sebelas tersangka tindak pidana kebakaran hutan dan lahan, baik perorangan maupun korporasi. Salah satu tersangka adalah Apendi (65) warga Pedamaran I, Ogan Komering Ilir (OKI).
Apendi dijejerkan bersama para tersangka lain mengenakan baju tahanan warna oranye. Tangannya diikat tali tis.
Nampak Apendi merupakan tersangka paling tua dari tersangka yang dihadirkan di hadapan media. Giginya ompong dan rambutnya memutih serta banyak yang sudah rontok.
-
Mengapa petani udang di Kebumen merugi? Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah. Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi.
-
Apa yang terjadi di Banten akibat kekeringan? Akibat fenomena ini, warga Banten kini mengalami kesulitan untuk mendapat air bersih. Sawah dan ladang mereka pun kini kekeringan.
-
Kenapa sungai di Banyumas kering? Di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, air sungai jadi kering kerontang akibat musim kemarau.
-
Kenapa petani tembakau mengalami masa sulit? Aan mengakui untuk saat ini para petani tembakau sedang mengalami masa sulit. Apalagi harga cukai tengah naik. Apabila cukai naik, pabrik tidak akan membeli tembakau yang mahal. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi petani.
-
Siapa yang terdampak kekeringan di Kampung Tongkol? Ilman, selaku kepala desa setempat mengaku ada lima kampung dengan jumlah warga 600 kepala keluarga yang sehari-hari harus mengantre mendapatkan air bersih.Setiap hari, mereka bergantian mengisi jeriken dan ember yang dibawa, demi mendapat air yang kurang layak.'Kalau total yang terdampak kekeringan ada 2.500 jiwa,' katanya.
-
Kenapa sumur di Lebak kering? “Biasanya pakai jet pump, cuma karena sekarang kering, kebanyakan warga sini dan kampung sebelah ngambil air di sumur ini,“ kata salah satu warga, Dopi.
Apendi mengatakan, dirinya ditangkap polisi sekitar 20 hari lalu. Ketika itu, dia tengah membakar jerami yang berada di lahan sawah. Lahan itu hanya seluas 5x2 meter. Jerami yang dibakar pun ditumpuk di parit dengan tinggi hanya sedengkul.
"Saya ditangkap saat api terbakar separuh, kebetulan pinggir jalan besar, polisi datang dan langsung membawa saya ke kantor polisi," ungkap Apendi di Mapolda Sumsel, Senin (23/9).
Dia mengaku nekat membakar karena tak ingin mengotori lahan di sebelahnya. Jika sudah terbakar, dia bermaksud menanam timun selama belum bisa menanam padi.
"Saya sama istri mengontrak rumah sama orang kampung situ. Nah, di belakang rumah itu ada lahan kosong, saya pingin mengolahnya, mau tanam timun, itung-itung buat beli beras," ungkapnya lirih.
Apendi sehari-hari bekerja mencari ikan di kampungnya. Sementara istrinya menjadi buruh tebang tebu PTPN VII Cinta Manis. Mereka tinggal berdua di rumah kontrakan itu setelah kedua anaknya berumah tangga.
"Sungai kering, cari ikan sudah susah. Kadang bantu tebang tebu, tapi selagi tidak ada kerjaan garap lahan orang itu," kata Apendi.
Terlepas itu, Apendi tetap menyerahkan kasus ini ke hukum yang berlaku. Hanya saja, dia merasa hanya dijadikan tumbal karena masih pelaku lain yang justru membakar ribuan hektar.
"Saya serahkan kepada Allah saja, pasti ada keadilan. Tidak mungkin bakar sedikitnya tapi hukumannya sama dengan yang bakar banyak," ujarnya.
"Saya tidak tahu membakar dilarang, selama ini tidak ada larangan dari kades atau polisi," sambungnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sujadi mengakui sementara ini belum bisa memenuhi permintaan pasar karena saking banyaknya permintaan itu.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaKorban diduga terjebak asap pekat saat pembakaran lahan, sehingga kesulitan bernapas dan meninggal dunia di lokasi.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaSedang menjual hasil memulung, dia terkejut mendapati rumah yang telah terbakar habis.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaDebit air sungai Ciliwung di Bendung Katulampa mengalami penyusutan dengan tinggi muka air (TMA) hanya nol centimeter
Baca SelengkapnyaTersangka menebang pohon dan membersihkan rumput di lahannya sejak tahun lalu.
Baca Selengkapnya