Cerita kakek Okem menolak ditempatkan ke rumah singgah
Merdeka.com - Jerat kemiskinan dan pas-pasan membuat kehidupan Sukiman (70) alias Kakek Okem, terbilang memprihatinkan. Dia tinggal sebatang kara di tempat yang sangat tidak layak.
Tanpa penghasilan dan makan dari belas kasih warga, Okem tidur di gubug hasil swadaya warga setempat. Di atas papan kayu berdinding terpal dan spanduk bekas, beralas tanah Okem tinggal seorang diri.
Kehidupannya tentu sangat memilukan. Selain tak ada penghasilan, dia makan dari belas kasih warga yang merupakan para tetangganya.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Mengapa Nenek Satikem tidak pulang ke Kebumen? 'Jika kangen paling lihat foto. Di sana saya kan harus kerja dan uangnya belum cukup untuk pulang. Jadi hanya bisa lihat foto yang dibawa dari kampung,' ujar Nenek Satikem dikutip dari Liputan6.com.
-
Siapa yang merawat kakek tersebut? Tan berjanji untuk memberikan flatnya kepada mereka sebagai imbalan atas perawatan dan persahabatan mereka. Permintaannya termasuk agar Gu dan keluarganya sering meneleponnya, mengunjunginya seminggu sekali, membelikannya pakaian dan bahan makanan, dan menjaganya saat dia sakit.
-
Kenapa pria itu tinggal di kolong rumah? 'Ini adalah situasi yang aneh, tetapi mungkin bukan hal yang tidak biasa. Saat ini, orang-orang memang mencari tempat berlindung.'
-
Bagaimana Orang Talak Mamak hidup? Sebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.
-
Di mana desa miskin itu berada? Salah satu desa miskin berada di Desa Cipelem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Okem memang warga lama. Sudah puluhan tahun tinggal di kampung tersebut, setelah sempat dibawa ke rumah singgah milik Dinsos, Okem kembali ke kampungnya.
"Bilangnya enggak betah. Banyak peraturan dan enggak bisa merokok. Ngerokoknya kuat," kata Aini (67), warga setempat.
Okem adalah warga yang telah puluhan tahun tinggal di kampung Parung Benying kelurahan Serua. Dia adalah warga asli kampung tersebut.
Namun, penyakit stroke ringan yang pernah dia alami beberapa tahun lalu, tak membuatnya lincah mencari nafkah untuk sekedar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kata Aini, Okem sebelumnya, pernah berjualan tahu panggang keliling, di kawasan Serua, Ciputat.
Hasil jerih payahnya mungkin hanya cukup untuk dia makan dan ngontrak rumah di kawasan Parung Benying.
"Waktu masih segar, dia berjualan dan mengontrak, sekarang punya duit dari mana. Makan dan minum saja boleh pengasih warga sini," kata Aini.
Lurah Serua, Tomy Patria Edwardy mengaku sudah berusaha membujuk kakek 70 tahun itu kembali ke rumah singgah milik Dinsos. Namun Okem menolaknya.
"Karena disana banyak peraturan, dia juga kangen lingkungan tempat dia tinggal, dia bilang di panti juga engga bisa merokok," kata Tomy, di gubuk reot Okem, Senin (19/3).
Okem menjadi gambaran betapa kemiskinan dan perhatian para tetangga, membuat Okem masih tetap hidup hingga kini. "Dia miskin, enggak punya keluarga, hanya dari warga saja hidupnya bergantung," kata Tomy.
Dia pun berjanji akan membuat tempat yang layak untuk Kakek Okem tinggal menggantikan gubug reotnya, yang sangat tidak layak itu.
"Saya coba berkoordinasi dengan Baznas untuk minta dibangunkan kamar di kawasan sini. Kami juga sedang cari tanah, nanti mungkin sekalian untuk pos ronda," ucap Tomy.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dagangannya kerap tak laku. Hal ini membuatnya terpaksa harus melewati masa sulitnya di masa tua.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaSedang menjual hasil memulung, dia terkejut mendapati rumah yang telah terbakar habis.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang kakek yang tinggal di pos kamling dan diberikan bantuan oleh polisi.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang kakek yang menolak diberi uang karena alasan akhirat.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaBegini perjuangan hidup kakek tukang becak yang kini jarang dapat penumpang. Penghasilan tak sampai Rp50 ribu sebulan.
Baca SelengkapnyaBegini kisah pilu seorang kakek pemulung yang hanya mampu beli makan nasi dan air putih sehari.
Baca SelengkapnyaSimak kisah pilu seorang kakek penjual tangga bambu keliling yang sudah satu bulan berjualan tak laku.
Baca Selengkapnya