Cerita keceriaan dibekas tempat eksekusi, Taman Fatahillah
Merdeka.com - Senja di Lapangan Fatahillah sangat berbeda dengan senja di tempat lain di Jakarta. Meski mungkin sama-sama riuh, menghabiskan matahari di tengah kepungan bangunan tua menghadirkan nuansa yang sama sekali berbeda.
Mirip mesin waktu, pantulan cahaya senja dari siluet gedung tua-tua peninggalan VOC itu seperti membawa kembali suasana berabad-abad silam ke masa kini. Cobalah!
Jika suasana hati tak sedang ingin mengenang, sesekali nikmati saja geliatnya dengan membaur pada keramaian.
-
Dimana bangunan tua itu berada? Keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
-
Kenapa kota kuno muncul ke permukaan? Hal ini terjadi karena ketinggian air di waduk Bendungan Mosul mengalami penurunan signifikan, dan itulah saat pemukiman kuno ini muncul ke permukaan dan terlihat kembali.
-
Bagaimana ornament bangunan tua Semarang? Ada pula konsul dan angin-angin berbahan besi tebal, serta keramik kotak kecil-kecil yang warnanya sudah tak lagi sama antara satu sama lain karena saking uzurnya.
-
Apa yang terlihat unik dari gedung di Jakarta masa depan? Salah satu hal yang paling mencolok adalah gedung-gedung tinggi di Jakarta berubah menjadi gaya yang lebih futuristik. Gedung-gedung pencakar langit yang memiliki kesan modern ini mengisi sepanjang jalan Sarinah.
-
Siapa yang membangun gedung tua di Semarang? Mengutip YouTube Tri Anaera Vloger, bangunan itu dibangun pada tahun 1911 oleh perusahaan penimbun kayu jati Belanda, de Javasche Bosch Exploitatie Maatschappij.
-
Bagaimana sejarah kota tua terbentuk? Setelah berhasil direbut oleh Demak, pelabuhan ini diganti namanya menjadi Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa.
Di tengah lapangan biasanya akan gampang ditemui pertunjukan setiap akhir pekan. Termasuk kuda lumping pamer semburan api dari mulut sang pemainnya.
Atau, ulurkan saja tangan ke peramal dan nikmati ocehannya membaca garis tangan soal nasib rizki, jodoh atau pekerjaan. Tak perlu bersungguh-sungguh dihayati toh mereka hanya mencari sesuap nasi.
Jika bosan dengan peramal pilih saja yang lain, tukang tato, pelukis atau menikmati kopi untuk menemani senja atau sekadar melihat turis-turis berfoto di depan Gedung Fatahillah atau meriam kuno.
Tempat eksekusi mati
Lima meriam yang dipasang konon adalah pendamping meriam Si Jagur yang kini dipasang dekat Kantor Pos Besar. Si Jagur adalah meriam legendaris milik Portugis yang dibangun di Macao dan ditempatkan di benteng St Jago de Barra dekat pantai.
Meriam seberat 3,5 ton itu kemudian dipindah untuk memperkuat benteng di Malaka melawan Belanda tahun 1641. Portugis yang kalah akhirnya merelakan meriam itu diangkut Belanda. Penduduk setempat yang repot menyebut benteng asal meriam di St Jago de Barra menyingkatnya menjadi si Jagur.
"Dinamai Si Jagur oleh orang Betawi karena meriam-meriam besar itu bunyinya jegur-jegur," tutur Khasirun Musakhir Pengelola dan Perawatan Museum Sejarah Jakarta, Sabtu (22/11) kemarin. Konon kembaran Si Jagur juga ada di Banten dengan nama Ki Amukdan Nyi Setomi di Surakarta.
Seperti stadhuis atau balai kota di seluruh Eropa abad ke-17, Jan Pieterszoon Coen ketika membangun balai kota untuk Batavia juga melengkapinya dengan stadhuis plein atau alun-alun kota.
Dia juga menempatkan sebuah air mancur bersegi delapan sebagai sumber air bagi masyarakat setempat yang diambilkan dari Pancoran Glodok melalui jaringan pipa bawah tanah.
Selain berfungsi sebagai tempat keceriaan dengan pasar rakyat atau pekan raya di era itu stadhuis plein adalah tempat eksekusi. Pengumuman eksekusi biasanya dilakukan pagi hari ketika bel berukir soli deo gloria di atap Stadhuis berbunyi. Eksekusi lazim dilakukan sore harinya.
Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu Taman Fatahillah sebagai penghormatan kepada panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kota Tua, jalur perdagangan strategis dan cukup populer di masa lalu. Kini, daerah tersebut menjelma menjadi destinasi wisata yang penuh dengan sejarah bangsa.
Baca SelengkapnyaKeindahan arsitektur peninggalan Belanda dan berbagai benda bersejarah yang tersimpan rapi di museum-museumnya menawarkan pengalaman wisata yang tak telupakan.
Baca SelengkapnyaGambaran eksekusi saat itu sangat menyeramkan. Terhukum mati ditaruh di atas roda yang menggantung pada sebuah tiang. Di atas sana mayatnya dibiarkan mengering
Baca SelengkapnyaKini Wisma Perdamaian lebih sering digunakan untuk kegiatan budaya, seni atau pendidikan.
Baca SelengkapnyaNuansa kolonialnya begitu terasa di Kota Tua Cirebon
Baca SelengkapnyaSejumlah kawasan wisata di Jakarta mulai menunjukkan keramaian di H+2 Idulfitri.
Baca SelengkapnyaLonceng ini jadi tanda kematian di Kota Batavia saat itu. Belanda membunyikannya saat hendak mengeksekusi pelaku kejahatan.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, warga harus memberi tumbal kepala kerbau ke tempat itu
Baca SelengkapnyaKota Tua Jakarta menawarkan petualangan yang memikat bagi mereka yang ingin menjelajahi kekayaan sejarah dan menikmati arsitektur kolonial.
Baca SelengkapnyaAda gedung termegah pada masanya hingga replika mobil Jenderal Mallaby
Baca SelengkapnyaKota Bogor di era kolonial dinamakan Buitenzorg. Ini foto-foto tempo doeloe di Bogor.
Baca SelengkapnyaLetak rumah ini berada di pinggir jalan Cirebon-Bandung.
Baca Selengkapnya