Cerita Keluarga Cahyono Putra, Siswa SMK di Ciamis yang Meninggal Usai Divaksin
Merdeka.com - Cahyono Putra (17) seorang siswa SMK Galuh Rahayu, Ciamis diketahui meninggal dunia pada usai menjalani vaksinasi Covid-19 di SMAN 1 Sindangkasih, Rabu (1/9) lalu. Kepergiannya menyimpan duka yang cukup mendalam untuk keluarga.
Nono (40), ayah dari Cahyono saat ditemui wartawan di rumahnya di Kampung Cihurip, Desa Sukamanah mengatakan bahwa keluarga masih cukup bersedih atas kepergian anak laki-lakinya itu. Walau begitu, ia menganggap bahwa kejadian tersebut adalah musibah dan tidak menyalahkan kegiatan vaksinasi.
Ia bercerita bahwa sebelum divaksinasi Covid-19 anaknya baru sembuh dan dalam proses pemulihan akibat penyakit lambung yang dideritanya. Namun karena semangat anaknya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM), Cahyono memilih untuk divaksinasi.
-
Bagaimana cara anak itu meninggal? Antropologi fisik di lokasi menyatakan bocah itu berusia 10 tahun saat meninggal dengan gigi terkikis dan tanda-tanda infeksi didalam mulutnya.
-
Kenapa bayi nya meninggal? Salah satu penyebab bayi laki-laki itu meninggal dunia karena lokasi melahirkan tidak memadai.
-
Bagaimana bayi perempuan itu meninggal? Bayi perempuan yang diberi nama 'Neve,' diambil dari nama sungai di daerah tersebut, diketahui meninggal dunia ketika usianya hanya sekitar 40 hingga 50 hari.
-
Mengapa bayi meninggal? Kelainan genetik yang dialami anak ini membuat jantung tidak dapat menerima atau memompa cukup darah setiap kali berdetak dan mengakibatkan kematian dini anak laki-laki tersebut karena gagal jantung, ungkap para peneliti seperti dikutip dari laman Live Science.
-
Bagaimana anak laki-laki Hun meninggal? Lesi pada rongga mata anak laki-laki Hun menunjukkan adanya anemia kronis atau penyakit lain yang mungkin berkontribusi terhadap kematiannya yang dini.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
“Sekolah memang tidak mewajibkan siswa untuk divaksin, tapi kalau belum divaksinasi katanya tidak boleh ikut pembelajaran tatap muka dan harus daring. Jadinya anak saya mau ikut,” ujarnya, Jumat (24/9).
Kepada orang tuanya, Cahyono, anaknya mengaku sudah menyampaikan keluhan memiliki Riwayat penyakit lambung dan baru sembuh, namun vaksinasi tetap dilakukan. Setelah menjalani vaksinasi, rupanya anaknya merasa lemas dan pusing.
Nono mengungkapkan bahwa usai divaksinasi, anaknya pulang diantar oleh temannya menggunakan motor. Saat sampai di rumahnya, ia melihat anaknya pucat, lemas, dan hampir pingsan.
“Satu hari setelah disuntik vaksin anak saya meninggal dunia di dalam kamar tidur Kamis (2/9) dini hari," ungkapnya.
Sementara itu, Ani Anggraeni (40) ibu kandung Cahyono menyebut bahwa sebelum divaksin anaknya masih mengkonsumsi sisa obat penyakit lambungnya. Saat masa pemulihan itu, anaknya mengaku harus divaksinasi, padahal ia mengaku sudah menyampaikan kondisi Cahyono kepada pihak sekolah.
Setelah sempat pucat dan lemas usai divaksinasi, menurut Ani kondisi anaknya sempat pulih. Di malam harinya, Cahyono sempat berkumpul dengan keluarga sambil makan.
Saat subuh datang, anaknya sempat bangun dan menyatakan mau sholat namun ada ayahnya yang juga sedang sholat subuh. Ani pun saat itu sempat membersihkan peralatan di dapur sampai kemudian ia mendengar suara tangisan dari kamar anaknya.
“Saya langsung ke kamar anak saya dan melihat seperti sesak nafas. Tidak lama setelah itu, anak saya meninggal dunia di kamar. Tentunya kami sangat sedih kehilangan anak saya. Tapi kami hanya bisa pasrah,” sebutnya.
Meninggalnya Cahyono Putra usai vaksinasi didalami langsung oleh Komisi Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Dari informasi yang dihimpun merdeka.com, Cahyono diduga menyembunyikan riwayat penyakit yang dialaminya.
Salah seorang sumber di Ciamis menyebut bahwa Cahyono saat menjalani screening tidak menyebutkan perjalanan pengobatan yang sudah dilakukan. Hal tersebut dikuatkan dengan lembaran screening yang diterima oleh merdeka.com.
“Karena untuk penerima vaksinasi Covid-19 yang usianya dibawah 18 tahun ini sangat ketat. Jadi semuanya dipastikan. Nah Cahyono ini mengaku kepada dokter yang melakukan screening mengaku kondisinya baik-baik saja,” singkatnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Petugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca SelengkapnyaKeluarga memilih agar korban menjalani rawat jalan sebelum meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaJasad korban kali pertama diketahui oleh ibunya yang langsung histeris minta tolong.
Baca SelengkapnyaSetelah dilakukan imunisasi oleh pihak puskesmas tampak sehat seperti biasa.
Baca SelengkapnyaBocah laki-laki itu digigit anjing pada Selasa, 6 Februari sekitar pukul 15.00 WITA.
Baca SelengkapnyaKorban diduga meninggal dunia karena obat penenang. Obat penenang itu disebut disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya
Baca SelengkapnyaSeorang siswi kelas 2 SMK melahirkan lalu menyembunyikan bayinya dalam koper hingga meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaMeminum obat racun yang mengakibat korban meninggal dunia
Baca SelengkapnyaKapolsek menjelaskan, awalnya warga mengira korban hanya terluka di bagian kaki karena banyak darah mengalir.
Baca SelengkapnyaKorban diketahui bernama SA (21) yang merupakan mahasiswa jurusan Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Baca SelengkapnyaMayat Kaki dan Tangannya Terikat Ternyata Siswa SMP
Baca Selengkapnya