Cerita Menara miring Syahbandar jadi penjara bawah tanah
Merdeka.com - Menelisik Jakarta tempo dulu memang mengundang decak kagum. Kota yang dulu pernah dinamai Batavia ini hingga kini masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap.
Bicara soal Jakarta tempo dulu memang tidak bisa dilepaskan dari bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Hingga kini beberapa bangunan Belanda masih bertengger kokoh, namun ada juga yang sudah terbengkalai.
Bangunan yang diyakini ada namun kini tidak terurus adalah terowongan yang menghubungkan Menara Syahbandar dengan Masjid Istiqlal dan juga Museum Fatahillah. Benarkah ada terowongan tersebut?
-
Dimana penjara ditemukan? Arkeolog mengumumkan penemuan penjara dalam toko roti di reruntuhan kota kuno Pompeii di Italia.
-
Apa nama wilayah Jakarta di masa awal? Siapa sangka jika Ibu Kota Jakarta dulunya hanya sebuah wilayah pelabuhan kecil dengan luas wilayah sekitar 125 KM persegi.
-
Dimana kejadian penjarahan terjadi? Dalam tayangan yang beredar, warga berbondong-bondong mendatangi lokasi kecelakaan dengan membawa kresek dan karung untuk membawa pulang susu kaleng yang berserakan di jalan raya.
-
Dimana penangkapan dilakukan? Dari hasil patroli tersebut, diamankan lima orang yang diduga penyalahgunaan narkoba yakni pria berinisial I, P, G, WA sebagai bandar dan perempuan N di Jalan Lembah Berkah, Lingkungan 11.
-
Apa saja yang tersembunyi di bawah tanah Jakarta? Selain kabel yang mulai disembunyikan dalam tanah, pipa gas juga mulai ditata. Perusahaan Gas Negara menargetkan pembangunan 154.000 sambungan gas rumah tangga di Wilayah DKI Jakarta pada tahun 2022. Jargas rumah tangga masuk ke dalam kategori jaringan utilitas, yaitu sistem jaringan instalasi dalam bentuk kabel atau pipa (jaringan utilititas).
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
Menara Syahbandar disebut juga Uitkijk Post yang berada di tepi barat muara Ciliwung, atau tepatnya terletak di Jalan Pasar Ikan No.1, Jakarta. Disebut Uitkijk Post atau menara pemantau, karena menara ini digunakan untuk memantau seluruh wilayah baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di sebelah utara maupun ke arah Kota Batavia di sebelah selatannya.
Di bawah menara Syahbandar atau kini lebih sering disebut menara miring, ada sebuah bungker atau ruang bawah tanah. Di dalam bungker tersebut ada sebuah pintu besi yang merupakan pintu masuk terowongan penghubung ke Stadhuis atau yang saat ini lebih dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta dan juga ke Benteng Frederik Hendrik (sekarang Mesjid Istiqlal).
Kabar perihal adanya terowongan itu hingga kini masih simpang siur. Ada yang menyakini keberadaaannya ada juga yang tidak percaya.
Menara Syahbandar dulunya memiliki tinggi menara sekitar 40 meter. Pada tahun 1839 didirikan menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini kemudian direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang dijadikan Museum Bahari. Sebelum dipugar, menara ini juga pernah dijadikan Kantor Komando Sektor Kepolisian (Komseko). Bahkan ruang bawah tanah atau bunker di bawah Menara Syahbandar pernah dijadikan sebagai penjara di awal kemerdekaan.
Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan Museum Bahari Unit Pengelolaan (UP) Dinas pariwisata, M. Isa Ansyari menemani merdeka.com sambil menunjukkan ruang bawah tanah tersebut.
"Jadi pada tahun 1949, beberapa tahun setelah merdeka, menara ini pernah menjadi kantor polisi pada waktu itu," ujar Isa di Menara Syabandar, Jakarta Utara, Selasa (30/7).
Ruangan dengan lebar 8 meter dan panjang 10 meter di dalamnya hanya terdapat tempat duduk yang ditembok setinggi setengah meter dengan luas 5X5 meter. Sekarang isinya hanya sebuah lampu neon yang menyala pada bagian pojok ruangan.
Dahulu mereka yang dianggap penjahat karena berulah di pelabuhan ditempatkan di sel bawah tanah ini. Ruang bawah tersebut dijadikan penjara karena saat itu belum ada bangunan yang memadai di sekitar pelabuhan.
Namun ketika disinggung soal ruangan bawah tanah yang konon menyambung hingga mesjid Istiqlal, Jakarta pusat, menurut Isa itu hanya isapan jempol.
"Tak ada itu, menara Syahbandar digunakan untuk pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi benteng pengawas bagi kapal laut yang masuk melalui pesisir utara," ujar Isa.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peninggalan Belanda itu berupa bangunan militer yang berdiri sejak abad ke 18.
Baca SelengkapnyaPenjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaBangunan itu kini direvitalisasi untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
Baca SelengkapnyaDi dalam goa tersebut ada sebuah lorong terlarang yang tak boleh dimasuki siapapun
Baca SelengkapnyaGoa ini tidak hanya berbentuk lurus, namun juga memiliki beberapa ruangan.
Baca SelengkapnyaBenteng Ulak Karang, aset peninggalan tentara Jepang di Padang.
Baca SelengkapnyaSebanyak tujuh tahanan kabur dari Rutan Salemba. Mereka menjebol jeruji besi kamar tahanan, lalu menyusuri gorong-gorong sempit dan pengap.
Baca SelengkapnyaLubang Jepang, tempat saksi bisu praktik Romusha terhadap warga pribumi yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaKeberadaan Orang Rantai ini menjadi bukti perbudakan pekerja tambang yang ada di Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaWalaupun telah ditinggalkan selama ratusan tahun, namun pondasi bangunan benteng masih tampak kokoh.
Baca SelengkapnyaKampung Melayu merupakan salah satu kawasan tertua di Semarang. Di sana banyak terdapat peninggalan kolonial
Baca SelengkapnyaBenteng Anoi Itam, bangunan bersejarah milik tentara Jepang berada di Kota Sabang.
Baca Selengkapnya