Cerita miris anak-anak yang hidup di Gang Dolly
Merdeka.com - Gang Dolly memang banyak menyimpan cerita-cerita pilu di balik desahan geliat prostitusi. Maklum saja, lokalisasi yang disebut-sebut terbesar se Asia Tenggara itu hidup berhimpitan di tengah-tengah permukiman warga.
Warga sekitar ada yang terjun, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyuburkan lokalisasi itu. Namun tidak sedikit warga yang tinggal di kawasan tersebut dan benar-benar 'memisahkan diri' dari bisnis lendir itu.
Kisah-kisah menyedihkan pun dialami anak-anak yang lahir, tumbuh dan besar di kawasan Gang Dolly dan Jarak. Sejak kecil mereka sudah terbiasa hidup bertetangga dengan bisnis prostitusi.
-
Siapa yang sering melakukan kekerasan pada anak? Sayangnya, sering kali kekerasan ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk orang tua mereka.
-
Kapan kekerasan seksual paling banyak terjadi pada anak? Dalam data IDAI yang dihimpun pada periode 1 Januari hingga 27 September 2023, Meita menyebut kasus kekerasan seksual paling banyak dilaporkan oleh korban yang berusia remaja atau pada rentang usia 13-17 tahun.
-
Kapan pelecehan seksual terjadi? 'Korban penyandang disabilitas sudah dewasa, keluarga mengecek korban ke rumah sakit dan ternyata betul hamil,' kata Tri di Cimahi, Selasa (3/9).
-
Siapa yang menjadi korban perundungan? Apalagi saat berkomunikasi melalui panggilan video, R mengaku pada Kak Seto bahwa ia sering menjadi korban perundungan dari teman-temannya maupun guru.
-
Apa dampak kekerasan pada anak? Menurut American Psychological Association (APA), anak-anak yang mengalami kekerasan lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, agresi, dan perilaku antisosial di kemudian hari.
-
Apa bentuk pelecehan yang dilakukan pelaku? Dia mengatakan korban sempat takut untuk mengaku hingga akhirnya pihak keluarga membawa korban ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pengecekan.'Yang bersangkutan menyampaikan takut. Setelah itu keluarga korban mengecek ke rumah sakit dan ternyata betul korban hamil, dan diakui oleh korban bahwa ia mengalami kekerasan seksual oleh pamannya sendiri,' kata dia, seperti dilansir dari Antara.
Data yang disampaikan Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari (CCCM) menyatakan selama 2006 hingga 2014 ditemukan sebanyak 397 kasus kekerasan terhadap anak yang tumbuh di kawasan Gang Dolly dan Jarak. Berikut data CCCM tentang kekerasan yang menimpa anak-anak yang tinggal di kawasan lokalisasi prostitusi itu:
Anak laki-laki disodomi dan perempuan diperkosa
Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari (CCCM) menyatakan selama 2006 hingga 2014 ditemukan sebanyak 397 kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di lokalisasi Dolly Kota Surabaya.Aktivis Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari, Mariani, Rabu (2/7) kemarin mengatakan dari 397 kasus tersebut, rinciannya, kekerasan domestik atau kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga sebanyak 81 kasus, terdiri atas 49 laki-laki dan 32 perempuan. Kekerasan seksual anak sebanyak 45 kasus, terdiri atas 15 laki-laki dan 30 perempuan."Untuk anak laki-laki biasanya menjadi korban sodomi. Sedangkan untuk perempuan karena diperkosa. Para pelaku kekerasan biasanya orang dekat seperti keluarganya sendiri," kata Mariani pada jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya.
Anak-anak jadi pengemis
Menurut data Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari (CCCM) kekerasan terhadap anak-anak di Gang Dolly tidak hanya seksual saja. Mereka juga jadi korban kekerasan dalam segi ekonomi.Dari data CCCM, banyak anak-anak yang dipaksa menjadi pengemis. Delapan kasus terdiri atas enam anak laki-laki dan dua perempuan.Sedangkan anak berhadapan dengan hukum seperti terlibat kasus kejahatan sebanyak 18 kasus yang terdiri atas 16 anak laki-laki dan perempuan dua anak. Anak tidak sekolah sebanyak 81 kasus dengan rincian 54 laki-laki dan 27 perempuan.Penelantaran anak sebanyak 14 kasus terdiri atas laki-laki sebanyak 11 anak dan perempuan 3 anak. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 134 kasus dengan rincian menimpa laki-laki sebanyak 19 anak dan perempuan 115 anak.
Jadi korban human trafficking
Anak-anak di gang Dolly juga banyak yang jadi korban human trafficking atau perdagangan manusia. Dari data CCCM, sebanyak 16 kasus jadi korban perdagangan manusia dengan rincian dua laki-laki dan 14 perempuan."Anak-anak yang tinggal di sekitar lokalisasi ini kondisinya sangat memprihatinkan," kata Aktivis Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari, Mariani.Psikiater dr Agung Budi Setiawan SpKJ mengatakan, jika banyak lembaga yang melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang ada di lokalisasi Dolly, bisa dipastikan jumlah kasus yang ditemukan akan lebih banyak lagi.Hal ini dikarenakan kasus kekerasan terhadap anak ibarat fenomena gunung es. Banyak sekali kejadian yang tidak terlaporkan. "Dari jumlah data tersebut, itu tentu sangat memprihatinkan. Saya kira para pelaku sudah mengalami gangguan mental. Gangguan mental itu sama saja dengan gila. Inilah yang sulit tertangani karena gila gangguan mental ini tidak seperti gila pada umumnya," katanya.
Anak-anak Gang Dolly jadi kriminil
Sebagian besar anak-anak di Gang Dolly sudah dewasa sebelum waktunya. Artinya, mereka sudah mengonsumsi tontonan dan juga berperilaku yang tidak seusianya. Contohnya, gemar pesta seks, pesta minuman keras dan juga pesta sabu."Biasanya pesta-pesta ini dilakukan di makam Jarak dan juga makam Kembang Kuning. Di dua tempat inilah banyak anak-anak yang belajar melakukan tindakan kriminal," kata Aktivis Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari, Mariani.Psikiater dr Agung Budi Setiawan SpKJ mengatakan ada dua hal penting yang mampu membuat seorang anak menjadi pribadi yang baik. Pertama, selama dalam kandungan dia merasa nyaman karena orang tuanya tidak pernah bertengkar, kemudian mendapatkan gizi yang cukup.Kedua, setelah lahir, anak itu hidup di lingkungan yang berperilaku positif. Yang pertama adalah mikro kosmos dan yang kedua makro kosmos. "Ibarat tanaman, jika anak itu ditanam di tanah yang subur, maka ketika tumbuh bisa berbuah. Sebaliknya, jika di taman di tanah yang tidak subur, bisa jadi tanaman itu nantinya akan mengganggu," katanya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus bullying atau perundungan makin marak dalam sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaSaat ini korban FF yang dipukul dan ditendang korban sedang menjalani perawatan.
Baca SelengkapnyaAlumni bernama Adi Maulana ini menceritakan pengalamannya enam tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin.
Baca SelengkapnyaDalam pemeriksaan juga terungkap, salah satu pelaku sempat berpindah sekolah karena terlibat kasus perkelahian.
Baca SelengkapnyaBullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk fisik, verbal, atau perilaku sosial yang merugikan korban.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sering terjadi pada remaja berusia 10-19 tahun.
Baca SelengkapnyaKawiyan memastikan, KPAI terus melakukan pendampingan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan.
Baca SelengkapnyaTiga desa di negara ini terkenal ldi media sosial karena ajarkan anak-anak jadi pencuri.
Baca SelengkapnyaTerlebih bukan lagi cuma bully secara verbal, namun sudah mengarah ke tindakan kriminal.
Baca SelengkapnyaSaat penganiayaan terjadi korban FF dipukul beberapa kali di bagian perut dan wajah.
Baca SelengkapnyaPelaku sengaja memang mengincar anak-anak karena dianggap tidak akan bercerita ke mana-mana.
Baca SelengkapnyaPelaku adalah M (72) selalu pemilik pondok pesantren dan F (37) anaknya. Saat diminta keterangan, bapak-anak itu mengakui perbuatannya.
Baca Selengkapnya