Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita nenek Yatim 23 tahun jadi pemulung di Bali

Cerita nenek Yatim 23 tahun jadi pemulung di Bali Nenek Yatim. ©2018 Merdeka.com/Moh Kadafi

Merdeka.com - Usianya 67 tahun. Hari-harinya, ia habiskan mengais sampah botol plastik maupun botol gelas dan kaleng. Nenek Yatim tak patah semangat menghadapi hidup yang begitu keras.

"Saya sudah 23 tahun menjadi pemulung," ucapnya, sambil duduk di atas bangku plastik, dan memilah botol-botol plastik yang berada di dalam karung, Minggu (29/7).

Nenek Yatim, tinggal di sebuah bedek sederhana di Jalan Dewi Sri, Legian, Kecamata Kuta, Badung, Bali. Dalam bedek di pinggiran sungai Tukad Mati Badung, Bali, ia sudah bertahun-tahun hidup seorang diri tanpa sanak keluarga. Dalam bedeknya hanya ada alas kain tanpa kasur dan perabotan memasak yang berkumpul dengan botol-botol bekas hasil memulungnya.

"Cuma ada alas saja, saya tidak punya kasur. Iya belum punya uang untuk beli. Buat makan saja susah," tuturnya sambil tertawa, seolah-olah hal itu sudah biasa.

Nenek Yatim kemudian memulai kisah hidupnya. Dia tak mengingat jelas nama desanya yang berada di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.

"Saya dari Bondowoso rumah saya di timurnya terminal Kota," ucapnya, ketika ditanya di mana desanya.

"Saya merantau ke Bali setelah suami saya wafat. Saya lupa tahun berapa. Tapi waktu saya hidup berumah tangga 9 tahun lamanya lalu suami saya wafat karena sakit," imbuhnya.

Dari pernikahan 9 tahun lamanya, Nenek Yatim tak mendapatkan seorang anak. Selain itu, Nenek Yatim mengungkap bahwa dirinya sudah ditinggal ayahnya sejak di dalam kandungan.

"Kata ibu, saya ditinggal ayah ketika dalam kandungan waktu berumur 3 bulan. Ibu saya di desa hanya petani yang menggarap sawah orang," ungkapnya.

Semenjak ditinggal wafat suaminya, Nenek Yatim memberanikan diri merantau ke Bali. Hal itu, dilakukan agar tak menjadi beban hidup Ibunya. Dalam perantauannya ke Bali, Nenek Yatim ikut dengan seorang kenalannya yang bernama Bapak Sukri bersama 21 orang buruh proyek lainnya yang ia tak kenal, dan kemudian bekerja proyek di Bali.

"Selama dua tahun saya kerja di proyek bangunan menjadi tukang angkut pasir. Namun di tahun yang ketiga mandor saya lari entah kemana. Akhirnya 21 orang itu tidak dapat gaji, waktu itu saya kelaparan tidak punya uang sama sekali sampai makan kulit semangka," ujarnya.

Namun di sela-sela kesulitan hidupnya, Nenek Yatim bertemu dengan Bapak H. Shaleh yang kemudian mengajaknya bekerja sebagai pemulung dan menempati kamar bedeknya yang ia bayar Rp 200 ribu perbulan.

Semenjak itu, Nenek Yatim terus bekerja menjadi pemulung karena tak ada pilihan untuk bekerjan lainnya. Nenek Yatim tak mempunyai ijazah karena dalam hidupnya tak pernah mengenyam bangku sekolah.

"Iya setiap hari saya cari botol-botol ini hanya di sekitar wilayah sini saja. Berangkat jam 9 pagi dan pulang jam 5 sore. Kalau jauh-jauh saya tidak berani hanya mencari botol di pinggir jalan saja. Kalau masuk gang-gang (Kampung) saya tidak berani takut dikira maling," katanya sambil terkekeh.

Saban hari dengan sekantong karung besar sambil berjalan kaki, Nenek Yatim menelusuri jalan raya mencari botol-botol bekas di tempat-tempat sampah di sekitaran Jalan Dewi Sri Legian. Ia tak mempunyai gerobak maupun sepeda engkol karena tak ada biaya untuk membuat gerobak atau membeli sepeda.

Nenek Yatim juga berkeluh kesah, tentang lelahnya berjalan kaki sambil memikul hasil botol bekasnya di pundak saat teriknya panas matahari. Selain itu, dari hasil memulung botol-botol bekas hanya cukup buat makan sehari-hari dan membayar indekos bedeknya.

"Kalau saya jualnya 15 hari sekali ke pengepul (Bapak Haji Shaleh). Karena saya kumpulin dulu, kalau sudah banyak saya baru jual. Dalam 15 hari itu, saya bisa dapat uang Rp 500 ribu. Iya tidak cukup kalau buat hidup sehari-hari, mana buat makan dan bayar kos dan lainnya," ujarnya.

Nenek Yatim juga menjelaskan, berapa harga botolnya yang dijual perkilo gramnya itu. Kalau plastik gelas minuman mineral perkilo gramnya Rp 2.500, botol plastik Rp 2.000 per kilo gram, botol kaca seperti merek bir per satu botolnya senilai Rp 9.000. Untuk minuman kaleng perbijinya jika ukuran kecil seharga Rp 250 dan ukuran besar Rp 500. Kalau kardus bekas perbijinya seharga Rp 1.000 rupiah.

"Sekarang lagi turun harganya jadinya murah, saya dalam 2 hari baru bisa mendapatkan satu karung besar," keluh Nenek Yatim.

Dalam usianya yang sudah senja ia mengaku ingin sekali pulang ke desanya. Sudah puluhan tahun dia tidak pernah pulang karena terkendala biaya.

"Di Bali saya tidak punya keluarga dan saudara, saya sudah lama tidak pernah pulang karena tidak punya uang," tutupnya, dengan senyum tawar sambil menundukkan kepala dan melanjutkan memilah botol bekas yang didapatnya.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penuh Haru! Nenek Asal Kebumen Ini Sempat Hilang selama 46 Tahun, Kini Bisa Bertemu Lagi dengan Anaknya
Penuh Haru! Nenek Asal Kebumen Ini Sempat Hilang selama 46 Tahun, Kini Bisa Bertemu Lagi dengan Anaknya

Nenek Satikem sempat "dibuang" oleh majikannya ke panti jompo di Bangka Belitung

Baca Selengkapnya
Tak Bisa Pulang Kampung saat Lebaran, Pria Ini Bawa Orang Tuanya ke Tempat Perantauan
Tak Bisa Pulang Kampung saat Lebaran, Pria Ini Bawa Orang Tuanya ke Tempat Perantauan

Rupanya alih-alih hanya video call karena gagal mudik, Nambunan memilih membawa orang tuanya ke perantauan.

Baca Selengkapnya
Kisah Viral Ibu Kerja di Malaysia 40 Tahun, Kini Masuk Panti Jompo Usai Uangnya Ludes Diambil Sang Anak
Kisah Viral Ibu Kerja di Malaysia 40 Tahun, Kini Masuk Panti Jompo Usai Uangnya Ludes Diambil Sang Anak

Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.

Baca Selengkapnya
Pengemis Asal Bojonegoro Bawa Uang Rp18 Juta saat Beraksi di Jalanan, Begini Ujungnya
Pengemis Asal Bojonegoro Bawa Uang Rp18 Juta saat Beraksi di Jalanan, Begini Ujungnya

Pengemis asal Bojonegoro kedapatan membawa uang Rp18 juta lebih saat beraksi di Senayan. Begini nasibnya sekarang.

Baca Selengkapnya
Perjuangan Sukamti, 25 Tahun Bekerja di Malaysia Demi Wujudkan Mimpi Ayah untuk Naik Haji
Perjuangan Sukamti, 25 Tahun Bekerja di Malaysia Demi Wujudkan Mimpi Ayah untuk Naik Haji

Dia mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.

Baca Selengkapnya
Daftar Diam-diam, Nenek Tukang Pijat Bayi Berusia 100 Tahun di Probolinggo Ini Berhasil Wujudkan Impian Pergi Haji
Daftar Diam-diam, Nenek Tukang Pijat Bayi Berusia 100 Tahun di Probolinggo Ini Berhasil Wujudkan Impian Pergi Haji

Bertahun-tahun, tak ada anggota keluarganya yang tahu bahwa nenek Ngatima akan pergi haji

Baca Selengkapnya
Kisah Tragis Gelandangan Hidup Bareng Waria Disangka Suami Istri, Sampai Mati Tertabrak Kereta
Kisah Tragis Gelandangan Hidup Bareng Waria Disangka Suami Istri, Sampai Mati Tertabrak Kereta

Kisah tragis seorang tuna wisma yang sudah hidup di jalanan selama puluhan tahun.

Baca Selengkapnya
Viral Aksi Wanita Bantu Pria Asal Kudus yang Tersesat hingga Muara Enim, Begini Akhirnya
Viral Aksi Wanita Bantu Pria Asal Kudus yang Tersesat hingga Muara Enim, Begini Akhirnya

Setelah bertemu dengan wanita pemilik akun @iyasaya_emngkenapa, pria tersebut akhirnya mendapat pertolongan.

Baca Selengkapnya
Inspiratif, Begini Kisah Para Lansia di Jateng Tetap Semangat Tunaikan Ibadah Haji
Inspiratif, Begini Kisah Para Lansia di Jateng Tetap Semangat Tunaikan Ibadah Haji

Di antara mereka, ada seorang nenek berusia 99 tahun yang terlihat semangat untuk menunaikan ibadah haji

Baca Selengkapnya
VIDEO: Kapolri Listyo Kagum Temui Bripka Joko Jadi Penggali Kubur, Ditawari Sekolah Perwira
VIDEO: Kapolri Listyo Kagum Temui Bripka Joko Jadi Penggali Kubur, Ditawari Sekolah Perwira

Aksi mulia personel Polsek Samarinda Ulu, Bripka Joko Hadi Aprianto menarik perhatian pimpinan Polri.

Baca Selengkapnya
Kabar Duka, Nenek Betrand Peto Meninggal Dunia
Kabar Duka, Nenek Betrand Peto Meninggal Dunia

Kabar duka datang dari anak angkat Ruben Onsu dan Sarwendah, Betrand Peto. Sang nenek telah pergi untuk selamanya.

Baca Selengkapnya
Neneknya Meninggal Langsung Pulang Kampung, Tangis Betrand Peto Pecah saat Lihat Jenazah
Neneknya Meninggal Langsung Pulang Kampung, Tangis Betrand Peto Pecah saat Lihat Jenazah

Betrand kembali ke NTT untuk bisa melihat nenek terakhir kalinya. Momen penuh haru pun nampak begitu jelas.

Baca Selengkapnya