Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Panji ajarkan kosmologi Jawa 'kiblat papat kalima pancer'

Cerita Panji ajarkan kosmologi Jawa 'kiblat papat kalima pancer' Cerita rakyat percintaan Panji dan Candrakirana. ©2016 Merdeka.com/imam mubarok

Merdeka.com - Cerita Panji adalah sastra gaya folklor, dekat dengan rakyat. Perilaku Panji sederhana, tidak gengsi, tidak mau berlebihan, walaupun dia seorang bangsawan. Namun begitu, Panji dan Candrakirana bisa menjadi petunjuk bagi orang yang ingin tahu dan ingin mendapatkan kedamaian. Begitu kuatnya cerita panji hingga banyak pihak mencalonkan Panji masuk dalam warisan UNESCO sebagai Memory of the World atau MOW.

Panji merupakan kisah tradisional Jawa Timur yang berlatar zaman Kediri (1104-1222), yang kemudian menyebar ke beberapa wilayah dan negara lain. Cerita Panji sendiri juga mengalami anakronisme, yakni mencampurkan latar belakang Singasari (1222-1293). Anakronisme tersebut bisa terjadi sebab ketika Singasari bendiri Kediri juga masih berdiri.

Ada banyak macam versi Panji, cerita Panji selalu menampakkan dirinya dalam bentuk, cerita tentang pangeran dan puteri dari empat negara. Dalam buku Arkeologo Budaya Indonesia karangan Jakob Sumardjo, mengulas kisah Panji salah satunya juga ajaran kosmologi Jawa yakni Kiblat Papat Kalima Pancer.

Kiblat papat lima pancer sebagai falsafah Jawa merupakan salah satu perwujudan konsep mandala. Pandangan ini disebut juga 'dunia waktu', artinya penggolongan empat dimensi ruang yang berpola empat penjuru mata angin dengan satu pusat.

Hal ini berkaitan dengan kesadaran manusia akan hubungan yang tidak terpisahkan antara dirinya dengan alam semesta. Konsep ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia terlahir dengan membawa hawa nafsu yang bersumber dari dirinya sendiri.

Berdasarkan pandangan kiblat papat lima pancer, nafsu yang menjadi dasar karakter manusia dapat dibagi menjadi empat sesuai dengan arah mata angin, yaitu lauwamah, supiyah, amarah dan mutmainah.

Falsafah kiblat papat lima pancer yang berkaitan langsung dengan konsep mikrokosmos, akan diangkat sebagai sebuah solusi guna membentengi manusia dari pengaruh negatif zaman dan lingkungan.

Melalui konsep kosmologi Jawa inilah diperoleh gambaran mengenai sifat-sifat dasar manusia, yang pada hakekatnya menjadi sumber dari segala permasalahan.

Hal ini seringkali tidak disadari mengingat manusia belum tentu mengetahui perihal karakter pribadinya yang paling hakiki. Perwujudan visualnya berupa media komunikasi antara penulis dengan orang lain (apresiator). Karya ini mengandung makna tersirat berupa imbauan agar manusia tidak hanya mengutamakan kepentingan lahiriah, tetapi hendaknya terjalin keselarasan dan keseimbangan antara dimensi lahir dan batin.

Cerita Panji adalah cerita tentang pangeran dan puteri dari 4 negara (Kediri, Kahuripan, Gegelang dan Singasari), percintaan antara pangeran dan putri masing-masing pasangan negara, menghilangnya Candrakirana, pencarian Candrakirana, pencarian Panji, saling menyamar dalam mengembara, penaklukan para pangeran dan puteri terhadap negara-negara sekitarnya. Dan akhirnya kebahagiaan perkawinan antar pasangan-pasangan.

Menurut Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi (Lesya) Poerbatjaraka seorang budayawan, ilmuwan Jawa dan terutama pakar sastra Jawa Kuna, di Jawa Timur waktu itu terdapat empat negara yang raja-rajannya saling bersaudara. Negara itu adalah Jenggala atau Kahuripan (bagian utara), Daha atau Kediri (bagian selatan), Singasari (bagian timur) dan Gegelang atau Urawan (bagian barat).

Raja Jenggala, meski sudah memiliki seorang putra bernama Brajanata, masih memohon kepada Dewa untuk memperoleh anak laki-laki lagi. Permintaan tersebut dikabulkan dengan menjelmakan seorang dewa di istana Jenggala dan lahirlah Raden Inu Kertapati (Panji).

Sementara itu raja Daha juga memohon dikaruniai seorang anak, maka Dewa menjelmakan seorang dewi di Istana Daha dan lahirlah putri Daha, Candrakirana.

Tetapi Dewa murka karena setelah permohonan kedua raja itu dikabulkan, tetapi mereka juga lupa berterima kasih kepada Dewa. Maka Dewa memutuskan bahwa kedua pasangan laki-perempuan dari Jenggala dan Daha akan mengalami berbagai kesulitan sebelum mereka hidup sebagai suami istri.

Dua raja yang lain, yakni Gegelang, mempunyai dua orang anak pula, Ratna Kumala Agung, perempuan dan Singamantri (lelaki). Sedangkan Singasari hanya mempunyai satu anak perempuan yakni, Galuh Purwokusumo.

Di samping itu Raja Daha masih mempunyai seorang anak lelaki lagi yaitu, Perbatasari atau Gunungsari. Sedangkan raja Jenggala masih mempunyai dua orang putera lagi yakni yakni Carang-Tinangluh atau Pangeran Anom dan Retno Wilis (Onengan).

Jika dibaca secara kosmologi dari empat kerajaan tersebut baru ada empat negara yang berdiri sendiri, belum merupakan kesatuan kerajaan karena belum ada 'pusat'.

Seluruh cerita Panji sebenarnya berisi kisah bagaimana keempat kerajaan yang bersaudara tersebut menjadi satu kerajaan saja, yang terdiri dari satu kerajaan pusat di tengah, dan empat kerajaan lainnya mengitarinya menurut arah mata angin.

Kisah itulah yang berawal dari pelarian putra putri raja, penyamaran, penaklukan, dihidupkan dari kematian dan akhirnya perkawinan di antara putra-putri kerajaan.

Sebagian besar kisah Panji dipenuhi dengan penyamaran dan peperangan yang berulang-ulang serta berbelit-belit. Namun hal ini perlu diteliti lebih jauh, sebab perang itu ada polanya sendiri yang disesuikan dengan kosmologi Jawa.

Alur cerita diawali ketika Raden Inu (Panji) yang sudah dipertunangkan dengan Candrakirana jatuh cinta terhadap gadis desa Martalangu (Dewi Angreni) putri Kiai Patih Kudanawarsa, pada waktu Panji dan dua saudara lelakinya berburu di tengah hutan. Hingga akhirnya sang gadis di bawa pulang ke istana dan ditempatkan di keputren.

Berulang kali Angreni mengingatkan kepada Raden Panji bahwa dirinya telah dipertunangkan dengan putri Daha yakni Candrakirana. Sebab Angreni mempunyai firasat buruk akan hubungan asmara keduanya.

Dan firasat itu benar, ketika Raden Panji berburu, ada dua versi yang menceritakan Martalangu (Angreni) dibunuh oleh ibunda Panji. Versi lain dari Babad Kadhiri tewasnya Dewi Angreni adalah peran dari Dewi Kilisuci yang sebelumnya dimintai tolong oleh adiknya Prabu Lembu Amiluhur (ayah Panji).

Langkah membunuh Dewi Angreni lewat tangan Nila Prabangsa yang merupakan putra kemenakan Dewi Kilisuci salah satunya dilakukan untuk menjaga benih silsilah raja yakni putra raja harus kawin dengan putri raja.

Setelah Dewi Angreni terbunuh dan dikatakan kepada Raden Panji bahwa Angreni moksha, Panji terpukul hebat, setengah gila. Lalu dia memutuskan untuk mengembara dan menyamarkan diri untuk menghilangkan kesedihan.

Kabar minggatnya Panji terdengar hingga ke telinga Candrakirana, merasa dikhianati akhirnya dia juga mengambil langkah melarikan diri dari istana dengan menyamar sebagai lelaki.

Beberapa versi melunakkan kisah larinya Candrakirana dengan membuat cerita Candrakirana lenyap dari istana oleh Batara Kala dengan datangnya angin topan di Daha. Versi ini menunjukkan bahwa tak pantas seorang putri lari dari keputrennya.

Saudara-saudara Panji maupun adik Candrakirana ikut kabur dari istana, masing-masing mencari saudarannya dan menyamar pula. Candrakirana menyamar sebagai Kuda Sumirang. Panji sebagai Kelana Edan. Dalam penyamaran dan pencarian itu, putra-putri raja empat negara banyak menaklukkan negara-negara lain.

Akhirnya Kuda Sumirang dan Kelana Edan bertemu mengabdi pada Gegelang. Gegelang adalah satu-satunya negara yang mempunyai putri yang belum dipertunangkan, sehingga raja Socawindu melamar putri tersebut untuk dikawinkan dengan puteranya.

Kalau lamaran ditolah maka Socowindu akan menyerang Gegelang beserta lima raja lainnya yang masih bersaudara dengan kerajaan Gegelang. Ketika Socawindu menyerang menyerang Gegelang, Raden Panji dan Candrakirana mengadang mereka dan mengalahkan Socawindu.

Sementara itu sebelum penyerangan Socawindu Panji telah bertemu dengan Candrakirana dan jatuh cintah kepadannya. Juga ketika keduanya menyamar, Candrakirana sebagai Sumirang, Panji tetap tak dapat dipisahkan dengan Sumirang.

Seluruh cerita berakhir bahagia, karena putra-putri keempat kerajaan itu saling bertemu bersamaan dengan bertemunya Panji-Candrakirana. Maka kini bersatulah keempat kerajaan Jawa itu karena masing-masing menjadi pasangan suami istri dengan pusat Daha atau Kadiri.

Dalam buku Topeng Panji 'mengajak kepada yang tersembunyi' terbitan Balai Soedjatmoko- Semarak Candrakirana Fondation- Pemkab Malang, cetakan pertama September 2014, oleh beberapa penulis dan penulis tamu di antaranya Wisnu Kisawa, Purnawan Andra, Yunanto S, Sigit Purwanto, Timbul Haryono Lydia Kieven, Dwi Cahyono dan Sindhunata banyak diulas tentang Panji.

Salah satunya pada tahun 1983, konfrensi regional UNESCO tentang literatur klasik pahlawan-pahlawan Asia Tenggara yang diadakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, para peneliti Indonesia mendasarkan analisa mereka atas lima cerita Panji.

Mereka mendiskusikan cerita Panji, khususnya kepahlawanan Panji dalam budaya Indonesia. Dan mereka telah menyumbangkan suatu analisa akan pandangan tentang cerita Panji Dewasa ini.

Kompilasi kualitas Panji membentuk suatu sosok pahlawan ideal: Panji memiliki penampilan yang menarik, tampan. Lebih jauh lagi Panji menunjukkan pengabdian kepada para Dewa dan menjalankan meditasi sebagai sarana berhubungan dengan para dewa. Dia juga seorang prajurit yang berhasil, memerlihatkan kesanggupannya bertahan hidup dalam perjalanan melalui hutan. Karakter dan perilakunya baik di depan rakyat dan kesetiannya tinggi terhadap calon istrinya, kendati dia memiliki hubungan cinta dengan perempuan-perempuan lain.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dulu Jadi Peradaban Tanah Jawa, Candi Gunung Wukir di Magelang Ini Lebih Tua dari Borobudur
Dulu Jadi Peradaban Tanah Jawa, Candi Gunung Wukir di Magelang Ini Lebih Tua dari Borobudur

Di candi itulah ditemukan Prasasti Canggal yang menceritakan masa emas pemerintahan Raja Sanjaya

Baca Selengkapnya
Candi Jawi Pasuruan, Wisata Sejarah di Dataran Tinggi dengan Pemandangan Gunung Arjuna dan Welirang
Candi Jawi Pasuruan, Wisata Sejarah di Dataran Tinggi dengan Pemandangan Gunung Arjuna dan Welirang

Nikmati sensasi wisata sejarah Candi Jawi dengan pemandangan sejuk di sekelilingnya.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Candi Jabung, Portal Tersembunyi Majapahit Mahakarya Era Raja Hayam Wuruk
Mengunjungi Candi Jabung, Portal Tersembunyi Majapahit Mahakarya Era Raja Hayam Wuruk

Candi Jabung merupakan salah satu candi yang membuat Thomas Raffles kagum akan kemegahannya.

Baca Selengkapnya
6 Kerajaan Besar di Jawa Timur pada Masa Lalu, Mulai Kanjuruhan sampai Majapahit
6 Kerajaan Besar di Jawa Timur pada Masa Lalu, Mulai Kanjuruhan sampai Majapahit

Jawa Timur termasuk provinsi yang menyimpan bukti sejarah kerajaan-kerajaan besar di Tanah Air.

Baca Selengkapnya
Kisah Perselingkuhan Zaman Jawa Kuno, Nyawa Pasangan Melayang Berbuntut Penyesalan
Kisah Perselingkuhan Zaman Jawa Kuno, Nyawa Pasangan Melayang Berbuntut Penyesalan

Kisah perselingkuhan ternyata sudah mewarnai kehidupan ratusan tahun silam.

Baca Selengkapnya
5 Fakta Kediri Kabupaten Tertua Kedua di Jawa Timur, Namanya Disebut dalam Banyak Kitab Sastra Jawa Kuno
5 Fakta Kediri Kabupaten Tertua Kedua di Jawa Timur, Namanya Disebut dalam Banyak Kitab Sastra Jawa Kuno

Pada 2024 ini Kabupaten Kediri berusia 1220 tahun.

Baca Selengkapnya
Potret Wilayah Penting Kerajaan Majapahit Sejak Pemerintahan Raja Pertama, Warga Hidup Makmur
Potret Wilayah Penting Kerajaan Majapahit Sejak Pemerintahan Raja Pertama, Warga Hidup Makmur

Sejak puluhan abad silam, daerah ini sudah jadi wilayah penting bagi kehidupan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Limwa, Terkenal Cerdas sejak Kecil hingga Jadi Raja yang Adil dan Suka Menolong
Mengenal Limwa, Terkenal Cerdas sejak Kecil hingga Jadi Raja yang Adil dan Suka Menolong

Ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Bukit Pertapaan Blitar, Lokasi Favorit Para Tokoh Masa Silam untuk Bertapa
Mengunjungi Bukit Pertapaan Blitar, Lokasi Favorit Para Tokoh Masa Silam untuk Bertapa

Bukit ini memiliki pertautan erat dengan sejumlah tokoh pada era Kerajaan Kadiri.

Baca Selengkapnya
Menilik Kehidupan Gayatri Rajapatni, Perempuan yang Nasihatnya Didengar Raja
Menilik Kehidupan Gayatri Rajapatni, Perempuan yang Nasihatnya Didengar Raja

ia adalah wanita terhormat, bijak, cerdas, dan berpendirian teguh

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya

Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.

Baca Selengkapnya
Konon Warga Lamongan Dilarang Menikah dengan Warga Kediri, Ini Kisah di Baliknya
Konon Warga Lamongan Dilarang Menikah dengan Warga Kediri, Ini Kisah di Baliknya

Mitos larangan menikah tak hanya berlaku pada orang Jawa dan Sunda, ternyata sesama suku Jawa pun ada yang terlarang menikah.

Baca Selengkapnya