Cerita Para Pencari Suaka, Ditolak Warga Hingga Jatah Makanan Dibatasi
Merdeka.com - Penolakan warga terhadap keberadaan pengungsi Warga Negara Asing (WNA) pencari suaka, bertebaran di Perumahan Daan Mogot Baru, Jakarta Barat. Di lokasi itu, terdapat penampungan sementara para pencari suaka.
Warga Perumahan menolak eks Gedung Kodim dijadikan penampungan pencari suaka. Ragam komentar dan cerita datang dari para pencari suaka. Abdul khaliq misalnya. Pria asal Afghanistan itu mengaku tak punya pilihan lain. Selain tinggal sementara waktu di tempat ini.
"Kami di Indonesia tidak bisa memilih ingin tinggal di mana," kata Abdul ketika ditemui, Minggu (14/7/2019).
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Kenapa pria itu tinggal di kolong rumah? 'Ini adalah situasi yang aneh, tetapi mungkin bukan hal yang tidak biasa. Saat ini, orang-orang memang mencari tempat berlindung.'
-
Kenapa Pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko menyebut, para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
-
Dari mana saja orang cari rumah di Jakarta? Dari segi asal, lanjutnya, sebagian besar pencari properti di Jakarta berasal dari dalam wilayah itu sendiri. Namun, kota-kota satelit di sekitarnya juga mencatatkan proporsi pencarian yang signifikan.
-
Apa yang ditemukan di permukiman tersebut? Karena ukuran struktur dan elemen arsitekturnya, para arkeolog berpendapat struktur tersebut mungkin merupakan bangunan umum atau kuil, salah satu contoh tertua yang ditemukan hingga saat ini di Dataran Rendah Yudea.
Diakuinya, hidup di penampungan jauh lebih aman dan nyaman dibandingkan di trotoar jalan. Dia merasa sangat terbantu.
"Kami sangat tertolong. Di sini kami mendapatkan makan dan minum gratis," ujar dia.
Berbeda dengan Abdul khaliq, Abdul Rahman justru merasa lebih nyaman tinggal di Trotoar Kalideres. Menurut dia,jumlah pengungsi yang tinggal di penampungan jauh lebih banyak.
"Di sini ramai-ramai. Di sini kalau mandi tunggu dua jam," ujar dia.
Kondisi ini memengaruhi ketersediaan makanan. Sementara jika mereka hidup di jalanan, banyak warga yang memberikan makanan secara gratis. Sementara di penampungan tidak begitu.
"Kalau di sini makan dibatasi. Ada satu pun saling rebutan. Pusing di sini banyak berantem," ujar dia.
Reporter: Ady AnugrahadiSumber: Liputan6.com
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 101 pencari suaka asal Afghanistan, Irak dan Pakistan masih bertahan di gedung tersebut.
Baca SelengkapnyaViral Pengungsi Rohingya di Aceh 'Ngelunjak', Menko Muhadjir Ngaku Belum Terima Laporan
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya tersebut sebelumnya ditolak ditampung sementara di sejumlah tempat.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaMeski menolak kedatangan pengungsi Rohingya, warga Aceh tetap memberikan bantuan berupa makanan dan minuman.
Baca Selengkapnyaolisi mendapatkan lima Rohingya tersebut masih di kawasan Tanjung Pura dan langsung membawa ke penampungan kembali.
Baca SelengkapnyaRatusan Pengungsi Rohingya yang awalnya bakal ditampung sementara di Bumi Perkemahan Pramuka Seulawah, Pidie, ditolak warga setempat.
Baca SelengkapnyaSeorang pengurus masjid mengungkap kisah wanita non-muslim yang begitu pilu.
Baca SelengkapnyaPencari suaka itu dibawa ke gedung Direktorat Jenderal Imigrasi untuk didata.
Baca SelengkapnyaMahfud mengatakan jumlah pengungsi etnis Rohingya terus bertambah karena adanya jaringan mafia tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Baca SelengkapnyaHanya dapat 15 ribu rupiah sehari dan harus nafkahi lima orang anak, perjuangan pria ini bikin haru.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca Selengkapnya