Cerita Pedagang Suvenir di Pantai Kuta: Sudah Lama Tidak Ngomong Sama Turis
Merdeka.com - Kunjungan turis maupun wisatawan lokal belum terlihat ramai di Pasar Seni Kuta yang merupakan pusat oleh-oleh khas Bali, di wilayah Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (15/10).
Di Pasar Seni Kuta, Bali, juga terlihat kios-kios tutup kendati ada kios yang buka. Pedagang mengeluhkan sepinya wisatawan.
"Sama sekali tidak ada. Saya berapa kali buka tidak ada tamu, sepi sekali. Wisatawan lokal paling ada satu dua (yang belanja). Tapi jarang sekali, dan mereka (kebanyakan) hanya jalan-jalan," kata Ibu Wayan Suri (62) saat ditemui di kios dagangnya.
-
Bagaimana Pak Kasimin mendapatkan kebutuhan sehari-hari? Sehari-hari ia beraktivitas sebagai pedagang sayuran. Hasil bumi ia cari di hutan dan hasilnya ia jual ke pengepul. Kalau belanja kebutuhan sehari-hari pun ia harus pergi ke perkampungan terdekat.
-
Bagaimana warga memenuhi kebutuhan sehari-hari? Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap warga mencatat pada kertas lalu menitipkan daftar belanja pada truk tersebut.
-
Bagaimana Seni Tani mendapatkan pemasukan? Kepastian pendapatan dari hasil penjualan hasil tani dilakukan melalui pendekatan sistem CSA (Community Supported Agriculture),
-
Siapa yang membantu istri Nelayan Banyuwangi? Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi Alief Rachman Kartiono mengatakan, pendampingan saat ini tengah berjalan pada kelompok istri nelayan di empat kecamatan, yakni di Blimbingsari, Muncar, Tegaldlimo, dan Pesanggaran.
-
Apa yang dilakukan Baim Wong dan keluarga di Bali? Keluarga pasangan Baim Wong dan Paula Verhoeen sedang berada di Bali. Baim Wong dan Paula Verhoeen sedang menikmati momen liburan di Bali. Baim dan Paula juga turut membawa serta kedua anak mereka, Kiano dan Kenzo.
-
Dimana istri Nelayan di Banyuwangi membuat produk olahan laut? Di Blimbingsari, misalnya, para istri nelayan membuat produk olahan ikan bakar. Para istri nelayan di sejumlah kecamatan di Banyuwangi didampingi untuk mengembangkan usahanya saat musim paceklik ikan.
Perempuan asal Kuta, Bali ini, telah berjualan pakaian dan suvenir di Pasar Seni sejak tahun 1980. Ia mengaku, untuk kondisi saat ini paling sulit karena imbas pandemi Covid-19. Suri menceritakan sejak kasus corona di Bali dirinya sudah jarang membuka kiosnya karena sepinya wisatawan.
Selain itu, dirinya harus membayar lapak kios-nya sebesar Rp 15 juta per tahunnya. Sehingga, dirinya meminjam uang ke bank. "Iya bayar Rp 15 juta per tahun. Tidak ada pemasukan, iya minjem uang ke bank. Saya jarang-jarang buka, iya kadang dua hari sekali. Waktu itu pernah tutup sekitar 4 dan 5 bulan tidak buka selama Covid-19," ungkapnya.
Suri mengaku, sebelum Pandemi Covid-19 penjualan pakaian dan suvenir di kiosnya per hari bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp600 ribu kalau sedang ramai wisatawan. Namun, bila sepi hanya mendapat Rp 300 hingga Rp 200 ribu dan kadang mendapatkan Rp 25 ribu.
Namun, semenjak Pandemi Covid-19 dirinya jarang sekali mendapat uang dari hasil penjualan di kiosnya. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia hanya mengandalkan hasil penjualan canang yang dibuatnya dan juga dibantu oleh keluarganya.
"Sekarang, berapa kali sudah buka tidak pernah dapat uang, tidak ada tamu. Paling saya bikin canang dijual ke pasar. Suami tidak kerja sama-sama (jualan) di sini dan anak saya ada empat," ungkapnya.
Suasana Pantai Kuta. ©2021 Merdeka.com/M KadafiDia juga berharap, dibukanya penerbangan internasional ada wisatawan mancanegara yang datang ke Bali. Ia juga rindu bicara sama para turis karena selama corona jarang bule yang mampir ke kios-nya.
"Iya sudah lama tidak ngomong sama turis," ujar Suri.
Sementara, nasib yang sama juga dirasakan oleh seorang nenek bernama Nyoman (70) yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang pijat di Pantai Kuta, Bali.
Ia menceritakan, bahwa untuk saat ini di Pantai Kuta Bali sepi wisatawan asing dan hanya beberapa wisatawan lokal. Tetapi, hari ini dirinya baru mendapatkan satu wisatawan lokal untuk dipijat dan mendapatkan uang sebesar Rp 25 ribu.
"Uangnya sudah habis buat beli minuman dan makanan," ujarnya sambil tertawa.
Pasar Seni Pantai Kuta. ©2021 Merdeka.com/M KadafiNenek Nyoman mengaku sebelum Pandemi Covid-19, dirinya bisa memijat wisatawan asing dan tamu lokal dua atau tiga orang. Namun, untuk saat ini sangat jarang terlebih banyak tukang pijat di Pantai Kuta.
Selain itu, untuk kebutuhan sehari-hari Nenek Nyoman dibantu oleh tiga orang anaknya sehingga bisa bertahan hidup di tengah Pandemi Covid-19.
"Masih sepi tidak ada tamu. Ada sedikit saja wisatawan lokal banyak tukang pijat sekarang. Minta sama anak ada tiga anak saya," ucapnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaTekad yang kuat dan kerja keras mampu membuat yang tak mungkin jadi mungkin.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaPenjual mainan ketemu Ganjar dan diajak untuk mampir ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaWalaupun sepi pengunjung, para pedagang pasar memilih bertahan tetap berjualan
Baca SelengkapnyaPara pembeli bebas mencicipi roti sepuasnya tanpa bayar
Baca SelengkapnyaPerjuangan kakek Jagat penjual mainan keliling ini viral, mengaku sering pulang dengan tangan kosong.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan pemuda Garut yang terlantar di Bali.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah @sayaphati ini pun viral dan membuat warganet ikut sedih.
Baca Selengkapnya