Cerita pembantaian Belanda di balik Tari Gandrung Banyuwangi
Merdeka.com - Setiap kali perayaan HUT Kabupaten Banyuwangi selalu digelar Tari Gandrung Sewu. Dalam setiap kali pementasannya, tarian khas Kabupaten, Banyuwangi, Jawa Timur, ini dimainkan oleh ribuan para penari, baik laki maupun perempuan. Makanya disebut Tari Gandrung Sewu.
Festival Tari Gandrung Sewu yang digelar Sabtu sore (29/11) ini di Pantai Boom, Banyuwangi, adalah yang kali ketiga, terhitung sejak Tahun 2012 hingga 2014 ini. Sejak Abdullah Azwar Anas memimpin kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu, tarian rakyat tersebut kerap menghiasi rangkaian acara HUT Kabupaten Banyuwangi.
Menurut cerita masyarakat Banyuwangi, kata Gandrung bermakna terpesonanya masyarakat agraris di Bumi Blambangan, sebutan lain Banyuwangi, kala itu kepada Dewi Sri, Sang Dewi Kesuburan atau Dewi Padi, yang kerap membawa kesejahteraan.
-
Apa julukan Bangkalan saat ini? Kini, sebutan Kota Salak semakin tak terdengar. Bangkalan pun lebih dikenal sebagai Kota Zikir dan Selawat.
-
Jagoan Banyuwangi itu apa? Jagoan Banyuwangi merupakan program inkubasi pengembangan usaha anak muda di bidang pertanian, bisnis, dan digitalisasi (startup) beserta turunannya yang digagas oleh Pemkab Banyuwangi.
-
Dimana Banyuwangi mendapat penghargaan? Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan penghargaan terhadap Kabupaten Banyuwangi sebagai kabupaten dengan perencanaan terbaik. Hal tersebut diberikan langsung oleh Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono dalam Musrenbang Provinsi di Surabaya, Rabu (3/4).
-
Apa penghargaan yang didapat Banyuwangi? 'Banyuwangi meraih penghargaan terkait pengadaan barang dan jasa pemerintahan. Kali ini, pada Indonesia Sustainable Procurement Expo 2024 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Katalog Elektronik Nasional. Banyuwangi dinilai sebagai daerah yang memiliki komitmen tinggi memanfaatkan produk dalam negeri yang mendukung pembangunan daerah, yang ini artinya juga pemkab dinilai banyak melibatkan pelaku usaha lokal dalam pengadaan barang dan jasa,' kata Bupati Ipuk Fiestiandani, Jumat (21/6).
-
Apa yang unik dari tempat wisata di Banyuwangi? Kota di ujung timur Pulau Jawa ini rasanya memiliki begitu banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Ada tempat wisata berbasis alam, kuliner, hingga budaya yang unik dan berbeda dari tempat lainnya.
-
Apa yang menarik dari wisata di Banyuwangi? Banyuwangi memiliki segudang tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Kemudian, Tari Gandrung dimainkan sebagai wujud rasa syukur sehabis panen raya di Tanah Osing. Seni Tari Gandrung disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya antara Jawa dan Bali.
Saking populernya seni tari yang didominasi orkestra khas daerah paling timur Pulau Jawa ini, Banyuwangi diidentikkan dengan Gandrung. Banyuwangi juga dijuluki Kota Gandrung, selain julukan-julukan lainnya, seperti Bumi Blambangan, Tanah Osing, dan The Sunrise of Java.
Namun ada juga cerita pembantaian kompeni dalam Tari Gandrung tersebut? Bagaimana ceritanya? Berikut kisahnya:
Kompeni dibantu Mataram dan Madura bantai prajurit Blambangan
Jika ditengok dari sisi sejarah, seperti yang dikisahkan masyarakat sekitar, salah satunya Warto. Kata, lelaki berusia 62 tahun ini, kesenian Gandrung muncul bersamaan dengan dibabadnya Alas (hutan) Tirtagondo atau Tirta Arum, untuk membangun Ibu Kota Blambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang).Dari catatan sejarah, ide pembangunan ibu kota yang baru itu, berasal dari Temenggung Wiroguno I atau Mas Alit yang kemudian dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang."Aslinya (awal mula), tari Gandrung dimainkan kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana. Mereka setiap hari berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Blambangan sebelah timur, waktu itu," kata Warto dengan logat Jawa-nya, di sekitar Pantai Boom, tempat digelarnya Festival Tari Gandrung Sewu, Sabtu (29/11).Dikisahkan, konon, sekitar Tahun 1767, ketika pasukan Kompeni atau Belanda yang di-back up prajurit Mataram dan Madura, menyerang dan meluluhlantahkan Blambangan yang dipimpin Mangwi.Perang ini disebut Perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dan hanya menyisakan sekitar lima ribu prajurit Blambangan dan beberapa penduduk. Para wanita ditawan, sebagai jarahan perang.
Pasukan Blambangan tercerai berai usai Perang Bayu
Dengan berakhirnya Perang Bayu pada 11 Oktober 1772, para prajurit dan penduduknya pergi mengungsi dan tercerai-berai di hutan, gunung dan daerah-daerah lain. Selanjutnya, para prajurit yang cerai-berai itu, berusaha mengumpulkan seluruh kawan-kawan seperjuangannya dan mentahbiskan diri sebagai Gandrung Marsan atau penari laki-laki.Mereka menggelar pertunjukan dari kampung ke kampung. Usai pertunjukan, mereka minta imbalan berupa beras atau hasil bumi lainnya yang kemudian dibagi-bagikan kepada pengungsi yang memerlukan bantuan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, di pedalaman, atau yang bertahan hidup di hutan-hutan dengan segala penderitaannya pasca-Perang Bayu.Lahirnya kesenian yang dijadikan sebagai alat perjuangan menyelamatkan sisa-sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan dan membangun kembali Bumi Blambangan sebelah timur yang telah porak-poranda oleh Kompeni itu.
Semi, penari Gandrung wanita pertama
Kemunculan Gandrung Marsan mulai populer atau mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan bupati kelima Banyuwangi, yaitu Bupati Pringgokusumo di Tahun 1867. Kemudian, pada perkembangannya, Tari Gandrung tidak hanya dimainkan kaum lelaki, tapi juga wanita. Gandrung wanita pertama adalah Semi, seorang anak kecil yang pada waktu itu, sekitar Tahun 1895, masih berusia sepuluh tahun.Menurut cerita yang dipercaya masyarakat sekitar, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi, yang bernama Mak Midhah bernazar:"Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing (Kalau kamu sembuh, aku jadikan Seblang, kalau tidak ya tidak jadi)."Akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru sejarah Gandrung, yang kali pertama dimainkan kaum hawa. Tarian Seblang ala Semi ini, kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat.
Tari Gandrung kini jadi destinasi wisata di Bumi Osing
Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan Gandrung mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.Dan di masa kepemimpinan Abdullah Azwar Anas, tarian ini dijadikan salah satu destinasi budaya di Banyuwangi, yang mampu menyedot minat wisatawan mancanegara. Dan secara berturut-turut selama tiga tahun terakhir ini, Festival Tari Gandrung Sewu turut menghiasi rangkaian HUT Kota Banyuwangi, yang jatuh pada 18 Desember."Dengan memperpanjang siklus destinasi, otomatis lama kunjungan wisatawan bertambah. Setelah menikmati event, misalnya, bisa ke Kawah Ijen, Pulau Tabuhan, belanja kuliner, dan sebagainya. Belanja wisatawan-pun lebih besar. Pariwisata event juga memberi banyak opsi ke wisatawan untuk memilih jadwal agenda kunjungan ke Banyuwangi," tandas dia.Tari Gandrung sendiri, terbagi tiga bagian, yaitu Jejer, Maju atau Ngibing dan Seblang Subuh atau permohonan ampun kepada Tuhan.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca SelengkapnyaKesenian tradisional yang satu ini telah menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi sekaligus hiburan masyarakat ketika acara hajatan.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan nama-nama jalan di Belanda yang menggunakan nama daerah yang ada di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSeiring perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan pada zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger mengalami perubahan.
Baca SelengkapnyaAda beragam atraksi seni dan budaya yang dihelat dalam sepekan Lebaran di Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaWisata Tawangmangu telah kesohor sejak zaman Belanda ketika berkunjung ke wilayah Solo Raya.
Baca SelengkapnyaSelain menjadi atraksi wisata, Meras Gandrung juga upaya mempertahankan dan melestarikan budaya Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPemberontakan yang ia pimpin menjadi pemberontakan besar terhadap Belanda yang pertama di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaKabupaten Malang merupakan kabupaten tertua di Provinsi Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaBendungan ini dulu jadi lokasi prewedding favorit para penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaWarga Lamongan tampilkan kekejazam kerja rodi zaman penjajahan Belanda. Bikin nangis.
Baca SelengkapnyaDahulu Bandung bernama Tatar Ukur, dengan daerah administratif sampai Garut dan Sukabumi
Baca Selengkapnya