Cerita Pendiri Padepokan Bela Diri di Garut Dapat Gelar Raja Kandang Wesi
Merdeka.com - Berawal dari penghargaan atas jasanya mendirikan padepokan bela diri Syahbandar Kari Madi, Nurseno SP Utomo mendapatkan gelar raja dari forum komunikasi raja-raja dan sultan Nusantara yang diketuai Maskut Toyib. Namun kini, seiring munculnya kerajaan-kerajaan di sejumlah wilayah, ia pun menjadi salah satu sosok dari Garut yang disorot.
Nurseno sendiri diketahui memiliki kerajaan Kandang Wesi di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut. Saat ditemui di salah satu kafe di Garut, Nurseno mengaku enggan disamakan dengan raja palsu di Keraton Agung Sejagat. Selain itu, ia juga mengaku tidak mematok iuran kepada mereka yang ingin menjadi pengikutnya.
Ia menyebut bahwa isu raja-raja yang bermunculan saat ini hanyalah hal yang biasa saja. "Ini hanya euforia dari apa yang terjadi tentang banyaknya orang yang mengklaim kerajaan-kerajaan," ujar Nurseno, Jumat (24/1).
-
Siapa pendiri Kerajaan Nagur? Kerajaan ini mulanya ditempati penjelajah sekaligus Brahmana bergelar Darayad Damanik dari Asia Selatan atau kawasan yang disebut Hindustan (India) Ia membawa rakyatnya warga kerajaan Nagore yang hancur diserang bangsa Hun dari Asia tengah.
-
Siapa yang memimpin Tarumanegara? Saat dipimpin Purnawarman, pusat pemerintahannya terletak di antara Kecamatan Tugu, Jakarta Utara dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
-
Siapa raja pertama Kerajaan Kanjuruhan? Melalui prasasti ini, diketahui bahwa raja pertama kerajaan ini adalah Dewasimha, yang kemudian digantikan oleh Sang Liswa.
-
Siapa yang dijuluki 'Pangeran Sumenep'? Hingga saat ini, Irwan tetap aktif di panggung-panggung musik dangdut di daerah asalnya. Dikenal sebagai 'Pangeran Sumenep' dan kini telah menikah, ia berkomitmen untuk senantiasa memanjakan para penggemarnya.
-
Siapa saja yang mendapat gelar dari Keraton Surakarta? Berikut Merdeka telah merangkum deretan artis yang juga mendapat gelar spesial dari Keraton Surakarta. Penyanyi solo Rossa mendapatkan gelar spesial dari Keraton Surakarta, Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Sri Rossa Swaraloka. Gelar ini didapat Rossa lantaran dirinya dinilai sangat ahli dibidang bernyanyi. Judika menyandang gelar sebagai KRH Kencananingrat dari Keraton Surakarta. Gelar kehormatan ini didapat Judika lantaran dirinya disebut tak meninggalkan budaya Indonesia selama menjadi penyanyi. Nadine Chandrawinata, mantan Puteri Indonesia 2005 juga mendapat gelar spesial dari Keraton Surakarta. Ia diketahui menyandang status sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggun Diah Kusumaningrum. Kanjeng Mas Ayu Wartaningrum menjadi gelar spesial yang disandang oleh Najwa Shihab. Gelar ini didapat Najwa pada acara ulang tahun naik tahta ke-4 Paku Buwono XIII Sinuhun Tedjowulan, Sabtu, 3 Juli 2010. Selain Najwa Shihab, Soraya Haque juga menerima gelar kehormatan pada acara yang sama. Keduanya sama-sama mendapat gelar dari Keraton Surakarta pada 3 Juli 2010. Syahrini diketahui juga memiliki gelar spesial Keraton Solo, yaitu Kanjeng Mas Ayu. Pengageng Sasana Pustaka, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger jadi pemimpin upacara penobatannya kala itu.
-
Siapa pemimpin Keraton Surabaya? Kadipaten Kasepuhan dipimpin Bupati Raden Tumenggung Panji Condronegoro.
Dapat Gelar Raja Tahun 2014
Nurseno menjelaskan, bahwa ia mendapatkan gelar raja di tahun 2014 dari forum komunikasi raja-raja dan sultan Nusantara yang diketuai oleh Maskut Toyib yang merupakan Kepala Budaya TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Gelar raja yang disematkan sendiri adalah Raja Kandang Wesi.
"Saya diberi gelar raja sebagai penghargaan atas jasa saya mendirikan padepokan bela diri Syahbandar Kari Madi yang berdiri sejak tahun 1998. Gelar raja ini hanya gelar saja, tapi saya tidak pernah mendirikan sebuah kerajaan," katanya.
Ia menjelaskan bahwa secara kajian sejarah, Kandang Wesi memang terdapat kerajaannya, namun Nurseno mengaku hanya sebagai pemangku adat untuk menjaga budayanya.
Nurseno sendiri mengaku tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai raja, termasuk para murid di padepokan bela dirinya juga tidak pernah disebut sebagai pengikut kerajaan yang menggunakan kostum khusus.
Meski demikian, Nurseno mengaku dirinya memiliki kostum khusus namun tidak untuk muridnya di padepokan. "Pangkat-pangkatan juga tidak ada. Semuanya itu hanya untuk menjaga budaya saja, tidak lebih," akunya.
Tak Pernah Ajarkan Aliran Sesat
Selain itu, Nurseno mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mengajarkan aliran sesat kepada para muridnya di padepokan bela diri miliknya. Ia menyebut tidak pernah melarang muridnya untuk salat, apalagi sampai mengajak untuk menyimpang dari ajaran agama.
"Kalau saya mengajak warga disana untuk shalat menghadap ke arah timur itu sesat, silahkan saja tanya langsung kepada warga di Tegalgede (Pakenjeng, Garut). Yang ada malah saya sering ikut membantu warga untuk pembangunan mesjid," ucapnya.
Nurseno sendiri mengaku bahwa ia merupakan warga Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut sejak lahir. Ia pun tidak menampik bahwa dirinya sempat diisukan sebagai aliran sesat, namun Nurseno tidak merasa terganggu dan mengaku menanggapi hal tersebut dengan biasa saja.
Ia menyebut bahwa pemerintah dan aparat setempat juga sudah mengetahui aktivitas di kerajaannya. Namun Nurseno secara pribadi lebih sering menyebut tempatnya sebagai padepokan, bukan kerajaan.
"Karena kan lebih banyak yang belajar bela diri. Orang Koramil juga sudha menghubungi saya secara langsung. Dan sejak Kerajaan Kandang Wesi berdiri saya tidak pernah meminta murid-murid saya untuk menolak NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), namun malah mengajak agar menjaga adat budaya bangsa demi keutuhan NKRI," sebutnya.
Nurseno sendiri mengaku cukup menyesalkan dengan isu yang berkembang di tengah masyarakat yang menyebut dirinya mengajarkan aliran sesat hingga memungut iuran kepada mereka yang ingin menjadi pengikutnya.
"Saya tak punya anggota kerajaan. Tak pernah memungut iuran. Bisa dibuktikan itu semua. Kerajaan ini juga tidak ada urusan dengan agama, walau saya orang beragama. Sudah jelas berbeda dengan Keraton Agung Sejagat yang memang menipu," ujarnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mayjen Kunto Arief Wibowo ternyata memiliki garis keturunan dari keluarga bangsawan di Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKampung ini memiliki nuansa bersejarah yang kental.
Baca SelengkapnyaIa merupakan tokoh penting dalam sejarah Kota Surabaya.
Baca SelengkapnyaAndi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya.
Baca SelengkapnyaDi Desa Tempuran, Kabupaten Blora, ada sebuah makam keramat milik Mbah Lembu Peteng. Konon dulunya ia adalah seorang prajurit.
Baca SelengkapnyaBerikut deretan Jenderal TNI-Polri berstatus keturunan bangsawan. Siapa saja sosoknya?
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaBakat alaminya dalam hal karawitan telah terlihat sejak ia masih belia.
Baca SelengkapnyaKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian hajad dalem Sekaten.
Baca SelengkapnyaSelain dikenal sebagai putra dari Wakil Presiden Indonesia ke-6 Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, Mayjen Kunto Arief Wibowo rupanya punya garis keturunan keluar
Baca SelengkapnyaDengan hampir seluruh wilayahnya yang berada di daerah pegunungan, Wonosobo menawarkan pesona alam yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaPangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.
Baca Selengkapnya