Cerita petambak garam di Takalar dulang untung di tengah kelangkaan
Merdeka.com - Langkanya garam menurunkan berkah tersendiri bagi sebagian petambak garam khususnya mereka yang berada di Kabupaten Takalar, Sulsel atau sekira 40 kilometer dari Makassar. Karena produksi garam untuk bahan baku garam beryodium itu sangat kurang, otomatis mendongkrat harga garam yang ada.
Daeng Upa (41) salah seorang petambak garam yang ditemui di Desa Cikoang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Rabu, (2/7) mengaku, harga garam yang setahun lalu hanya Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per karung isi 50 kilogram karena produksi garam melimpah. Kini naik menjadi Rp 130.000 hingga Rp 140.000 per karung dengan berat yang sama.
"Sekarang pedagang garam yang kejar kita. Kalau perlu harga garam mereka naikkan supaya dapat garam. Masih sementara proses panen saja, sudah ada yang datang menawari. Padahal dulu kita yang kejar-kejar pedagang untuk beli garam karena saingan berat. Banyak sekali garam waktu itu karena memang tahun lalu musim kemarau cukup panjang sehingga banyak garam yang jadi. Tapi mungkin juga ada masuk garam impor," tutur Daeng Upa yang ditemui di pinggir ladang garamnya.
-
Kapan produksi garam meningkat? “Biasanya hanya 2,5 ton garam dalam sepekan. Tapi sekarang sampai 5 ton sepekan,“ ujar Kasipin.
-
Kenapa KKP menargetkan produksi garam 2,25 juta ton? Begitu juga dengan produksi garam mencapai nilai sebesar 2,25 juta ton.
-
Bagaimana cara petani Sukomakmur menjual hasil panen? Untuk penjualan, di Desa Sukomakmur para petani sudah punya pembelinya sendiri.
-
Apa yang dilakukan Bulog saat panen raya? Diketahui, panen raya padi dalam negeri tengah berlangsung hingga April 2024, sehingga ketersediaan beras nasional dipastikan melimpah. Menurut data BPS pada Maret 2024, panen Maret 1,10 juta hektar menghasilkan 3,38 juta ton beras dan bulan April 1,78 juta hektar menghasilkan 5,53 juta ton beras dan Mei 1,12 juta hektar menghasilkan 3,19 juta ton beras. 'Ini kan lagi panen raya padi dan jagung, kenapa Bulog tidak bisa serap gabah dan jagung petani. Harga di petani jatuh tinggal Rp 4.000 per kilogram. Padahal Bulog sangat diharapkan menyerap optimal pada masa panen raya ini agar harga gabah tidak anjlok,' demikian dikatakan Yadi Sofyan di Jakarta, Jumat (26/4).
-
Kapan penjual jagung mulai menabung? Ia mengaku sudah berjualan jagung rebus sejak 2 tahun yang lalu. Meski masih anak-anak, Ia tak lantas menghamburkan uang hasil jualan jagung rebus tersebut. Bahkan, Ia menabungnya sedikit demi sedikit sejak tahun lalu.
-
Di mana petani Pangandaran tanam sayur? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
Daeng Upa yang juga berprofesi sebagai nelayan ini menggarap sekitar 30 hektare ladang garam milik bosnya. Ia mengaku diuntungkan dengan naiknya harga garam kini. Karena cuaca mulai sering cerah, mempercepat proses air laut di ladang garam jadi kristal garam. Di penghujung Juli hingga masuk Agustus ini, mulai panen satu kali tiap empat hari. Dan tiap kali panen itu bisa dapat 30 karung. Per karungnya dijual Rp 130.000 hingga Rp 140.000 karung isi 50 kilogram.
"Cara baginya, kalau misalnya 4 karung maka 1 karung diambil pemilik ladang, 3 karung lainnya milik pekerja," tuturnya.
Menurutnya, saat ini masih kerap turun hujan padahal mendung saja, produksi garam bisa gagal. Sehingga dia memprediksi, musim kemarau baru normal mulai September mendatang. Artinya, produksi bisa kembali normal.
"Kita berharap tingginya harga garam tetap bertahan seperti sekarang ini supaya petambak juga dapat untung banyak tapi kecil kemungkinan. Hanya saja kalaupun nanti harga kembali turun, yah paling tidak bisa Rp 100.000 per karung," ujar Daeng Upa seraya menambahkan, karena pekerjaan memproduksi garam itu tergantung musim kemarau, paling lama itu bisa memproduksi selama 4 bulan. Sehingga jika tidak musim kerja lagi, Daeng Upa kembali beralih jadi nelayan.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam sehari, Kolkal Griya menghabiskan 60-100 kilogram kolang-kaling untuk diolah menjadi 9 varian rasa. Saat Ramadan, produksinya melonjak dua kali lipat.
Baca SelengkapnyaMomen haru kakek penjual jagung yang sepi pembeli. Bahagia saat dagangannya dibeli.
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menerima pesanan 100 toples jajanan khas Blitar.
Baca SelengkapnyaPara nelayan mengaku ikan semar tangkapannya semakin melimpah di tengah fenomena El Nino.
Baca SelengkapnyaPeternak jangkrik di Deli Serdang sukses meraup keuntungan hingga jutaan rupiah. Peternak tak perlu modal besar untuk memulai usaha yang satu ini.
Baca SelengkapnyaBuah ini selalu mewarnai momen Ramadan di Bumi Blambangan
Baca SelengkapnyaPinang ini dijual dan akan digunakan dalam acara perayaan kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPanen durian khas petani Badui sangat menguntungkan para pedagang, sehingga bisa menopang ekonomi keluarga.
Baca SelengkapnyaPembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.
Baca SelengkapnyaSejumlah bocah Suku Baduy memikul buah durian yang siap untuk dijual keliling kampung.
Baca SelengkapnyaMenjelang lebaran, sejumlah pedagang kulit ketupat musiman memadati Pasar Palmerah.
Baca SelengkapnyaPedagang parcel musiman mulai bermunculan jelang Lebaran di kawasan Barito.
Baca Selengkapnya