Cerita pilu keluarga relakan kepergian 2 bocah korban bom gereja di Surabaya
Merdeka.com - Dua peti jenazah warna putih diletakkan berjajar di Rumah Duka Abijasa di Jalan Demak, Surabaya. Aneka warna bunga indah berikut kain biru penutup meja menjadi penghias altar.
Tiang salib berdiri tegak di antara foto kakak beradik, Vincencius Evan Hudojo (11) dan Nathanael Ethan Hudojo (8). Nyala lilin di beberapa titik menambah syahdu suasana duka ruang 5 dan 6 rumah duka Abijasa.
Karangan bunga duka cita berdiri berjajar. Tidak henti-hentinya handai taulan berdiri di depan altar memanjatkan doa untuk kedua almarhum, Evan dan Nathan. Keduanya adalah korban bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tidak Bercela di Ngagel, Surabaya.
-
Siapa yang dikuburkan di dalam peti mati? Peti mati ini berisi sisa-sisa mumi Tadi Ist, putri dari imam besar El-Ashmunein, sebuah kota di tepi barat Sungai Nil, sekitar 43 km (27 mil) selatan tempat dia dimakamkan di Minya.
-
Dimana peti mati ditemukan? Arkeolog menggali peti mati tersebut pada awal 2023 dan menemukan gambar yang mirip Marge Simpson di bagian dalam tutupnya, dikelilingi oleh selusin pendeta yang melambangkan 12 jam dalam sehari.
-
Di mana peti mati ditemukan? Kedua patung tersebut pertama kali ditemukan di kota Mesir kuno, Naukratis.
-
Di mana rumah peti mati itu berada? Luas rumah peti mati itu tak lebih dari 5 meter, layaknya kandang anjing. Rumah ini sedikitnya dihuni oleh 200.000 orang-orang miskin yang tak mampu membeli rumah layak huni.
-
Apa yang ditemukan di pemakaman? Penduduk setempat di Tarsus, Turki sangat gembira ketika secara tak sengaja menemukan sebuah guci keramik kuno yang lebih dari 1.100 koin perak kuno saat tengah melakukan penggalian pemakaman.
-
Apa yang ditemukan di dalam peti mati? Arkeolog menemukan gambar karakter 'Simpsons' di dalam sarkofagus mumi Mesir berusia 3.500 tahun.
Kecerian dan tingkah lucunya terenggut oleh egoisme kekejaman para orang dewasa. Evan dan Nathan harus terlebih dulu menghadap Tuhan di usia belia, terpisah dari kedua orangtuanya, Eri dan Weni Angelina.
"Keluarga pastinya emosi awalnya, tapi ya direlakan saja. Awalnya tidak bisa nerima," kata Djo Prajoko (35) kerabat Evan dan Nathan, Jumat (18/5).
dua anak korban bom bunuh diri ©2018 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Djo sendiri adalah paman Evan dan Nathan. Dia lah pengantar dua bocah itu bersama ibunya, dan Evelyn, sepupunya berangkat ke gereja. Tetapi belum jauh beranjak dari menurunkan siswa SD Santa Clara Surabaya itu, bom langsung meledak.
"Mobil berjalan sekitar 10 meter langsung terdengar ledakkan. Saya melihat belakang, saya kira ban meletus, tetapi saya lihat kaca mobil belakang retak. Baru sadar, ini bom. Saya minggirin mobil dan langsung turun," kisahnya.
Djo hampir setiap minggu pagi mengantarkan ke gereja bersama keluarga yang lain. Sama sekali tidak ada perasaan apapun ketika hendak berangkat mengantarkan orang-orang terkasihnya.
"Saya langsung ke halaman gereja, saat itu melihat orang yang tangannya putus. Tubuhnya hancur dan teriakan minta tolong. Aku diminta mama menolong, Evan-Nathan," kisahnya.
Kondisi Evan saat itu tidak sadar, sementara Nathan kakinya masih goyang-goyang dengan sebuah benda tajam menancap di kakinya. Sementara Evelyn masih sadar.
"Saya bawa ke rumah sakit, Evan dan Nathan ke rumah sakit Bedah di Manyar. Saya gendong Nathan, security menggendong evan. Sedangkan Evelyn dan mamanya diantar mobil pick up," kisahnya.
Evan saat itu sudah meninggal saat kejadian, tidak tertolong karena luka di kepala. Sementara Nathan mengalami luka berat di kakinya dan menyusul berpulang saat perawatan di rumah sakit.
Djo mengaku nekat dan memberanikan diri dengan pemandangan berdarah saat itu. Dia harus menolong sepupunya, walau terasa mengerikan.
Sementara Evelyn begitu tiba di rumah sakit, sudah bisa diajak berbicara. Namun tiga jari tangan kanannya harus diamputasi dan hingga kini masih di rumah sakit. Sedangkan mama Evan dan Nathan, Weni, masih harus menjalani operasi untuk mengambil serpihan bom.
Weni yang paling terpukul atas peristiwa itu, karena kehilangan dua anak putra semata wayangnya sekaligus. Weni sempat dihadirkan dengan bantuan peralatan dokter, saat upacara penutupan peti beberapa hari lalu.
"Mamanya paling terakhir dikasih tahu kalau meninggal. Awalnya enggak terima, tapi dikasih tahu oleh Romonya. Kalau kita kesulitan, mungkin tidak didengar," katanya.
Rencananya, jenazah bocah-bocah tidak berdosa itu akan dimakamkan di Sukorejo, Pasuruan, Minggu (20/5).
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ibu korban menangis tiada henti saat mengantarkan empat peti jenazah anaknya ke TPU Perigi, Sawangan, Depok.
Baca SelengkapnyaKedatangan jenazah korban kecelakaan maut tersebut disambut duka mendalam oleh keluarga dan para tetangga.
Baca SelengkapnyaPenyebab kematian kedua korban masih diselidiki dengan autopsi dan olah TKP.
Baca SelengkapnyaAda 10 ambulans berjalan beriringan. Rombongan keluar dari exit Tol Sawangan, Depok.
Baca SelengkapnyaTPU ini jadi bukti toleransi beragama di Kota Pahlawan
Baca SelengkapnyaNamun polisi belum dapat menyebutkan mengenai penyebab kematian ibu dan anak tersebut.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini, ada tujuh siswa luka berat yang kini dirawat di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) Depok.
Baca SelengkapnyaPemakaman dilakukan setelah proses autopsi rampung.
Baca SelengkapnyaWarga awalnya hanya mencium bau busuk dan tak mencurigai rumah korban menjadi sumber aroma tersebut.
Baca SelengkapnyaAroma anyir seperti bau bangkai mengitari kediaman keluarga tersebut setelah empat anak ditemukan tewas pada Rabu (6/12).
Baca SelengkapnyaUsai Salat Idul Fitri 1445 Hijriah, TPU Karet Bivak dibanjiri warga yang melakukan ziarah.
Baca SelengkapnyaSaat kebakaran terjadi, pemilik rumah bersama orang tua kedua korban berangkat ke desa lain untuk mengikuti acara adat Tarik Batu.
Baca Selengkapnya