Cerita Polwan Bantu Pemulasaraan Jenazah Tetangga Positif Covid-19 di Depok
Merdeka.com - Pesan di grup WhatsApp Rukun Tetangga (RT) pagi itu membuat Ipda Khusnul Khotimah terperanjat. Salah satu tetangga dilaporkan meninggal dunia. Seorang ibu rumah tangga. Wafat karena virus Corona.
Ipda Khusnul yang bertugas sebagai Pamin Laka Polda Metro Jaya bergegas mencari petugas pemulasaraan jenazah. Dihubunginya tim pemulasaraan Polda Metro Jaya.
"Di group RT ada pengumuman meninggal, dari subuh jam 04.00 WIB ramai kan. Saya bilang, siapa meninggal, mamanya A meninggal," kata Khusnul kepada merdeka.com, Rabu (7/7).
-
Siapa yang dipanggil Polda Metro Jaya? Polisi kembali memanggil Juru Bicara Tim Pemanangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Aiman Witjaksono untuk memberikan klarifikasi, terkait kasus dugaan Polisi tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Siapa yang dibantu Ipda Purnomo? Melihat keadaan pasutri ini, hati polisi yang dikenal menyandang predikat ‘polisi baik’ itu pun tersentuh.
-
Siapa yang menemukan mayat? Mayat tersebut diduga merupakan korban pembunuhan lantaran terdapat luka-luka di tubuhnya. Mayat pertama kali ditemukan oleh petugas kehutanan, Suyitono.
Ipda Khusnul tinggal di Gang Haji Icang, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Dia mendapat kabar tetanggnya berinisial UM (34) meninggal dunia, Minggu (4/7) sekitar pukul 02.00 WIB. Sebelum jenazah diurus, anak perempuan almarhumah yang berusia tiga tahun sempat tidur bersama orangtuanya itu.
Kondisi itu dijelaskan Ipda Khusnul kepada tim pemulasaran jenazah. Proses pemulasaran jenazah pun harus menunggu sang anak bangun.
"Karena kondisi jenazah dari malam itu dikelonin sama anaknya yang umur tiga tahun, akhirnya dia usahakan pagi tapi enggak maksimal timnya. Karena harus dibagi ada beberapa yang meninggal, saya bilang oke bu enggak apa-apa," cerita Khusnul.
©2021 Merdeka.comSetelah lama menunggu, akhirnya petugas pemulasaran jenazah pun tiba di lokasi atau rumah duka pada pukul 09.00 WIB. Namun, saat itu petugas yang datang hanya berjumlah satu orang bernama Ella yang bertubuh lebih kecil daripada jenazah.
Karena mengetahui kondisi tubuh jenazah lebih besar dari Ella, akhirnya petugas pemulasaran jenazah itu meminta bantuan kepada Ipda Khusnul untuk melakukan pemulasaran atau mengkafani jenazah.
Namun, saat itu dirinya tidak langsung mengiyakan ajakan Ella dengan mengaku jika dirinya takut karena belum pernah menangani jenazah. Terlebih, jenazah yang akan ditanganinya ini terpapar virus yang berasal dari Wuhan.
"Saya butuh bantuan bu," kata Ella saat itu.
"Waduh gimana bu ya," jawab Khusnul.
"Ibu bisa bantu saya enggak," tanya Ella kembali
"Saya takut, karena enggak pernah nanganin jenazah, apalagi jenazah Covid. Saya takut bu," jawab Khusnul.
"Nanti saya pandu bu," ujar Ella.
"Oh ya sudah Bismillah, tapi saya usaha APD dulu bu," jawab Khusnul kembali.
Tak butuh waktu lama, Khusnul langsung meminta asisten rumah tangganya untuk membeli Alat Pelindung Diri (APD) di sebuah bidan dekat tempat tinggalnya serta sarung tangan dan masker.
Setelah apa yang dimintanya itu datang, ia pun langsung memakainya dengan serba double atau dua seperti sarung tangan dan juga masker dan tanpa memakai faceshield pelindung wajah yang memang saat itu tidak ada.
"Akhirnya dipandu sama ibu itu, saya yang bagian gulingin jenazah ke sini, baru dimasukin kain kafan, baru dimasukin kaya terpal gitu. Kan harus dibungkus plastik dulu, kaya gitu. Terus setelah udah masuk kantong jenazah, baru ambulan dateng ada petugas yang cowok dua udah pakai APD sama nurunin peti. Baru itu bantu kita ngangkat ke peti, kaya gitu," jelas Khusnul.
"Jadi sebenarnya saya juga penakut, tapi karena keadaan dan orang lingkungan enggak pada berani mendekat, saya cuma mikir ini jenazah enggak mungkin didiemin dari semalam gitu kan. Jadi itu faktor nekat," imbuhnya.
©2021 Merdeka.comProses Pemulasaran Jenazah Satu Jam
Khusnul menyebut, untuk melakukan pemulasaran jenazah itu memakan waktu selama satu jam.
"Kurang lebih satu jam setengah sampai ambulan datang ya, jam 11.00 WIB itu jenazah. Kan sempat disolatin juga, cuma jenazah sudah posisi di ambulan. Disolatin jadi di jalan gitu," sebutnya.
Setelah jasad UM sudah masuk ke dalam peti jenazah, sebagian warga sekitar pun lebih dulu menyolati jenazah yang mana sudah ada di dalam mobil petinya.
"Yang nyolatin ada lah 10an di jalan gitu jaga jarak. Warga, memang saya yang minta. Ibu jangan langsung dibawa, kita solatin dulu, biar warga yang nyolatin di jalan. Dari lingkungan sudah manggil ustad juga," ucapnya.
"Pas solat itu saya panggil suaminya. Pak, ibu mau disolatin, bapak keluar enggak apa-apa. Ibu, tapi saya positif, enggak apa-apa bapak di pintu saja yang penting jaga jarak saya bilang gitu. Maksudnya biar melihat istrinya disolatin," sambungnya.
Almarhumah Sempat ke Rumah Sakit
Sebelum meninggal, alamarhumah sempat pergi ke rumah sakit untuk mengobati penyakitnya itu. Namun, rumah sakit yang sempat ia kunjunginya itu sudah penuh serta stok ketersedian oksigen tidak mencukupi.
"Disini beberapa hari itu banyak yang meninggal di rumah, kan kaya tetangga saya itu dia sudah ke Rumah Sakit, rumah sakit penuh, oksigen juga sudah langka. Jadi dia pulang lagi," ungkapnya.
Oleh karena itu, almarhumah bersama dengan dua orang anak, satu suami dan orangtua perempuannya melakukan Isolasi Mandiri (Isoman). Tapi, dirinya mengaku tidak mengetahui jika mereka sekeluarga melakukan Isoman.
Sebab itulah, saat mendapatkan kabar meninggalnya UM ia tak berpikiran jika wanita tersebut meninggal di rumah atau tempat tinggalnya.
"Saya itu tahu dia Covid, tapi enggak tahu kalau di rumah. Karena kan saya sendiri pulang malam, pulang dinas langsung di rumah, jarang keluarlah. Makanya giliran dibilang meninggal, tak pikir meninggal di rumah sakit. Ternyata meninggal di rumah, saya kaget. Kok bisa, saya bilang gitu. Ternyata dia sudah usaha ke rumah sakit, penuh gitu," paparnya.
Awal Mula Satu Keluarga Terpapar Covid
Khusnul pun menceritakan awal mula mereka satu keluarga terpapar Covid-19. Saat itu, mereka sempat menjenguk keluarganya yang sedang sakit dan ternyata terkena virus corona.
"Kata keluarganya yang di Kampung lain itu ada yang positif juga, mereka ini jenguk gitu. Enggak tahunya keluarganya positif, nah dia terpapar," ucapnya.
Apa yang telah dilakukannya itu ternyata tanpa sepengetahuan pimpinannya. Sehingga, saat atasannya itu tahu jika dirinya telah melakukan pemulasaran jenazah langsung kaget.
"Jadi gini, Pak Kasi saya Pak Robi cariin saya, embak dimana, kantor pak, perintah pak. Enggak tahunya dia dari kantornya langsung cariin saya ke ruangan, embak swab saya dong. Bapak yakin minta swab, kan saya di kantor suka swab anggota itu. Saya bukan dari medis, cuma saya bisa karena terbiasa swab anak-anak. Bapak berani saya swab, emang kenapa? Saya habis itu pak, ngerawat jenazah covid. Hah, kok bisa. Jadi dia kaget gitu," katanya.
"Saya swab dulu, kalau saya negatif, baru swab bapak. Nah dia kaget, terus akhirnya nanya. Ada videonya enggak, nanti saya tanya Ibu RW dulu deh, kemarin sempat videoin enggak. Enggak tahunya divideoin sama Ibu RW itu, makanya saya kirim ke Pak Roby, enggak tahunya Pak Roby dibikinin video dikirimin ke Pak Dirlantas. Saya juga baru tahu, saya baru sampai habis magrib kemarin, langsung pada heboh. Waduh, kok jadi ramai ya saya bilang," sambungnya.
Sebenarnya, ia bisa saja tak lapor dan memberitahu pimpinannya itu. Namun, ia berpikir karena dirinya merupakan salah satu petugas yang melakukan swab kepada anggota polisi.
"Kan saya takutnya yang namanya ya. Kalau saya enggak jujur sih bisa-bisa saja, cuma kan saya takutnya saya terpapar terus menular, nularin sama yang tak swab kan kasihan," ujarnya.
Ia mengaku, apa yang telah dilakukannya itu belum mendapatkan reward dari pimpinan atau atasanya. "Kurang tahu, mungkin nanti ya (ada reward). Karena kan baru sore Pak Robin share ke Pak Dir itu. Biasanya sih ada penghargaan dari Pak Dir kalau kaya gitu, kan Pak Dir sendiri yang upload rupanya, di IG juga Pak Dir sendiri," tutupnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang polisi membantu dorong mobil yang membawa pasien cuci darah.
Baca SelengkapnyaRombongan polisi menemui pemulung dan memberikan bantuan tali asih untuk modal usaha.
Baca SelengkapnyaKetika Purnomo ketemu dengan ODGJ yang pandai baris berbaris, begini momennya.
Baca SelengkapnyaTerduga berinisial HH, merupakan kerabat dekat korban yang jasadnya dibuang di tengah jalan dalam gulungan kasur.
Baca SelengkapnyaKonten Pak Bhabin kembali mampu membuat masyarakat teredukasi dan tertawa.
Baca SelengkapnyaPolres Metro Depok mengirimkan tim untuk mengawal penjemputan siswa SMK Lingga Kencana yang mengalami kecelakaan di Ciater, Subang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaMayat terbungkus kasus itu pertama kali ditemukan oleh warga yang sedang melintas di tempat kejadian perkara (TKP).
Baca SelengkapnyaAnggota polisi lalu lintas di Depok mengawal seorang warga yang diteror debt collector sampai ke tempat aman.
Baca Selengkapnya