Cerita Pura Langgar menurut Ida I Dewa Oka Widiarsana
Merdeka.com - Cerita soal sejarah dan keberadaan Pura Langgar yang menjadi simbol harmonisasi umat Hindu dan Islam di Bangli, Bali ternyata tidak demikian adanya. Pura ini tidak pernah dijadikan tempat salah Jumat oleh umat Islam.
Penjelasan itu disampikan langsung oleh Ida I Dewa Oka Widiarsana selaku penglingsir Puri Agung Bunutin, Bangli yang juga Ketua Umum Pasemetonan Ageng Dalem Blambangan (PADB).
"Bahkan hingga kini, belum ditemukannya bukti bahwa Pura Langgar sebagai cikal bakal penyebaran agama Islam di Bali. Tidak benar kalau pura Langgar awalnya sebuah musala, dari dulu bentuk Pura berdasarkan ukuran tinggi dan luasnya masih tetap sama sampai sekarang," ujar Ida I Dewa Oka Widiarsana kepada wartawan merdeka.com, Jumat (10/4).
-
Apa yang menjadi lokasi suci bagi umat Hindu di Jawa kuno? Mengutip kitab Negarakertagama, Gunung Semeru merupakan kawasan suci masa Jawa kuno.
-
Kenapa Masjid Indrapuri memiliki unsur Hindu? Maka dari itu, masjid ini masih sangat kental dengan unsur-unsur agama Hindu meskipun sudah berubah peran menjadi tempat ibadah orang muslim.
-
Bagaimana Banyuwangi harmoniskan budaya dan agama? 'Saya kira ini adalah bentuk moderasi beragama yang telah terejawantah dengan baik. Tentu saja, ini berkat kesadaran kolektif masyarakatnya sekaligus adanya orkestrasi yang baik dari pemerintah daerahnya,' imbuhnya.
-
Kenapa umat Hindu di Lumajang ingin membangun pura? Sekitar 20 tahun lamanya umat Hindu di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang memendam keinginan memiliki rumah ibadah. Selama itu, mereka hanya bisa melakukan sembahyang di sanggar pamujon yang ada di setiap desa.
-
Kenapa Pura Agung Kertajaya jadi simbol toleransi? Lokasi itu menjadi salah satu simbol toleransi karena berdekatan dengan tempat ibadah agama lain.
-
Apa perbedaan utama Hindu dan Buddha dalam hal keyakinan tentang Tuhan? Umat Hindu mengenal banyak dewa. Beberapa yang paling penting termasuk Dewa Siwa, Brahma, Wisnu, Ganesha, dan Lakshmi. Meskipun ada banyak dewa dalam agama Hindu, diyakini semuanya berasal dari Brahman, jiwa universal. Umat Hindu mengakui bahwa ada jiwa individu di dalam setiap orang, yang disebut Atman. Beberapa umat Hindu percaya bahwa Atman dan Brahman pada akhirnya sama, sebuah gagasan yang selaras dengan panteisme. Namun, pandangan tentang hal ini sangat bervariasi. Di sisi lain, umat Buddha menyangkal keberadaan banyak dewa. Sebaliknya, mereka percaya pada keberadaan satu Tuhan, tetapi mereka tidak percaya bahwa mencari Tuhan itu perlu. Hal ini tercermin dari ajaran mereka yang lebih banyak berbicara tentang perilaku etis daripada beribadah kepada Tuhan. Menyembah berbagai dewa sangat tertanam dalam budaya Hindu, tetapi dalam agama Buddha, pengikut didorong untuk lebih fokus pada disiplin diri.
Dikatakan Ida I Dewa Oka Widiarsana, bahwa tidak benar di dalam pura Langgar dimakamkan Ida Mas Wilis Blambangan dan disebutkan sebagai cikal bakal adanya agama Islam di Bali. Menurut Ida, hal ini sangat tidak sesuai dengan babad/Prasasti ataupun prasasti yang diyakini oleh Penglingsir (tetua) Puri Agung Bunutin maupun masyarakat sekitar Pura Langgar.
Dikatakan juga bahwa tidak benar kalau di dalam Pura terdapat kubah sebagaimana dimaksudkan yang biasa dijumpai pada tempat ibadah umat Islam. Mengenai pantangan sesajen, ketika melakukan upacara tidak diperbolehkan haturkan sesajen berupa daging Babi, diperbolehkan hanya sesajen daging ayam dan itik.
Demikian bentuk klarifikasi yang disampaikan Ida I Dewa Oka Widiarsana, disertai Dewa Made Sugiartha (Sektum PADB Pusat), Ida I Dewa Gede Oka Nurjaya (Kelian Pura Langgar), AA Putra Suarsana Willys dan AA Gede Wiadnya selaku seksi Upacara di Pura Langgar.
Sebelumnya dalam berita Pura Langgar, merdeka.com telah mewawancarai pihak yang mengaku sebagai Ida I Dewa Oka Widiarsana. Orang yang mengaku sebagai Ida I Dewa Oka Widiarsana itu menyebut bila Pura Langgar adalah bentuk harmonisasi Islam dan Hindu di Bali. Tetapi orang tersebut ternyata bukan Ida I Dewa Oka Widiarsana.
"Saya juga minta supaya orang yang mengaku saya itu diusut, karena ini jelas merugikan, meresahkan sertai melukai perasaan ribuan warga 'Semeton Ageng Dalem Blambangan (PADB)' di Tanah Air dan Keluarga besar Puri Agung Bunutin di Bangli," imbuh Ida I Dewa Oka Widiarsana. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kompleks ini menunjukkan budaya Hindu dan Islam yang magis
Baca SelengkapnyaSaking harmonisnya hubungan antarwarga beda agama, kampung ini dijuluki Desa Pancasila.
Baca SelengkapnyaLokasi ini juga jadi salah satu tempat wisata religi yang ada di Kota Tangerang.
Baca SelengkapnyaKebijakan ini jadi salah satu tanda kemurahan hati Prabu Siliwangi, sehingga rakyat boleh meninggalkan agama yang sebelumnya menjadi mayoritas di tanah Sunda.
Baca SelengkapnyaDi pelosok Pegunungan Serayu Selatan, Kabupaten Banyumas, ada sebuah desa yang mayoritas warganya menganut agama Hindu
Baca SelengkapnyaAcara yang merupakan edisi khusus Ngariksa episode 100 itu, juga menggelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan.
Baca SelengkapnyaPada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.
Baca SelengkapnyaCandi-candi ini bukan hanya sekadar struktur arsitektur megah, namun juga memiliki makna spiritual, budaya, dan historis yang mendalam.
Baca SelengkapnyaKedua tokoh besar tersebut menjadi contoh bagi umat beragama untuk menjalin hubungan di tengah perbedaan
Baca SelengkapnyaBanyak hal menarik yang bisa diteliti di Situs Liyangan.
Baca SelengkapnyaKonon, di titik inilah peradaban Islam pertama kali muncul dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaPuluhan tahun umat Hindu di Lumajang tak punya rumah ibadah.
Baca Selengkapnya