Cerita siswi Pramuka bertahan hidup saat tersesat di hutan Kalimantan
Merdeka.com - Lima belas siswi Pramuka yang tersesat di hutan Kutai Kartanegara, sejak Minggu (29/4), akhirnya ditemukan selamat Senin (30/4) sore. Merdeka.com ikut menembus perjalanan lebih dari 25 kilometer dalam proses pencarian para siswi Pramuka yang hilang.
Sekitar pukul 15.48 Wita, tangis pecah dari peserta siswi Pramuka usai bertemu dengan tim SAR gabungan yang mencari mereka sejak dini hari tadi. Mereka tidak bisa menutupi rasa haru karena berhasil selamat usai tersesat di hutan lebih dari 24 jam.
Terik matahari menyengat. Langkah siswa dan siswi Pramuka tampak gontai. Fisik mereka terkuras. Kaos berwarna biru lengan panjang yang mereka kenakan, kotor berlumpur. Sepatu yang mereka pakai juga penuh lumpur. Mereka langsung duduk di semak belukar. Lagi-lagi tangis pecah dan mereka kembali berpelukan. Diantaranya, juga ada keluarga yang mengikuti proses pencarian.
-
Siapa yang tinggal di tengah hutan? Pak Kasimin mengungkapkan jika ia tinggal di sana sejak tahun 1991. Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Apa yang dilakukan Orang Talak Mamak di hutan? Melansir dari berbagai sumber, kehidupan sehari-hari Orang Talak Mamak ini sangat dekat dengan alam dan hutan. Tak heran jika mereka hidup sangat tergantung dengan hasil alam.Dulunya mereka masih menganut sistem berburu dan meramu, bahkan mereka mengelola sumber daya alam untuk dikonsumsi secara keluarga maupun secara berkelompok atau bersama-sama.
-
Apa yang ditemukan penduduk desa di hutan? 'Kami pergi berburu jamur dan menemukan ini,' kata Pramul Kongkratok, salah satu yang menemukan patung tersebut, dikutip dari Smithsonian Magazine, Senin (27/5). 'Saya sudah lama tinggal di sini, tapi saya baru tahu ada benda ini di sekitar sini. Ini adalah sebuah berkah.'
-
Apa yang ditemukan di tengah hutan? Tim arkeolog dari Institut Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko (INAH) baru-baru ini mengumumkan penemuan sebuah istana kuno di situs kota Maya di tenggara Meksiko.
-
Dimana pendaki ditemukan? 'Korban yang hilang ini kita tidak tahu masuk kelompok mana dia. Pencarian juga kita mempertimbangkan cuaca, jangan sampai nanti korban bertambah,' sebutnya.
-
Siapa pendaki yang hilang? Pada Senin (7/10), seorang gadis pendaki Gunung Slamet bernama Naomi Daviola dikabarkan hilang dan diduga tersesat.
Petugas SAR gabungan berlarian kecil, bergegas memapah 4 siswi diantaranya menggunakan tandu dan masuk ke dalam ambulan. Empat siswa itu benar-benar kelelahan, lantaran dehidrasi berat.
Dua diantaranya sempat berbagi cerita. Mulai dari awal mereka tersesat dan ketakutan yang menghantui. Untuk bertahan hidup, mereka mengandalkan bekal yang masih tersisa. Mereka makan roti sisa dan minum air dari parit. Salah satunya Siti Fatimah. Siswi Pramuka asal kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
"Kemarin, kita jalan masuk hutan. Disuruh ikuti pita pink (merah muda) di dalam hutan sama kakak panitianya. Terus jalan sampai tengah hutan," kata Siti saat berbagi cerita dengan merdeka.com.
Di awal perjalanan memasuki hutan, mereka sempat bertemu dengan warga. Mereka sempat bertanya pada warga namun jawabannya justru membingungkan. Sehingga mereka terus melanjutkan perjalanan di dalam hutan. Berbekal instruksi dari para pembina. "Kita terus ikuti pita pink," sebut Siti.
Satu per satu peserta masuk ke tengah hutan. Hingga mereka bertemu para pembina. Namun Matahari mulai tenggelam. Hari mulai gelap, tertutup pepohonan rapat. Mereka akhirnya memutuskan bermalam di tengah hutan.
"Jadi sepakat sebelum Maghrib, bermalam di hutan saja daripada terus jalan. Soalnya, alat penerangan sudah mulai redup," ujar Siti.
Ternyata mereka kehabisan logistik. Tapi mereka harus bertahan dengan logistik yang tersisa.
"Kami kehabisan makan. Jadi sempat makan roti kecil-kecil, dipotong sedikit-sedikit. Kita juga minum air di hutan, air di parit," kenang Siti.
Bermalam di hutan jadi pengalaman baru bagi 15 peserta yang umumnya adalah perempuan. Mereka tak bisa menyembunyikan rasa takut meski ada pembina di tengah mereka.
"Sempat merasa kalau kita ini pasti dicari. Namanya kita sudah ketakutan. Tapi ada kakak dari tunas kelapa bilang, kalau kita pasti selamat. Kakak kasih tenang kita," terang Siti lagi.
Siswi lainnya, Rica Andriani berbagi cerita yang sama. "Iya kak, kita ikutin pita pink. Makanan pun dari sisa sisa itu yang dimakan," kata dia.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut momen langka saat taruna Akmil berlatih di hutan dengan perbekalan seadanya.
Baca SelengkapnyaBocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaBelasan pendaki tersebut merupakan jemaah Majelis Buni Kasih.
Baca SelengkapnyaTiga petani di Desa Tanjung Alam, Lintang Kanan, Empat Lawang, Sumatera Selatan, disambar petir saat berteduh di pondok ketika hujan deras melanda kawasan itu.
Baca SelengkapnyaPrajurit Korps Marinir TNI AL ajarkan cara bertahan hidup di hutan kepada prajurit Angkatan Darat Jepang dan Singapura di Hutan Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaSetiap hari, sang istri mengasuh anaknya sambil bersabar menunggu suami pulang berburu ke hutan untuk makan sore ini.
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di sana sudah diwariskan secara turun-temurun
Baca Selengkapnya13 pendaki tersebut terpisah menjadi dua kelompok. Masing-masing 10 orang dan 3 orang.
Baca SelengkapnyaKetiga pelajar itu hilang berpencar saat berada di perbukitan turut Desa Somosari, Kecamatan Batealit dipicu habis konsumsi kecubung.
Baca SelengkapnyaBerikut momen langka Suku Togutil keluar hutan mendatangi para pekerja.
Baca SelengkapnyaPohon yang tumbang tersebut memiliki tinggi sekitar empat meter dan kondisi pohon sudah kering.
Baca SelengkapnyaKejadian ini terjadi saat upacara sedang berlangsung, membuat seluruh peserta dan petugas upacara panik.
Baca Selengkapnya