Cerita Warga Lari 2 kilometer Saat Tsunami Banten
Merdeka.com - Ribuan warga pesisir Pantai Pandeglang, Banten, mengungsi akibat diterjang gelombang pasang dan tsunami setinggi lima meter hingga merobohkan rumah. Mereka para korban gelombang pasang mengungsi ke masjid, sekolah, perkantoran, terminal dan gedung tsunami.
"Kita bersama keluarga mengungsi ke masjid jami Al Mukmin," kata Yudi, warga Lantera Desa Cigodang Kecamatan Labuan, Pandeglang, seperti dilansir Antara, Minggu (23/12).
Ia mengaku dirinya saat ini bingung setelah rumahnya roboh akibat diterjang gelombang pasang, Namun, beruntung anggota keluarganya selamat setelah berlarian ke perbukitan yang jaraknya mencapai dua kilometer.
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
-
Kenapa pendaki lari menyelamatkan diri saat erupsi? Mereka hanya memikirkan bagaimana cara selamat dari abu erupsi.
-
Siapa yang terdampak banjir lahar? 'Semua korban harus diterima dan diberikan perawatan. Soal biaya, nanti pemerintah daerah akan mencarikan solusi,' katanya dihubungi dari Padang, Minggu.
-
Mengapa warga takut dengan abrasi di Air Manis? 'Takut pasti, namun tempat tinggal tidak ada selain di sini. Kalau pindah, tanah sekarang mahal, makan saja susah,' tuturnya.
-
Bagaimana warga Pesisir Selatan terdampak banjir dan longsor? 'Warga sudah kembali ke rumah mereka, namun terkendala air bersih. Untuk bantuan cukup banyak, hari ini juga akan kita distribusikan kepada warga,' tuturnya.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Ketinggian air laut sangat menakutkan karena arusnya cukup kuat, sehingga langsung menyelamatkan dengan berlarian ke perbukitan. Saat ini, kata dia, dirinya mengungsi di masjid bersama istri dan dua anak.
Peristiwa gelombang pasang terjadi pukul 21.20 WIB dan saat itu dirinya tengah duduk di halaman rumah yang jaraknya ke pantai 200 meter. Namun, tiba-tiba air laut menerjang permukiman masyarakat hingga kendaraan terseret dan ratusan rumah roboh.
"Kami tidak terbayangkan jika tengah tidur, karena gelombang pasang itu cukup tinggi hingga lima meter," katanya.
Begitu juga Memed, warga Laba Desa Cigodang, Kecamatan Labuan, mengatakan dirinya saat gelombang pasang langsung membawa anak dan istri ke tempat yang lebih aman. Ia berlarian dengan kondisi gelap sepanjang 1,5 kilometer untuk menyelamatkan jiwa dari bencana gelombang pasang itu.
Berdasarkan pantauan, Minggu pagi hujan lebat masih berlangsung sehingga pengungsi belum melihat kondisi rumahnya. Mereka saat ini masih di pengungsian dan membutuhkan makanan.
Saat ini, pemerintah daerah belum melakukan penyaluran bantuan makanan karena masih melakukan pendataan korban gelombang pasang.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Daya tampung ojek perahu yang tenggelam idealnya ditumpangi 14-15 orang. Tetapi pada saat kejadian peristiwa diisi 40 lebih orang penumpang.
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca Selengkapnya327 warga telah dievakuasi pada gelombang ketiga Tim KRI Kakap-811 atau dari TNI Angkatan Laut. Dari jumlah itu, terdapat 192 wanita dan 135 pria.f
Baca SelengkapnyaWarga tidak menyangka banjir akan separah ini karena sebelumnya tidak ada seperti ini
Baca SelengkapnyaBeruntung, semua orang yang sedang bermain di curug saat itu selamat.
Baca SelengkapnyaBanjir satu meter di kawasan Pejaten membuat warga beraktivitas menggunakan perahu.
Baca SelengkapnyaBanjir ini terjadi akibat luapan Kali Ciliwung seiring tingginya intensitas hujan di wilayah Depok dan Bogor, Jawa Barat.
Baca Selengkapnya