Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dakocan hingga layanan kencan

Dakocan hingga layanan kencan fenomena dakocan. ©2017 merdeka.com/gede nadi jaya

Merdeka.com - Keberadaan warung kopi patokan atau dakocan banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Buleleng. Dakocan singkatan dari dagang kopi cantik. Selain menikmati kopi atau bir juga bisa sambil menggoda dan meraba penjualnya. Sensasi minum kopi ini banyak diburu orang.

"Ya patokan itu ya dakocan bli. Kenapa orang di Buleleng menyebut patokan, itu artinya nongkrong atau angkringan," ucap Tut Nik salah seorang warga di Singaraja yang mengaku sudah belasan tahun gemar 'matok' atau nongkrong di warung.

Dakocan di Buleleng sudah ada sejak puluhan tahun silam. Ramainya di medio 1998 sampai 2000.

"Jika zaman tahun itu sekitar 98 sampai 2000-an, warung dakocan yang matok jaraknya hampir setiap 30 meter. Jadi sepanjang jalan penuh, itu ada di daerah tertentu saja," akunya.

Bahkan saat itu, pedagang hanya menjual kopi dan minuman ringan. Untuk alkohol, ada beberapa warung yang meyediakan arak. Kala itu harga kopi secangkir Rp 2.000, sedangkan di warung kopi biasa masih seharga Rp 500.

Warung dakocan ada di setiap jalan desa di Buleleng. Namun yang terkenal ada di wilayah Desa Kubutambahan, Desa Runuh, Padang Bulia dan Ambengan. Karena di daerah ini yang terkenal pelayan dakocan super binal dan bahkan bisa melayani servis di ranjang.

fenomena dakocan

Seiring dengan perkembangan dan meningkatnya kasus HIV di wilayah Bali Utara, nyaris hampir setiap desa yang terdapat warung dakocan mulai tutup.

Bahkan wilayah Kubutambahan yang merupakan jalur para sopir truk galian dari Karangasem-Singaraja, di mana wilayah ini terkenal sebagai jalur 'panas'. Kini sudah berubah jadi sebuah warung kuliner yang menyajikan makanan khas olahan ikan laut.

Merdeka.com mencoba menelusuri lokasi warung dakocan di kabupaten yang punya julukan Gumi Panji Sakti. Penelusuran di Desa Padang Bulia dan Ambengan, ternyata terlihat sejumlah warung yang masih buka.

Kedua desa ini letaknya berdekatan dalam satu Kecamatan Sukasada. Dari kedua desa ini, yang terlihat masih ramai ada di Desa Padang Bulia. Desa ini bisa dikatakan jalur utama jurusan Singaraja-Denpasar.

Sejumlah warung dakocan di desa ini tidak didirikan di wilayah permukiman. Umumnya di pinggir jalan yang kondisinya berliku dan sedikit menanjak. Jarak dari Kota Singaraja menuju ke lokasi dakocan sekitar 8 km dengan waktu tempuh tidak lebih 20 menit mengendarai roda dua.

Bagi para pemburu dakocan, kondisi bangunan warung juga sudah sangat beda dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Jika sebelumnya warung cukup berdinding bedek bambu dan atap genteng serta lantai tanah, kini warung kebanyakan semi permanen, mereka yang datang ke warung ini juga tidak duduk di kursi tetapi lesehan di karpet.

Apa yang disajikan juga tidak lagi mengutamakan kopi, tetapi lebih banyak menyediakan bir. Bangunan dibagi menjadi dua ruang, kamar tidur berukuran 3x3 meter, dan warung berukuran 5 x 6 meter.

Dari penjajakan di lima warung berbeda, rata-rata dalam satu warung berisi satu hingga tiga wanita muda berumur 18 hingga 23 tahun. Tidak semua dakocan punya warung. Banyak yang menjadi pekerja dengan pembagian keuntungan setiap satu botol bir terjual diberi imbalan Rp 15 ribu.

Harga segelas kopi baik itu kopi saset ataupun seduh racik Rp 15 ribu. Dibandingkan untuk warung biasa, segelas kopi hanya Rp 5.000 sampai Rp 6.000.

"Satu botol bir di warung-warung sini rata semua jual Rp 50 ribu. Daripada di kafe harganya sampai Rp 70 ribu. Upah kita nanti dihitung bulanan jumlah botol bir yang laku," ujar salah satu dakocan.

Hampir semua warung patokan ini, penuh ingar bingar dentuman musik full house. Ada tidak ada tamu yang datang, alunan musik tetap bergema. Hal ini juga jadi daya tarik bagi pengguna jalan yang melintas dan sudah tentu akan menoleh ke warung.

I Gede Sudena selaku Perbekel atau kepala dusun di Padang Bulia, tidak menapik masih ada pedagang dakocan di wilayah desanya. Namun dirinya mengaku telah memberikan aturan kepada setiap warung agar mematuhi aturan adat.

"Sebelumnya keributan sering terjadi antar sesama pengunjung. Karena warung-warung itu menjual minuman berakohol, sekarang ini kita lewat Linmas terus melakukan pengontrolan setiap warung terutama pada malam hari," Ucap Sudena.

Hampir setiap tahun keberadaan warung patokan ini terus berkurang. Tahun kemarin ada 23 warung patokan. Kondisi ini berbeda dibandingkan lima tahun sebelumnya, warung dakocan menjamur.

fenomena dakocan

"Sekarang ini seperti yang telah Bapak pantau, bisa dikatakan tidak lebih hanya ada 10 warung. Sekarang ini hanya ada di wilayah jalan jurusan Denpasar-Singaraja," jelasnya.

Mengenai penjualan alkohol serta jam tutup juga ditegaskannya sudah dibuat aturan. Bahkan per harinya, warung hanya dibatasi menjual tiga krat bir besar dari mulai buka hingga tutup pukul 00.00 WITA.

"Untuk suara musik kita batasi harus sudah dimatikan pukul 10 malam. Petugas kami juga terus memantau itu, termasuk jika melakukan tindakan asusila," akunya.

Menariknya, Sudena menegaskan pertengahan tahun ini dipastikan Desa Padang Bulian bebas dari pedagang patokan atau dakocan.

"Kita sudah buat kesepakatan dari rapat adat desa, pada akhir Agustus tahun ini desa kami sudah bebas pedagang patokan. Karenanya sudah lakukan sosialisasi ke pemilik warung untuk berkemas," tegas Sudena.

Apakah keberadaan warung tersebut dianggap tabu hingga sampai dikeluarkannya surat keputusan adat untuk bebas dari pedagang patokan. Sudana tidak berkelit bahwa keberadaan dakocan justru memicu angka kriminalitas dan penyebaran HIV/AIDS.

"Sudah banyak banyak laporan tentang keberadaan pedagang patokan ini. Bahkan sudah belasan tahun ada, hingga dikatakan ada yang melakukan hubungan intim di warung. Citra desa kami juga harus kami jaga, karena keberadaan warung ini juga merusak mental generasi muda dan rentan penggunaan narkoba dan seks bebas pemicu penyebaran HIV. Nantinya kami akan coba kemas untuk jadi warung yang memang positif dan murni sebagai tempat singgah bagi pengendara tidak warung yang miring," pungkasnya. (mdk/cob)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Berkunjung ke Warung Kopi Ake, Nikmatnya Pengalaman Ngopi dengan Suasana Jadul di Belitung
Berkunjung ke Warung Kopi Ake, Nikmatnya Pengalaman Ngopi dengan Suasana Jadul di Belitung

Ngopi sambil menikmati suasana klasik Belitung tentu menghadirkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Wedang Dongo Khas Solo, Dulunya Minuman Khusus Keluarga Kerajaan
Mencicipi Wedang Dongo Khas Solo, Dulunya Minuman Khusus Keluarga Kerajaan

Wedang Dongo adalah minuman tradisional yang mudah dijumpai di Kota Solo

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kafe Nostalgia di Serang, Suasananya Khas Rumah Nenek
Mengunjungi Kafe Nostalgia di Serang, Suasananya Khas Rumah Nenek

Kafe ini tak sekedar tempat bersantai untuk menikmati kopi dan aneka makanan minuman lezat, namun juga jadi ruang untuk membangkitkan memori di masa silam

Baca Selengkapnya
Mencicipi Ronde Jago, Kuliner Legendaris Penghangat Dinginnya Malam Kota Salatiga
Mencicipi Ronde Jago, Kuliner Legendaris Penghangat Dinginnya Malam Kota Salatiga

Kuliner legendaris itu sudah ada sejak tahun 1964.

Baca Selengkapnya
Nenek Padmawati Pendiri Bakmi Gang Kelinci, Usia 90 Tahun Masih Layani Pembeli Bikin Si Doel Takjub
Nenek Padmawati Pendiri Bakmi Gang Kelinci, Usia 90 Tahun Masih Layani Pembeli Bikin Si Doel Takjub

Si Doel temui pendiri warung bakmi legendaris yang ada di Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya
Sensasi Seru Jajan di Warung Kerek Bogor, Pembeli Wajib Teriak ke Penjual saat Pesan Makanan
Sensasi Seru Jajan di Warung Kerek Bogor, Pembeli Wajib Teriak ke Penjual saat Pesan Makanan

Keharusan berteriak sendiri karena adanya jarak yang jauh, antara konsumen dan pemilik kedai yang terpisah aliran sungai.

Baca Selengkapnya
Fakta Unik Jajanan Colenak Khas Bandung, Dulunya Bernama Peuyeum Digulaan
Fakta Unik Jajanan Colenak Khas Bandung, Dulunya Bernama Peuyeum Digulaan

Tak hanya lezat, Colenak juga punya fakta menarik di baliknya.

Baca Selengkapnya
Alasan Ngopi Jadi Gaya Hidup Kaum Urban
Alasan Ngopi Jadi Gaya Hidup Kaum Urban

Mau begadang minum kopi, kumpul-kumpul bareng sambil ngopi, melepas penat dengan kopi.

Baca Selengkapnya
Dulu Jual Kopi di Gerobak, Pria di Tanggerang Kini Sukses Punya Kedai Kopi dengan Harga Terjangkau
Dulu Jual Kopi di Gerobak, Pria di Tanggerang Kini Sukses Punya Kedai Kopi dengan Harga Terjangkau

Kedai kopi ini hadir agar seluruh lapisan masyarakat bisa mencicipi nikmatnya minuman kopi ala kafe.

Baca Selengkapnya
Muncul Beriringan dengan Hadirnya Listrik, Ini Sejarah Warung Angkringan di Kota Solo
Muncul Beriringan dengan Hadirnya Listrik, Ini Sejarah Warung Angkringan di Kota Solo

Mulai dari Solo, keberadaan angkringan muncul di kota-kota lain.

Baca Selengkapnya