Dalam sidang, ahli ungkap kerusakan dalam reklamasi Pantai Makassar
Merdeka.com - Sidang gugatan reklamasi Centre Poin of Indonesia (COI) di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Makassar, berlanjut dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi ahli, Selasa (24/5). Kedua belah pihak saling mengajukan saksi andalan mereka, yakni Walhi Sulsel selaku penggugat, dan Pemprov Sulsel bersama PT Yasmin selaku tergugat dan tergugat intervensi.
Sidang digelar di ruang sidang utama dipimpin hakim ketua Tedi Romyadi. Dia mempersilakan Walhi Sulsel melalui tim kuasa hukumnya dari LBH Makassar mengajukan ahli. Mereka menyodorkan Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Laut, Irham Rapi, kepada hakim buat membuktikan materi gugatan soal reklamasi.
Irham dalam paparannya menggunakan rekaman citra satelit sejak 2000 hingga 2015, menunjukkan perubahan kondisi pantai di Makassar setelah dilakukan reklamasi.
-
Bagaimana Desa Legetang lenyap? Namun, pemandangan yang mereka dapati membuat mereka terkejut. Gunung yang berada di dekat desa terbelah menjadi dua bagian, menyisakan sebuah lembah yang dalam. Hal yang lebih mengejutkan lagi, desa mereka telah tertimbun di dalam lembah tersebut.
-
Apa yang terjadi di Pesisir Selatan? Sebanyak 23 orang korban banjir dan lonsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
-
Kenapa pemukiman itu akhirnya ditinggalkan? Sayangnya, pemukiman yang padat ini harus berakhir akibat masuknya Zaman Besi. Cuaca yang berubah menjadi lebih dingin dan basah menjadikan wilayah ini dihuni oleh banyak nyamuk dan menyebabkan mereka pindah ke wilayah lain.
-
Kapan nelayan Pantura mulai terdampak? Pada tahun 1743 Masehi, daerah pesisir pantai utara Jawa yang sebelumnya masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam mulai dikuasai VOC.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Kenapa reruntuhan desa ditemukan? “Kami menemukan area yang sangat luas antara Ahlat dan Tatvan. Ada makam di dasar air di sini. Ada tanda salib di kuburan tersebut,“ jelas Birol, dikutip dari Arkeonews, Kamis (17/8).
Pada 2000 lalu, lanjut Irham, masih terdapat hutan mangrove sepanjang 3,5 kilometer di lokasi tanah tumbuh, menjadi target reklamasi. Di atas tanah tumbuh itu ada pemukiman masyarakat nelayan, yang menangkap ikan, kepiting, dan udang.
"Namun, tahun 2015, ekosistem di tanah tumbuh itu semuanya sudah tidak ada. Warga nelayan bersama rumah-rumahnya juga sudah tidak ada. Jelas terlihat di rekaman citra satelit," kata Irham.
Irham meyakini di lokasi itu terdapat hutan mangrove. Dia menyatakan jejak tumbuhan bisa dideteksi berdasarkan hasil penelitian.
Hanya saja, keberadaan Irham dipermasalahkan pihak tergugat. Biro Hukum dan HAM Pemprov Sulsel, Lutfi Natsir, meminta Irham menunjukkan kualifikasinya sebagai ahli.
Irfan mengatakan, sejak mahasiswa dia aktif melakukan penelitian tentang pantai dan pesisir. Dia juga menjadi peserta dan penyaji materi tentang konservasi laut. Dia juga menunjukkan sejumlah sertifikat sebagai bukti keterlibatannya dalam berbagai kegiatan itu.
"Kita pertanyakan sertifikasi saksi ahli dari Walhi itu, karena nantinya ada pemaparan dari dia. Jadi kami harus yakin bahwa yang bersangkutan itu benar-benar expert, dan hasil penelitiannya valid atau tidak," kata Lutfi Natsir.
Irham lantas memperlihatkan sertifikatnya selaku penyaji materi, dan hasil-hasil penelitian pernah dilakukannya, di lokasi yang kini menjadi objek reklamasi.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak 1990-an, kawasan Pantai Muara Beting tergerus abrasi.
Baca SelengkapnyaProyek pembangunan ruas jalan tol seksi I Semarang - Sayung yang dilakukan pemerintah pada tahun 2023 berimbas pada ekosistem lingkungan hidup.
Baca SelengkapnyaEksportir mangrove diduga memanfaatkan warga lokal untuk menebang pohon, mengolah jadi arang dan siap dijual ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaWali Kota Danny Pomanto mengaku Pemkot Makassar mempunyai novum atau bukti baru yang sudah diajukan melalui peninjauan kembali (PK) ke MA.
Baca SelengkapnyaProyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaDi dalam negeri sendiri proyek reklamasi cukup banyak seperti di Surabaya, Jakarta, Batam, hingga Kalimantan.
Baca SelengkapnyaTingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga
Baca SelengkapnyaPihak ahli waris tetap akan menutup sekolah hingga Pemkot Makassar mengganti rugi lahan tersebut
Baca SelengkapnyaSaksi yang hadir dalam persidangan pada Kamis, 12 September 2024 antara lain warga Keposang Toboali Kabupaten Bangka Selatan Suyatno alias Asui selaku pengepul
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim telah membuat Dusun Rejosari Senik, yang dahulu dihuni 225 kepala keluarga (KK), kini ditinggalkan penduduknya.
Baca SelengkapnyaBelasan makam di pesisir Pantai Muara Sikabaluan, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terseret ke laut akibat diterjang ombak dan abrasi.
Baca Selengkapnya