Dampak La Nina Awal November, Banjir Terjadi di 32 Lokasi di Indonesia
Merdeka.com - Bencana hidrometeorologi basah terjadi di sejumlah wilayah dalam beberapa pekan terakhir. Bencana ini dipengaruhi curah hujan tinggi sebagai dampak dari La Nina.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari mengatakan khusus periode 1 hingga 7 November 2021, sebanyak 32 kejadian banjir terjadi di Indonesia. Akibatnya, sembilan orang meninggal dunia dan dua hilang.
"Sedangkan rumah warga rusak dengan kategori sedang hingga berat mencapai 295 unit," katanya, Senin (8/11).
-
Kapan bencana hidrometeorologi sering terjadi? Di Indonesia, fenomena ini sering terjadi, terutama selama musim penghujan yang panjang, khususnya di akhir dan awal tahun.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Apa saja dampak dari cuaca ekstrem? Hujan dan angin kencang yang terjadi pada Kamis (4/1) menyebabkan kanopi drop zone di sisi selatan Stasiun Yogyakarta roboh. Akibatnya lima unit mobil tertimpa kanopi itu dan mengalami kerusakan ringan. Manager Humas DAOP 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro, mengatakan bahwa tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. 'Karena hujan yang deras dan angin kencang, tiang-tiang penyangga yang terbuat dari pipa besi mengalami bengkok dan patah sehingga kanopi turun ke bawah. Pihak KAI Group akan menanggung seluruh kerusakan yang dialami para pelanggan yang terdampak,'
-
Di mana banjir sering terjadi? Fakta menunjukkan bahwa banjir tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang biasanya dianggap rawan banjir, tetapi juga di daerah perkotaan yang memiliki sistem drainase yang buruk.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
Abdul meminta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi di seluruh Indonesia meningkatkan kewaspadaan pada pekan kedua November 2021. Mengacu pada prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena La Nina masih terjadi.
"BNPB meminta BPBD provinsi untuk meningkatkan koordinasi dengan dinas terkait dan aparatur kabupaten dan kota setempat," ujarnya.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi meminta BPBD meningkatkan kegiatan sosialisasi, edukasi dan mitigasi terkait upaya pencegahan dengan menggunakan media elektronik atau media sosial. BPBD juga harus melakukan koordinasi dengan lembaga atau organisasi di daerah.
Selain itu, BPBD perlu menyiapkan dan mensosialisasikan tempat evakuasi aman bagi korban terdampak bencana dengan mempertimbangkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
"Apabila diperlukan, pemerintah daerah dapat menetapkan status darurat bencana dan membentuk pos komando penanganan darurat bencana serta mengaktivasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi," kata Prasinta
Berdasarkan analisis inaRISK, wilayah Indonesia rawan terhadap potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Populasi yang berpotensi terpapar bahaya tersebut mencapai 100,81 juta jiwa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Demikian juga bahaya tanah longsor yang teridentifikasi di 33 provinsi dengan potensi populasi terpapar mencapai 14 juta jiwa.
Analisis dari kementerian dan lembaga terkait menunjukkan beberapa wilayah berada pada potensi bencana banjir kategori sedang hingga tinggi di November ini. Wilayah tersebut antara lain Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua.
Adapun wilayah yang memiliki potensi bahaya tanah longsor ialah Sumatera Barat. Kabupaten yang berisiko terjadi bencana itu di antaranya Agam, Dharmasraya, Kepulauan Mentawai, Bukit Tinggi, Kota Padang, Padang Panjang, Pariaman, Sawah Lunto, Solok, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Pasaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Sijunjung, Solok Selatan, dan Tanah Datar. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
La NiƱa menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia, yang dapat berisiko menimbulkan banjir dan berdampak negatif bagi para petani.
Baca SelengkapnyaHujan Turun padahal Masih Musim Kemarau, BRIN ungkap penyebabnya
Baca SelengkapnyaIndonesia bagian tengah dan timur mayoritas masih akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga deras pada Agustus
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.
Baca SelengkapnyaFenomena La Nina yang memicu peningkatan curah hujan ini memiliki dampak yang perlu diwaspadai, terutama pada sektor pertanian.
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan, ada sejumlah penyebab yang memicu cuaca ekstrem selama periode persebut.
Baca SelengkapnyaPeningkatan potensi hujan itu karena beberapa wilayah Indonesia mulai kembali pada fenomena iklim La Nina
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki fenomena La Nina pada September 2024.
Baca SelengkapnyaSalah satunya adalah masa peralihan musim, yang dikenal sebagai pancaroba.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem terjadi di wilayah Bali beberapa hari terakhir. Dampaknya, sejumlah tempat mengalami banjir usai hujan mengguyur sejak pagi tadi hingga sore.
Baca SelengkapnyaSaat ini hujan masuk secara gradual ke wilayah Indonesia yang terjadi karena La Nina sudah mulai aktif kembali alam kategori lemah.
Baca Selengkapnya