Dari gerobak cendol, Rochman yang tak lulus SD kini miliki resto
Merdeka.com - Siapa yang tidak mengenal Cendol Elizabeth. Bagi kebanyakan orang, tak lengkap rasanya jika ke Bandung tanpa meneguk minuman segar tersebut. Cendol Elizabeth begitu fenomenal. Akan tetapi tak banyak yang tahu suksesnya cendol elizabeth berasal dari buah persahabatan.
Rochman pedagang cendol keliling, sedangkan Elizabeth atau biasa disebut Ibu Eli adalah pemilik toko tas di sekitar Tegalega Bandung.
Ceritanya, Rochman kecil putus sekolah di Pekalongan. Rochman hanya bisa menuntaskan sekolahnya hingga kelas 2 SD. Alasan biaya, Rochman bertolak ke Bandung untuk membantu pamannya jualan cendol.
-
Apa yang dijual oleh Es Cendol Elizabeth? Es Cendol Elizabeth Salah satu kuliner legendaris di Kota Bandung adalah es cendol elizabeth di Jalan Inhoftank 64. Mengutip situs resmi Pemkot Bandung, restoran es cendol mewah itu dulu berawal dari pedagang es cendol gerobakan.
-
Apa yang membuat Es Cendol Elizabeth terkenal? Es Cendol Elizabeth seakan menjadi salah satu ikon kuliner Bandung dan Jawa Barat dengan segala keunikannya.
-
Kenapa Es Cendol Elizabeth diberi nama Elizabeth? Kemudian, Rohman juga terbantu kala terdapat yang memesan cendol karena dibacakan oleh Eli selaku pemilik toko Elizabeth. 'Ketika ada yang memesan cendol, Rohman yang kurang lancar dalam membaca dan menulis, meminta tolong ke Eli untuk menuliskan pesanannya,' kata Nur Hidayah.
-
Apa itu cendol? Meskipun namanya berbeda-beda, seperti cendol, chendol, nom lort, lot chong, dan mont let saung, penampilannya hampir serupa.
-
Siapa yang pertama kali berjualan Es Cendol Elizabeth? 'Bapak (H. Rohman) dulu sudah merintis berjualan es cendol sejak tahun 1972. Saat itu bapak masih menggunakan gerobak keliling,' kata Nur Hidayah, mengutip laman Pemkot Bandung, Selasa (19/3).
-
Dimana lokasi awal Es Cendol Elizabeth berjualan? Sebelum tenar seperti sekarang, brand es cendol ini mulanya mangkal di pinggir jalan.
"Jadi tahun 1972 saya mulai jualan cendol, itung-itung bantu paman agar bisa hidup," kata Rochman yang akrab disapa Pak Haji ini, kepada merdeka.com berkisah.
Dengan Rute Tegalega-ITB, dia menjajakan dagangannya selama tujuh tahun. Pada akhirnya tahun 1979, Rochman diberi kesempatan untuk berdagang sendiri. Rochman pun berjodoh dengan toko tas Elizabeth yang kini masih bertahan. Dalam artian cendolnya diminati disekitar ruko Elizabeth itu.
"Jadi pada saat saya menetapkan jualan sendiri, saya seperti jodoh dengan pemilik toko tas. Saya mangkal di depan toko Elizabeth," katanya.
Karena baiknya Eli, dirinya pun tak sungkan untuk membantu toko milik Eli. Hal itu pun dilakukan Rochman tanpa pamrih. Sambil melayani pembeli, Rochman bantu-bantu toko.
"Kalau sore dagangan saya habis, saya bantu-bantu toko," ungkapnya.
Suatu ketika, Pembeli Tas Elizabeth ada yang meminta beli tas, gratis cendol. Mulanya Rochman keberatan, lantaran dia harus memikirkan uang setor ke pamannya. Namun di sinilah tercipta kerja sama keduanya.
"Jadi setiap pembeli tas bonus cendol, tapi tetap Ibu Eli semua membayarkan uang cendolnya itu untuk saya. Kalau saya ga masalah," jelasnya.
Simbiosis saling menguntungkan ini terjalin lama, hingga akhirnya Eli memberikan kartu nama Rochman dengan sebutan 'Cendol Elizabeth'.
Pada awal 1990an Tas Elisabeth berkembang pesat, pelanggan Rochman pun makin banyak. Hingga akhirnya nama Cendol Elizabeth begitu merebak dan dikenal orang banyak hingga dewasa ini.
Gerobak kecil itu kini menjelma menjadi sebuah restoran. Sedangkan di tengah terjangan maraknya tas impor, Elizabeth kini masih bertahan.
Dari yang semula, hanya sekitar 10 gelas perhari, kini 4.000 gelas ludes dalam seharinya. Sedangkan pesanan yang dibungkus, dalam sehari bisa terjual hingga 400-500 bungkus.
Nama Elizabeth cuma bukan dikenal di Indonesia. Bahkan Malaysia yang menyukai minuman jenis ini, sempat ada yang membuka juga. "Ada yang buka, tapi bukan manajemen kami, ga tahu itu siapa," ungkapnya.
Atas raihan yang didapat, Rochman tak terlalu memikirkan akan hal itu. Baginya cendol yang tegah dirintis dan bisa menghidupi keluarga sederhananya adalah yang utama.
"Alhamdulilah anak saya sudah sarjana, tinggal satu masih SMA, yang penting mereka sukses jangan kaya saya dulu," ungkapnya. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dulu ia jualan keliling dari Astanaanyar hingga ke Dago dan Cihampelas
Baca SelengkapnyaIntip fakta unik es cendol Elizabeth yang melegenda sejak 1972
Baca SelengkapnyaNama ini bukan sekadar terinspirasi dari nama Ratu Inggris, melainkan terinspirasi dari nama salah satu pelanggannya yang bernama Eli.
Baca SelengkapnyaManisnya kesuksesan Rizal tidak didapat secara instan.
Baca SelengkapnyaCerita bermula ketiga Ega lulus sekolah. Dia memutuskan untuk bekerja di ritel di salah satu Mal di Bekasi selama 1,5 tahun.
Baca SelengkapnyaTak kunjung lolos setiap kali seleksi CPNS, Ermawanto akhirnya memilih bekerja sebagai pegawai swasta dan kemudian membuka usaha.
Baca SelengkapnyaBaginya, menjadi manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Baca SelengkapnyaIrham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca SelengkapnyaSelama 12 tahun menjalankan usaha, ia mampu menginspirasi dan meraup cuan hingga puluhan juta rupiah per hari.
Baca SelengkapnyaSimak cerita inspiratif anak pedagang gorengan yang sukses jadi peneliti di Jepang.
Baca SelengkapnyaIde membuat terasi dilatarbelakangi kegemarannya makan sambal
Baca SelengkapnyaTekun dalam membina usahanya, pasutri ini kini menjadi seorang pebisnis penjual es teh dengan brand GINASTEL yang sukses. Sebelumnya mereka sempat direndahkan.
Baca Selengkapnya