Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Datang ke Komnas HAM, Gepak minta laporan YPKP '65 tak diproses

Datang ke Komnas HAM, Gepak minta laporan YPKP '65 tak diproses Ketua Gepak Rahmat Imran. ©2017 Merdeka.com/genantan

Merdeka.com - Ketua Gepak (Gerakan Pemuda Anti Komunis) Rahmat Imran mengatakan pihaknya tak setuju dengan pelaporan yang dilakukan oleh Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 65 ke Komnas HAM. Dia datang langsung ke Komnas HAM untuk meminta pelaporan ditolak karena menilai YPKP 65 memutarbalikkan fakta.

"Jadi kita datang ke Komnas HAM dalam rangka mencekal laporan yang dilaporkan oleh Bedjo Untung dan kawan kawan ya dalam artian kita meminta kepada Komnas HAM jangan memproses laporan yang diajukan oleh Bedjo Untung karena berbau paham Komunis," kata Imran di Komnas HAM, Jakarta Pusat, Rabu (15/11).

Rahmat menjelaskan, Bedjo Untung yang merupakan Ketua YPKP 65 meminta Komnas HAM untuk mengungkapkan fakta sejarah. Mereka disebut olehnya akan membenarkan peristiwa G30SPKI bahwa PKI akan diposisikan sebagai korban. Sementara, TNI pelaku dalam gerakan 30 September. Menurut dia, hal itu telah memutarbalikkan fakta.

"Makanya kita minta kepada Komnas HAM jangan memproses itu dan alhamdulillah Komnas HAM yang diwakili Komisioner pak Amir sangat merespon dengan gerakan yang kita lakukan pada hari ini dan beliau menyampaikan mereka akan memproses perkara ini seperti apa yang kita minta," ujarnya.

Pihaknya mempersilakan YPKP menyampaikan data untuk dibuktikan baik dari kuburan massal dan sebagainya. Rahmat mengaku pihaknya juga memiliki data bahwasanya yang jadi korban tentang hal tersebut adalah santri, ulama dan umat muslim. Dengan hal tersebut, ia meminta pemerintah memberi ruang untuk konsolidasi dari kedua belah pihak.

"Makanya kemarin solusi yang kami tawarkan adalah konsolidasi, konsolidasi yang kita tawarkan adalah mengungkapkan fakta fakta, data dari kelompok komunis silakan di beberkan data dari kita selalu anti komunis silakan dibeberkan juga, sehingga bijak," tutur Rahmat.

"Cuma kan sampai sekarang pemerintah maupun orang yang mempunyai tanggung jawab dalam hal ini belum memberi konsolidasi, kita punya data mereka punya jadi terbuka," sambungnya.

Sebab, lanjut Rahmat, jika tak ada ruang konsolidasi cenderung menjadi salah paham. Sehingga dibubarkan paksa seperti kejadian di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) beberapa waktu lalu.

"Kalau seperti ini kan memancing, misalnya kegiatan kegiatan yang mereka lakukan, seperti misalnya kemarin di hotel Harris, sebelumnya kita bubarkan yang di LBH. Artinya kami dari awal Gepak selaku gerakan anti komunis selalu menyikapi permasalahan komunis yang akan muncul di negara ini itulah tanggung jawab kami," ujar Rahmat.

Sebelumnya, Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965/1966 menyambangi Komnas HAM untuk membeberkan temuan 16 titik baru pemakaman massal di Jawa Tengah. Kedatangannya disusul oleh Gerakan Pemuda Anti Komunis (GEPAK) yang kontra terhadap tujuan dari YPKP.

Aparat kepolisian turut menjaga kantor Komnas HAM untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan. Kedua pihak secara bergantian diterima oleh Komisioner Komnas HAM Amiruddin diruang pengaduan. (mdk/rzk)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bareskrim Tolak Laporan Keluarga Korban Dugaan Penembakan di Seruyan, Minta Tunggu Penyidikan Polda Kalteng
Bareskrim Tolak Laporan Keluarga Korban Dugaan Penembakan di Seruyan, Minta Tunggu Penyidikan Polda Kalteng

Laporan ke Bareskrim Polri dilakukan keluarga korban setelah tidak ada perkembangan penyidikan dari Polda Kalteng.

Baca Selengkapnya
Sentilan Keras Mahfud MD pada Menko Yusril Gara-Gara Tragedi ‘98 Bukan Pelangaran HAM Berat
Sentilan Keras Mahfud MD pada Menko Yusril Gara-Gara Tragedi ‘98 Bukan Pelangaran HAM Berat

Menurut Mahfud, sesuai Undang-Undang (UU) dan TAP MPR, hanya Komnas HAM yang boleh menentukan suatu peristiwa merupakan pelanggaran HAM berat atau tidak.

Baca Selengkapnya
Kasus Dugaan Penembakan Warga Bangkal Seruyan, Tim Advokasi Ungkap Belum Terima Hasil Uji Balistik
Kasus Dugaan Penembakan Warga Bangkal Seruyan, Tim Advokasi Ungkap Belum Terima Hasil Uji Balistik

Tim advokasi melaporkan kasus dugaan penembakan tersebut ke Bareskrim Polri lantaran tak ada perkembangan dari Polda Kalimantan Tengah.

Baca Selengkapnya
Gubernur Rusdy Mastura Bertemu Mahfud Md: Bahas Hak Korban Peristiwa 1965 di Sulteng
Gubernur Rusdy Mastura Bertemu Mahfud Md: Bahas Hak Korban Peristiwa 1965 di Sulteng

Mahfud berharap kepada gubernur menyerahkan data-data Korban Para Pihak Peristiwa 1965 untuk diverifikasi oleh Tim Menko Polhukam.

Baca Selengkapnya
CEK FAKTA: Hoaks Penemuan Kuburan Massal di Ponpes Al Zaytun
CEK FAKTA: Hoaks Penemuan Kuburan Massal di Ponpes Al Zaytun

Klaim penemuan kuburan massal dan tengkorak di Pondok Pesantren Al Zaytun adalah tidak benar alias hoaks.

Baca Selengkapnya
Aliansi Masyarakat Sipil Demo Kantor KPU Jateng, Pertanyakan Kejanggalan Sirekap
Aliansi Masyarakat Sipil Demo Kantor KPU Jateng, Pertanyakan Kejanggalan Sirekap

Puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil mendatangi Kantor KPU Jawa Tengah (Jateng), Rabu (21/2). Mereka mempertanyakan kejanggalan Sirekap.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Tim Investigasi Selidiki Kabar Al Zaytun Punya Bunker Senjata dan Tempat Ibadah Yahudi
VIDEO: Tim Investigasi Selidiki Kabar Al Zaytun Punya Bunker Senjata dan Tempat Ibadah Yahudi

Pemprov Jawa Barat menerima kabar adanya bunker senjata dan tempat ibadah Yahudi di Ponpes Al Zaytun.

Baca Selengkapnya
Tinjau Lokasi Penemuan 7 Mayat di Kali Bekasi, Habiburokhman: Agar Tak Timbul Tuduhan
Tinjau Lokasi Penemuan 7 Mayat di Kali Bekasi, Habiburokhman: Agar Tak Timbul Tuduhan

Peninjauan yang dilakukan Komisi III DPR RI agar tidak menimbulkan tuduhan-tuduhan yang negatif atas insiden penemuan tujuh mayat di Kali Bekasi.

Baca Selengkapnya
DPR Minta Polisi Terbuka dan Libatkan Propam dalam Penemuan 7 Jenazah di Kali Bekasi
DPR Minta Polisi Terbuka dan Libatkan Propam dalam Penemuan 7 Jenazah di Kali Bekasi

Wakil Ketua Komisi III Ahmad Sahroni menegaskan, polisi harus mengedepankan hak asasi manusia (HAM) dalam setiap menjalankan tugasnya, termasuk saat patroli.

Baca Selengkapnya