Debit mata air di Gunung Merapi turun drastis
Merdeka.com - Memasuki musim kemarau yang diperkirakan antara bulan Juni dan Juli ini, debit mata air di sekitar lereng Gunung Merapi mulai turun drastis. Kondisi ini diduga dipengaruhi erupsi gunung yang ada di dua propinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini karena banyak pepohonannya di kawasan Taman Nasional yang mati terpanggang saat erupsi.
Selain itu, maraknya penambangan pasir ilegal dengan menggunakan alat berat semakin memperparah keadaan lereng Merapi. Padahal, lereng Merapi yang selama ini menjadi kawasan tangkapan air menyuplai kebutuhan masyarakat di tujuh kecamatan di Magelang.
Tujuh kecamatan ini terdiri dari Kecamatan Srumbung, Kecamatan Dukun, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Muntilan, Kecamatan Salam, Kecamatan Mungkid dan Kecamatan Ngluwar.
-
Apa yang dikeluarkan Gunung Merapi? Pada Rabu (2/8) dini hari pukul 00.00 hingga pagi pukul 06.00, gunung api paling aktif di tanah Jawa ini mengeluarkan 8 kali guguran lava.
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Apa yang berubah di Gunung Merapi? Perubahan bentuk kubah lava itu teramati berdasarkan analisis morfologi pada periode 30 Juni-6 Juli 2023 BPPTKG menyebut morfologi kubah lava di sebelah barat daya Gunung Merapi mengalami perubahan.
-
Dimana lokasi Bhumi Merapi? Agro Wisata Bhumi Merapi adalah sebuah objek wisata Agro yang terletak di Jl. Kaliurang No. Km. 20, Sawungan, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.
-
Mengapa Gunung Merapi mengeluarkan lava? Morfologi kubah lava di puncak Gunung Merapi juga mengalami perubahan.
-
Dimana perubahan Merapi terlihat? Perubahan itu terjadi akibat aktivitas guguran lava dan awan panas guguran. Dilansir dari Liputan6.com pada Senin (10/7), Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan bahwa perubahan itu teramati berdasarkan hasil analisis morfologi pada kubah lava dari stasiun kamera Merbabu, Deles 5, dan Babadan 2 periode 30 Juni hingga 6 Juli 2023.
Koordinator Lembaga Pengkajian dan Pendampingan Pembangunan Desa (LP3D) Kabupaten Magelang Ichsani menyatakan seharusnya paskaerupsi pemerintah melakukan reboisasi besar-besaran untuk mengembalikan ekosistem Merapi.
Sejauh ini, program reboisasi hutan di daerah tangkapan air hujan oleh pemerintah tidak jalan. Pengendalian penambangan pasir juga tidak maksimal. Hal inilah yang diduga menyebabkan air tanah dan mata air turun pada musim kemarau.
"Aliran air sungai yang berhulu di Merapi mengalami fluktuasi yang amat tinggi. Saat musim hujan banjir besar adapun selama musim kemarau terjadi penurunan debit air yang sangat drastis. Diduga kawasan Tanam Nasional Gunung Merapi (TNGM) tidak bisa lagi berfungsi maksimal dalam memerankan fungsi ekologinya sebagai daerah tangkapan air," ungkap Ichsani saat ditemui di Kantor Pemkab Magelang Jl Letnan Tukiyat, Kabupaten Magelang, Jateng, Selasa(26/6).
Ichsani berharap kawasan Tanam Nasional Gunung Merapi kembali dihijaukan, termasuk lahan di lingkungan masyarakat. "Penambangan pasir juga perlu dikendalikan karena bisa menjadi salah satu pemicu rusaknya lingkungan dan kawasan hijau,"tegasnya.
Dalam kajian LP3D kecenderungan penurunan debit air ternyata juga terjadi di hampir seluruh daerah tangkapan air di Kabupaten Magelang. Sebut saja wilayah Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Bandongan, Kecamatan Pakis dan Kecamatan Ngablak. Debit air di daerah tersebut dari tahun ke tahun terus berkurang.
"Hal ini disebabkan perubahan tata guna lahan pertanian, baik untuk kawasan pemukiman baru maupun untuk areal pertanian seperti tanaman sayuran, jagung, tembakau dan tanaman lain," pungkasnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rangkaian letusan dan rupsi Gunung Marapi secara tidak kontinyu telah terjadi sejak 3 Desember 2023 hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaStatus Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) diturunkan dari Level III Siaga menjadi Level II Waspada.
Baca SelengkapnyaSejumlah wilayah di Jakarta Barat dan Jakarta Utara bakal berkurang suplai air bersihnya
Baca Selengkapnya4.000 hektare lingkungan yang rusak di Kabupaten Merangin akibat PETI.
Baca SelengkapnyaDedaunan hijau dan tanaman sayuran kini berubah menjadi abu-abu karena berselimut debu.
Baca Selengkapnyaaktivitas pertambangan emas ilegal yang marak di sekitarnya membuat air menjadi keruh pekat dan menyebabkan gatal-gatal.
Baca SelengkapnyaGunung Marapi di Kabupaten Agam dan Tanah Datar Sumatera Barat (Sumbar) kembali erupsi
Baca SelengkapnyaPendaki dan wisatawan diimbau untuk tidak memasuki kawasan Gunung Marapi yang berstatus siaga III.
Baca SelengkapnyaTingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga
Baca SelengkapnyaLetusan Gunung Marapi di Sumatera Barat itu telah menciptakan hujan abu melanda belasan kecamatan hingga menjebak puluhan pendaki.
Baca SelengkapnyaGunung Marapi di Kabupatem Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) kembali erupsi.
Baca SelengkapnyaHendra mengatakan, tinggi kolom asap letusan maupun hembusan maksimum 700 meter di atas puncak.
Baca Selengkapnya