Dedi Mulyadi geram kader Golkar biarkan Nenek Nandah hidup di gubuk
Merdeka.com - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi, geram dengan anak buahnya. Sebabnya, mereka dianggap lalai lantaran membiarkan seorang nenek, Nandah Saadah (63), hampir 20 tahun tinggal di sebuah gubuk terbuat dari kardus, di sekitar halaman Kantor DPD Partai Golkar Jawa Barat, di Jalan Maskumambang, Kota Bandung.
Dedi langsung menegur Ketua Fraksi Partai Golkar di DPRD Jabar, Yon Mintaraga, karena dianggap lalai menelantarkan warga miskin di halaman Kantor DPD Golkar Jawa Barat.
"Yang saya tegur pengurus partai dan pimpinan Fraksi Partai Golkar. Ini ada dana aspirasi dan segala macam, tapi kenapa tidak diperhatikan nasib warga tersebut," kata Dedi di Bandung, Kamis (4/8).
-
Siapa yang meminta sedekah? 'Nak, minta sedekahnya, Nak,' pinta si pengemis tersebut.
-
Kenapa pelaku mengambil harta benda nenek? Kesempatan inilah yang dimanfaatkan pelaku untuk mengambil barang-barang berharga yang sebenarnya sudah disembunyikan di belakang rumah.
-
Apa yang diambil pelaku dari rumah nenek? Akibatnya banyak harta benda yang raib antara lain lima sertifikat tanah, emas perhiasan, dan uang senilai dua puluh juta rupiah raib diambil pelaku.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi membantu adik Pegi Setiawan? Melihat nasib adik bungsu dari Pegi membuat Dedi trenyuh. Seketika, dia memberi solusi dengan memberi bantuan berupa biaya sekolah adik Pegi selama tiga tahun.
-
Kenapa gelandangan itu diberi uang? 'Aku sangat menghargai kejujuranmu. Kamu bisa saja mengambilnya, tapi tidak. Berapa yang kamu butuhkan?' tanyanya.
-
Bagaimana gelandangan itu diberi uang? Diberi Imbalan 'Lima dollar cukup,' ujar sang tunawisma. 'Lima? Bagaimana kalau kamu ambil semuanya? Ini untukmu,' terangnya.
Dedi lantas mengungkapkan kekesalannya. Dia merasa kader partai berlambang pohon beringin itu mengabaikan kaum miskin.
"Jadi saya malu, orang-orang politik di Golkar Jabar dan Kota Bandung yang sering bicara rakyat, tapi di depan mata sendiri, di kantor Golkar ada orang tinggal di gubuk atau rumah kardus ini," lanjut Dedi, seperti dilansir dari Antara.
Dedi Mulyadi lantas memberikan Nandah bantuan berupa uang buat modal usaha dan uang sewa rumah di kampung halamannya di Majalaya Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
"Saya tadi kasih uang untuk kontrak rumah mungkin cukup untuk dua tahun, dan saya kasih juga uang untuk modal kerja di kampung halamannya," ucap Dedi.
Sekitar pukul 13.00 WIB, Nandah Saadah mengemasi dan memindahkan barang-barang di rumah kardusnya, ke sebuah truk besar disediakan oleh pengurus DPD Partai Golkar Jawa Barat.
Nandah tinggal seorang diri di rumah kardus berukuran sekitar 1 x 5 meter tersebut. Sedangkan anak-anaknya ada yang bekerja sebagai petugas Satpol PP Kota Bandung.
Nenek yang memiliki enam orang anak ini mengaku tetap bertahan di gubuk itu karena mata pencariannya ada di kawasan itu.
"Saya tinggal di sini sejak masih sawah dan memang karena usahanya di sini. Saya ngumpulin rongsokan. Sudah lama dari 1969," kata Nandah.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di akhir pertemuannya, Dedi memberikan sejumlah uang kertas ke sang ibu muda.
Baca SelengkapnyaAnsori tak mengetahui secara pasti penyebab Ngantiani tidur di gubuk.
Baca SelengkapnyaPolitisi partai Gerindra ini tiba-tiba menghampirinya dan langsung memberikan uang pecahan Rp50 ribuan.
Baca SelengkapnyaPolitikus Partai Gerindra, Dedi Mulyadi, kesal mengetahui pembangunan jembatan di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta, diganggu preman.
Baca SelengkapnyaSeperti anak sendiri, Ganjar bahkan membungkuk demi memdengar jelas perkataan andika, karena suara ramai orang-orang yang berkerumun.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaDia mendedikasikan seluruh hidupnya demi merawat sang ibu di tengah hutan tanpa tetangga.
Baca SelengkapnyaNenek ini tak kuasa menahan tangis saat anak KKN pamitan pulang.
Baca SelengkapnyaSetiap hari Ngadenin (63) harus berjalan melalui selokan sempit yang menjadi akses satu-satu jalan ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaDia nekat kabur dari rumah demi menghindari tagihan utang. Di tanah perantauan, sosoknya tinggal di gubuk sederhana.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca Selengkapnya