Demi kemanusiaan, alasan Umar Patek ingin jadi mediator Abu Sayyaf
Merdeka.com - Terpidana kasus terorisme, Umar Patek, mengaku ikhlas menawarkan diri sebagai mediator pembebasan sandera warga Indonesia, ditawan oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Lelaki yang dihukum penjara 20 tahun itu mengaku tidak meminta imbalan atas inisiatifnya.
"Ada suatu yang harus diketahui media, bahwa aku menawarkan diri tidak ada syarat apapun. Seperti remisi sepuluh tahun atau pembebasan masa tahanan separuhnya, tidak ada," kata Umar Patek di acara seminar Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur, di Hotel Savana, Kota Malang, Senin (25/4).
Umar mengaku tidak mengajukan syarat jika didapuk menjadi juru runding dengan Abu Sayyaf. Dia menyatakan yakin bisa merayu Abu Sayyaf karena mengenal karakter kelompok itu.
-
Siapa yang terlibat? Konflik pribadi adalah konflik yang melibatkan satu individu dengan individu lainnya.
-
Siapa yang bisa jadi PPPK di Sumut? PPPK adalah kategori pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah dengan kontrak kerja, bukan melalui jalur rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS).
-
Apa itu Ulu Ambek? Ulu ambek merupakan kesenian yang menggambarkan konflik atau pertarungan mirip seperti gerakan-gerakan pencak silat.
-
Siapa yang terlibat di SAJAKA? Program SAJAKA mengedepankan kolaborasi lintas sektoral yang melibatkan masyarakat, tenaga kesehatan, serta pihak swasta seperti Pfizer Indonesia.
-
Siapa yang melakukan perampokan? Dua perampok yakni J (45) dan R (32) berhasil menggondol tas korban yang berisi uang, laptop, dan 50 gram berlian.
-
Siapa yang terlibat dalam kontak tembak? Kontak tembak terjadi antara Satuan Tugas Batalyon Infanteri (Satgas Yonif) 133/Yudha Sakti dengan OPM wilayah Sorong Raya.
"Semua tanpa syarat. Ini berangkat dari rasa kemanusiaan. Aku menawarkan diri karena saya mampu melakukan itu. Aku kenal betul Abu Sayyaf," kata Umar.
Sayang Umar Patek tidak membicarakan banyak hal, lantaran dia langsung digiring beberapa pengawal.
Para terpidana kasus terorisme, Umar Patek, Ali Imron, dan Jumu Tuani memberikan kuliah deradikalisasi kepada Resimen Mahasiswa (Menwa) se-Jawa Timur di Malang. Ketiganya datang di lokasi sekitar pukul 09.45 WIB dengan pengawalan ketat. Kendati tidak diborgol, ketiganya diapit oleh beberapa aparat keamanan berpakaian bebas.
Umar Patek mengenakan baju koko warna putih dengan janggut panjang memerah. Rambutnya terlihat klimis yang juga berwarna kemerahan.
Penampilan tidak jauh berbeda ditunjukkan oleh Jumu Tuani. Mantan panglima Operasi Pusat Komando Jihad Maluku (PKJM) itu mengenakan baju putih, dan peci haji warna putih.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terbaru, dia menghabiskan banyak waktu luangnya bersama istri di kediaman pribadi.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Asosiasi Pemerintah Desa (Apdesi) Surta Wijaya berharap kegaduhan di wilayah Pantura dapat diselesaikan secara musyawarah.
Baca SelengkapnyaWapres menjelaskan, mendamaikan dua pihak yang berseteru merupakan perintah agama. Terlebih, dirinya merupakan salah satu pendiri PKB dan pernah aktif di PBNU.
Baca SelengkapnyaDukungan itu langsung disampaikan ketika Iqbal silaturahim ke 'rumah omak' di Pekan Baru Riau Rabu, 3 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaHabib Umar bin Hafidz baru saja datang ke Tanah Air sekaligus memberikan ilmu terkait akidah keislamannya.
Baca SelengkapnyaKonflik antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih terus berlanjut. Wapres RI, Ma'ruf Amin pun ambil sikap tegas.
Baca SelengkapnyaKeduanya menggelar simulasi mencoblos di lokasi kampanye yang dihadiri ribuan pendukung.
Baca SelengkapnyaSosok Habib Umar bin Hafidz ulama yang tengah jadi sorotan masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaKetua Tim Kampanye Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, Umar Wahid mengaku akan terus mendatangi para kiai di Jawa Tengah selama masa kampanye berlangsung.
Baca SelengkapnyaPenyebabnya Arif sempat melontarkan kata-kata yang membuat Umar Kei tersinggung.
Baca SelengkapnyaCak Imin saat ikut kampanye di Pandau Jaya, Kampar.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diimbau agar tidak terlalu cepat menilai kapasitas seseorang atau kelompok tanpa mengetahui latar belakangnya.
Baca Selengkapnya