Demi Rp 50 ribu, ibu-ibu nekat bawa anaknya demo Ahok di KPK
Merdeka.com - Puluhan massa yang mengatasnamakan aliansi Masyarakat Peduli Jakarta (MPJ) dan Front Pembela Kebenaran serta Ikatan Generasi Muda Kristiani menggeruduk gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka mendesak KPK untuk segera memeriksa Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait pembelian lahan RS Sumber Waras.
Lucunya, puluhan massa yang mendatangi gedung KPK ini didominasi oleh ibu rumah tangga. Bahkan, mereka nekat membawa anaknya turut serta dalam aksi demo untuk mendapatkan uang Rp 50 ribu.
"Dapat uang Rp 50 ribu kita. Kalau enggak dapat uang saya mah engga mau ikut," ujar salah satu peserta demo, Yati (38) di depan gedung KPK, Rabu (5/8).
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Apa tuntutan utama aksi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
-
Kenapa tebakan lucu ini bikin ngakak? Dalam artikel berikut ini, kami telah menyajikan sejumlah tebakan lucu banget yang siap membuat orang-orang tertawa ngakak.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Kenapa warga demo jalan rusak? 'Ke mana uang pajak kami? Ke mana uang pajak kami? Bertahun-tahun kami merasakan jalan rusak yang seperti ini,' seru sang orator dalam sebuah video yang diunggah lewat Instagram @merapi_uncover.
Selain itu, Yati mengaku tidak tahu apa yang disampaikan dalam aksi tersebut. Parahnya, Yati pun mengakui kalau dirinya tidak memahami apa maksud dari teriakan orator aksi yang meminta KPK segera memeriksa Ahok.
"Ikut-ikut aja, baru diajak pagi tadi. Saya enggak tau masalahnya apa," ujarnya.
Tidak hanya Yati, peserta demo lainnya yakni Juju (41) yang berasal dari Manggarai mengaku menerima uang Rp 50 ribu. "Sama dapat Rp 50 ribu. Tapi kita enggak dapat makan," bebernya.
Namun, saat dikonfirmasi pendemo lain yaitu Feri tidak mau berkomentar banyak soal demo dan siapa yang membayar mereka. Feri malah menyuruh awak media untuk menanyakan hal tersebut kepada salah satu orang yang berada di lokasi.
"Tanya itu saja, yang baju kotak-kotak," ucap dia sembari menunjuk temannya.
Tak berselang lama, demo pun berakhir. Puluhan ibu-ibu rumah tangga yang dipimpin mahasiswa itu langsung meninggalkan gedung KPK.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demo tolak revisi UU Pilkada DPR diikuti berbagai lapisan masyarakat tak terkecuali anak politisi.
Baca Selengkapnya"Pesan moralnya jangan menilai orang dari penampilan-nya," komen warganet.
Baca SelengkapnyaMereka memprotes dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024 untuk memenangkan salah satu pasangan calon.
Baca SelengkapnyaDeretan hal menarik yang terjadi di tengah aksi demonstrasi tolak pengesahan RUU Pilkada di gedung DPR RI.
Baca SelengkapnyaPolisi menemukan, ada dua ibu-ibu yang menjadi target iming-iming dari 'Icha Shakila' tersebut.
Baca SelengkapnyaMereka yang tergabung dalam Barisan Relawan Bhineka Jaya melakukan dukungan kepada Ahok untuk menjadi Calon Gubernur DKI yang diusung PDIP.
Baca SelengkapnyaSejumlah aksi demonstrasi digelar di beberapa titik di Jakarta untuk menyuarakan penolakan RUU Pilkada akan disinyalir akan disahkan oleh DPR
Baca SelengkapnyaAde Ary mengatakan, AK mengadu ke suaminya setelah mengirimkan video vulgar bersama anaknya ke pemilik akun media sosial Facebook Icha Shakila.
Baca SelengkapnyaIbu pelaku pencabulan anak kandung di Bekasi sempat menelepon orang tuanya sebelum ditangkap
Baca SelengkapnyaDalam aksinya mereka berorasi menyampaikan aspirasinya dan membentangkan spanduk tuntutan.
Baca SelengkapnyaSanksi itu mengancam pihak mengajak tidak mencoblos terlebih mengiming-imingi atau memberi uang kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaDPD PDIP Sulawesi Selatan menegaskan tidak pernah menjanjikan sesuatu bagi masyarakat untuk hadir di kampanye akbar Ganjar-Mahfud.
Baca Selengkapnya