Denny JA kritik balik petisi stop peredaran buku 33 Tokoh Sastra
Merdeka.com - Denny JA tidak tinggal diam atas munculnya petisi stop peredaran buku '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh'. Seolah sadar menjadi sasaran petisi, pria yang lebih dikenal sebagai konsultan politik itu, mengkritik balik.
Denny, yang dimasukkan dalam 33 tokoh sastra itu, menilai munculnya petisi tersebut seperti zaman Orde Baru. "Dulu di era Orde Baru, justru kita meminta pemerintah jangan memberedel sebuah buku. Kita sering katakan bahwa buku lawan dengan buku. Riset lawan dengan riset. Di era reformasi, justru sekelompok pejuang yang meminta pemerintah menghentikan peredaran sebuah buku," sindir Denny JA lewat akun Twitter-nya, Rabu (15/1).
Denny mengatakan, setiap orang dilindungi dilindungi kebebasannya untuk beropini, termasuk membuat rangking. "Seburuk apapun rangking itu, tetap saja itu bagian dari kebebasan beropini yang dilindungi di semua negara demokrasi," ujar doktor jebolan Ohio State University, Amerika Serikat, itu.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan? Pahlawan Indonesia telah berjuang mempertaruhkan jiwa, raga serta hartanya untuk kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
-
Siapa yang membutuhkan kata-kata perjuangan? Tak melulu dari orang terdekat, dukungan dan semangat bisa muncul darimana saja.
-
Siapa yang mirip dengan Denny Caknan? Dengan wajahnya yang mulai diperlihatkan sedikit demi sedikit, netizen mengatakan bahwa Dek Cunda adalah versi mini dari Denny Caknan.
Kepada mereka yang tak setuju dengan rangking itu, Denny mengingatkan, demokrasi memberikan kebebasan yang sama untuk membuat rangking alternatif. "Hak sekelompok orang untuk beropini tak bisa dilarang kecuali jika itu masalah kriminal," katanya.
"Ironis jika mereka yang seharusnya berjuang untuk kebebasan malah berjuang untuk pemberedelan," sindir Denny lagi.
Denny tidak bisa membayangkan bagaimana jika kelompok penggalang petisi itu berkuasa. "Berapa banyak buku yang akan dilarang yang tak sesuai pikiran mereka?" ujarnya.
"Ketaksetujuan kita pada sebuah buku seharusnya mendorong kita membuat buku yang lebih baik lagi. Bukan melarang," imbuhnya. "Ini prinsipnya: 'Saya tak setuju pendapat tuan, tak hak tuan menyatakan pendapat akan saya bela'."
Denny menjelaskan, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dan Tim 8 sudah menyatakan pendapatnya lewat buku setebal 777 halaman. "Kita boleh tak setuju. Tapi hak mereka menyatakan pendapatnya harus dibiarkan bukan diberedel, dan dilawan dengan buku alternatif," ujar Denny.
Denny mengatakan, patut diduga pendukung petisi penghentian sementara peredaran buku 33 sosok sastra tak akan lebih dari 100 ribu.
"Tanpa mereka sadari, justru dengan mendukung petisi itu, mereka justru membuat buku 33 sosok sastra lebih dicari. Mereka yang mendukung petisi akan dicatat sejarah meminjam tangan kekuasaan untuk melarang sebuah buku," kata Denny.
Seperti diberitakan, beberapa orang yang menamakan diri pencinta sastra membuat petisi online di change.org. Mereka mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk menunda atau menghentikan sementara waktu peredaran buku tersebut.
Adapun alasan petisi dilakukan adalah: (1) Buku tersebut berpotensi menyesatkan publik; (2) Buku tersebut dikhawatirkan mencederai integritas dan moral ahli sastra dan sastrawan, serta masyarakat Indonesia; (3) Buku tersebut dikhawatirkan dapat menjadi preseden buruk.
Petisi ini nantinya akan dikirimkan ke Tim 8, penyusun buku, yang diketuai oleh Jamal D Rahman dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.
Salah satu pusaran polemik penerbitan buku '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh' tersebut adalah munculnya nama Denny JA dalam deretan 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. Denny, yang lebih dikenal sebagai konsultan politik, disejajarkan dengan nama-nama sastrawan besar seperti Chairil Anwar , Pramoedya Ananta Toer dan WS Rendra .
"Maman S. Mahayana, salah seorang anggota Tim 8, menyatakan bahwa penaja buku ini adalah Denny J.A, dan Tim 8 memasukkan Denny J.A sebagai salah seorang tokoh sastra paling berpengaruh, meskipun ia tak memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan ini," demikian tertulis dalam petisi.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Denny JA sendiri menyelami dilema moral yang dihadapi Bung Karno
Baca SelengkapnyaNinik menegaskan mandat penyelesaian karya jurnalistik itu seharunya ada di Dewan Pers.
Baca SelengkapnyaDisatroni Jurnalis Demo Tolak RUU Penyiaran, Kantor DPRD Provinsi Jambi Kosong Karena Alasan Dinas
Baca SelengkapnyaRibuan orang dari berbagai elemen masyarakat turun ke jalan menentang upaya revisi UU Pilkada, Jumat (23/8).
Baca SelengkapnyaBuku diterbitkan bertepatan gerakan melawan lupa 17 tahun aksi Kamisan terhadap 13 korban aktivis 97-98
Baca SelengkapnyaDana abadi tersebut berasal dari saham perusahaan yang sebagian dimiliki Denny JA Foundation.
Baca SelengkapnyaPetisi dilakukan karena pidato Soeharto dianggap kontroversial.
Baca SelengkapnyaPolemik RUU Penyiaran terus bergulir, ragam penolakan masih terus berdatangan
Baca SelengkapnyaAksi dari para aparat polisi saat menangani massa demonstran tolak RUU Pilkada disorot profesor di Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaAnggota Dewan Pers Yadi Hendriana menyebut, ada perbedaan mendasar antara KPI dengan Dewan Pers
Baca SelengkapnyaRevisi UU Penyiaran tidak boleh mengganggu kemerdekaan pers.
Baca Selengkapnya