Densus Ungkap Kelompok Jamaah Islamiyah Danai Bengkel dan Sasana Bela Diri
Merdeka.com - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror mengungkap sejumlah aliran dana yang dipakai kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) untuk mendanai sejumlah kegiatan untuk mendukung aktivitas anggotanya, salah satunya kepada sebuah bengkel.
"Lebih jelas misalnya seperti mengalirnya dana itu ke sebuah bengkel. Sebuah bengkel atau kaya semacam workshop," kata Kabag Banops Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, dikutip Jumat (26/11).
Dari penggeledahan kala itu, kata Aswin, Densus 88 berhasil menemukan senjata rakitan yang ternyata berasal dari bengkel tersebut.
-
Apa yang ditemukan Densus 88 saat penangkapan terduga teroris? 'Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata. Logo ISIS misalnya, logo-logo yang merujuk pada tanda tertentu yang biasa digunakan kelompok teror, salah satu misalnya bendera bendera itu ya,' kata dia di GBK, Jumat (6/9).
-
Kenapa Densus 88 menangkap terduga teroris? 'Kita tidak ingin persoalan di medsos yang dipicu oleh orang-orang seperti itu memberikan kegaduhan di dunia maya yang tidak hanya didalam negeri tapi bisa di luar negeri karena tokoh sekelas atau figur sekelas seperti Paus keramaian di medsos akan mengganggu kegiatan,' ucap dia
-
Siapa yang ditangkap Densus 88? Aswin mengatakan, Densus 88 Antiteror akan menggali lebih jauh keterangan dari para pelaku, termasuk mencari barang-barang lain yang berhubungan dengan aksi teror.
-
Siapa yang menemukan senjata itu? Tombak Schoningen yang ditemukan di Jerman pada 1990-an mengungkap banyak informasi tentang bagaimana kehidupan manusia Neanderthal.
-
Dimana senjata itu ditemukan? Di lokasi pencarian Schoningen, Lower Saxony, arkeolog menemukan lebih dari 10.000 tulang kuda liar dan tujuh tombak kayu, serpihan tombak lain, dan dua tongkat lempar.
-
Apa saja jenis senjata yang ditemukan? 'Kapak dapat digunakan sebagai alat atau senjata. Fungsi terakhir juga berlaku untuk mata tombak,' kata Trefný.
"Setelah ada penangkapan ada senjata rakitan yang ditemukan ternyata itu berasal dari bengkel tersebut," kata Aswin.
Setelah mendapatkan barang bukti senjata rakitan, terungkaplah jika bengkel tersebut sengaja di alirkan dana oleh JI untuk memproduksi bagian-bagian dari senjata rakitan
"Bengkel tersebut memang menerima dana yang dipakai untuk membuat duplikat-duplikat, atau rakitan bagian-bagian dari senjata api gitu," terangnya.
Untuk Sasana Bela Diri
Selain untuk bengkel, Densus 88 juga menemukan adanya aliran dana yang disalurkan kepada perguruan bela diri yang diberi nama Sasana. Dimana perguruan itu dibentuk untuk melatih kader-kader JI agar memiliki kemampuan bertarung.
"Densus juga menemukan ada aliran dana ke sebuah kelompok yang disebut dengan sasana yang kegiatannya latihan-latihan fisik, beladiri kemudian terungkap ternyata itu adalah bagian atau afiliasi untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk membekali kader-kadernya dengan kemampuan untuk melawan petugas," kata Aswin.
Para kader kemudian dilatih langsung oleh para kombatan Jamaah Islamiyah (JI) yang telah dikirim ke Afghanistan atau negara-negara konflik lain sehingga memiliki bekal kemampuan bertempur.
Namun, kelompok pelatihan bela diri tersebut sulit dibedakan dengan tempat pelatihan lain yang lazim berada di masyarakat. Hal tersebut yang membuat Densus memerlukan waktu dalam membedah sistem pendanaan keperluan jaringan JI saat ini.
"Bentuknya seperti kelompok bela diri seperti pelatihan-pelatihan seperti itu dengan kelompok pencak silat biasa. Kan susah kita bedakan dengan perguruan-perguruan kayak pencak silat yang ada di masyarakat gitu," jelas dia.
Densus mengklaim bahwa saat ini tengah berfokus untuk mengejar para otak atau dalang dibalik jaringan teroris JI tersebut. Ia mengatakan, penangkapan kini sudah tak menyasar pada pelaku lapangan ataupun kombatan yang melakukan aksi teror secara langsung di tengah masyarakat.
Dana Dari Dalam Negeri
Detasemen Khusus (Densus) 88 telah memastikan jika pendanaan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) berasal dari dalam negeri melalui sejumlah lembaga yang terafiliasi terhadap kelompok tersebut.
"Sehingga mereka harus mencari sumber dana sendiri, dalam konteks kelompok JI yang sekarang ini ada banyak organisasi sebenarnya atau banyak lembaga yang mereka buat untuk melakukan fundraising (penggalangan dana)," kata Aswin Siregar kepada wartawan, Kamis (25/11).
Penggalangan dana dari dalam negeri itu harus dilakukan, lantaran sumber dana yang berasal dari eksternal atau luar negeri sudah tidak dimungkinkan. Menyusul keputusan PBB yang telah melarang atau membekukan aset dari jaringan kelompok teroris international Al Qaeda.
"Mungkin dulu itu ya waktu jaman Al Qaeda itu sumber pendanaannya itu memang datang dari luar. Tapi setelah itu tutup kena, freeze atau dibekukan hasilnya aset-aset nya dengan sanksi PBB yang di keluarkan sehingga akhirnya mereka harus mencari sumber dana sendiri," terangnya.
Adapun lembaga-lembaga yang sampai saat ini berhasil diungkap yakni, BM ABA (Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf) dan Syam Organizer (Syam Amal Abadi) yang dimana menjadi wadah bagi JI untuk mengumpulkan dana, yang bisa mencapai Rp15 miliar.
"Contohnya Syam ini terungkap dalam pemeriksaan, pendapatannya hampir Rp15 miliar per tahun. Itu baru yang masuk dalam hitungan laporan keuangan," kata Aswin.
Angka tersebut, lanjut Aswin, ada kemungkinan akan lebih besar, karena pihaknya mencurigai jika kantong-kantong organisasi yang terafiliasi dengan JI tak melaporkan keuangannya secara benar.
"Karena kita tahu dengan sistem sel terputus yang mereka buat, dengan menghindari pencatatan-pencatatan atau record yang formal. Jumlah ini bisa lebih fantastis dibandingkan dengan apa yang bisa diungkap lewat laporan," jelasnya.
Keyakinan Awsin itu diperkuat dengan contoh, saat penyidik melakukan penggeledahan di Kantor Syam Organizer atau Syam Amal Abadi. Ditemukan ratusan juta rupiah yang diduga untuk pendanaan kelompok JI.
"Pada waktu penyitaan di kantor pusat di Syam Organizer, itu disita duit cash sebesar Rp944.858.500," ungkap Aswin.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Juru Bicara Densus 88 Polri Kombes Aswin Siregar buka suara terkait sejumlah senjata api milik DE, karyawan BUMN terduga teroris di Bekasi.
Baca SelengkapnyaDensus mendalami peran daripada R sebagai pemasok senjata terhadap DE.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Densus 88 Kombes Aswin Siregar mengatakan marketplace itu menjual senjata yang dikamuflasekan dengan mainan model koleksi.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Densus 88 Polri Kombes Aswin Siregar mengungkap tampang DE, karyawan BUMN terduga teroris.
Baca SelengkapnyaSembilan orang yang ditangkap masih menjalani pemeriksaan. Belum ada penjelasan detail soal kegiatan para terduga teroris ini.
Baca SelengkapnyaPerintah Kapolri itu guna memastikan apakah DE yang merupakan pegawai KAI berdiri sendiri atau tergabung dalam jaringan kelompok teroris lain.
Baca SelengkapnyaInformasi itu membuat penyidik mendalami keahlian dari karyawan KAI itu dalam merakit senjata.
Baca SelengkapnyaPenangkapan dilakukan setelah mereka berangkat mengikuti program jihad global dan telah kembali ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satu simpatisan ISIS bergerak sendiri adalah DE, karyawan BUMN yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.
Baca SelengkapnyaSebagian besar dari mereka ditangkap di daerah Sumatera Barat (Sumbar).
Baca SelengkapnyaDensus 88 mengamankan beberapa komponen elektronik dan bahan peledak
Baca SelengkapnyaTerduga teroris RJ dan AM pernah mengibarkan bendera ISIS sebagai upaya melakukan propaganda menggalang dukungan.
Baca Selengkapnya