Deretan jenderal polisi menyamar dan sikat bawahan nakal
Merdeka.com - Pungutan liar (Pungli) di institusi kepolisian sudah menjadi rahasia umum. Kewenangan yang dimiliki kerap dimanfaatkan untuk melakukan praktik culas pada masyarakat. Tapi sekarang jangan coba-coba.
Setelah operasi tangkap tangan di Kementerian Perhubungan, Presiden Joko Widodo memerintah dibentuk Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). Tim ini akan membabat habis Pungli di beberapa lembaga.
Maraknya Pungli ini membuat Kapolda Sumatera Selatan Irjen Djoko Prastowo menyamar sebagai warga sipil dan berpura-pura melanggar lalu lintas. Hasilnya, Djoko menemukan kejadian itu dan menangkap langsung anggota polri yang melakukan pungli.
-
Siapa yang melakukan pungli? Berdasarkan keterangan di video, disebutkan bahwa pungli di Babelan jadi pungli terkuat di muka bumi.
-
Bagaimana cara para pelaku pungli? Untuk satu jari, sopir harus memberikan uang sebesar seribu. Lalu dua jari, sopir harus menyerahkan uang sebesar Rp2 ribu dan seterusnya.'Minta seribu tinggal bikin satu jari. Dua ribu, dua jari. Lima ribu, tinggal bikin lima jari,' katanya lagi.
-
Di mana aksi pungli terjadi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Apa saja bentuk pungli Rutan KPK? Ada beberapa upaya uang yang masuk ke kantong Ristanta, salah satunya dengan uang tersebut dimasukkan ke dalam kantong dan ditaruh di jok mobil terperiksa.Upaya lainnya yakni via transfer, yang diterima oleh 'Lurah' Hengki yang merupakan otak pungli. Diketahui, Ristanta dapat setoran dari Hengki rutin tiap bulannya.
-
Bagaimana pungli diatasi? Untuk menangani masalah pungli di destinasi wisata, beberapa langkah solusi dapat diambil: 1. Penegakan hukum yang lebih tegas: Peran Saber Pungli dan pihak berwenang harus tegas menindak pelaku pungli di lokasi wisata. Tindakan hukum yang jelas dan konsisten memberikan efek jera bagi oknum yang melakukan pungli.
-
Siapa yang menerima uang pungli? Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjatuhkan sanksi etik terhadap PLT Karutan periode 2020-2021, Ristanta. Ia terbukti terlibat dalam praktik pungutan liar (pungli) dengan menerima sejumlah uang Rp30 juta dari para tahanan.
Djoko sengaja mengendarai mobil seorang diri tanpa pengawalan. Melihat ada anggota yang bertugas, Djoko melanggar lalu lintas. Alhasil, mobil Djoko dihentikan dan dirinya dibawa ke pos polisi.
Di dalam pos tersebut, polisi nomor satu di wilayah hukum Sumsel itu diminta uang damai oleh anggota atas pelanggarannya. Meski Djoko beberapa kali menolak dan meminta tindak langsung (tilang), polisi tersebut tetap keukeuh dengan jalur damai.
Setelah terdesak, Djoko pun mengeluarkan uang yang diminta. Setelah uang damai itu diberikan, dia baru mengaku sebagai Kapolda Sumsel dan menangkap pelaku. Tak lama, Kabid Propam Polda Sumsel Kombes Hendro datang ke lokasi untuk mengamankan pelaku atas perintah Djoko.
"Ya, memang begitu salah satu caranya (menyamar). Anggota itu tetap memaksa minta duit damai, padahal waktu itu saya pura-pura ditilang saja. Dia (polisi pungli) saya tanya mana surat tugas, malah tidak bisa menunjukkan," ungkap Djoko, Selasa (18/10).
Djoko menyesalkan anggotanya masih melakukan pungli. Dirinya pun tak segan menindak tegas petugas kepolisian yang melanggar disiplin dan kode etik.
"Genderang pungli ini sudah ditabuh Presiden, Kapolri juga sudah. Kita juga tabuh tapi tidak bikin kaget orang. Tapi Saya tak mau tinggal diam urusi pungli, pasti saya tindak," tegasnya.
Irjen Arief Sulistyanto saat masih menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat juga tergerak menyikat Pungli. Saat itu dia baru menjabat Juni 2014, menyamar untuk melihat langsung kondisi di lapangan.
Arief melihat Pos Polisi di dekat pasar, beberapa anggota tengah memungut bayaran tak resmi dari orang yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Anggot sengaja mencari warga yang melanggar lalu lintas. Arief dan istri pun terus membuntuti hal ini.
Sebagai pejabat baru dan mengenakan pakaian preman, Arief sempat diusir saat mendekati Pos Polisi tersebut. Arief lalu menyampaikan kekecewaanya kepada para petugas kepolisian tersebut.
Selain soal Pungli, pelayanan buruk juga kerap dilakukan polisi. Pengalaman seperti itu juga dialami seorang jenderal polisi. Suhardi Alius saat masih menjadi Wakapolda Metro Jaya berpura-pura sebagai warga yang menjadi korban kejahatan. Lantas, dia melapor ke Polsek Menteng. Tapi apa yang dialami, Suhardi malah dipingpong oleh petugas di sana.
"Saya nyamar di Polsek Menteng. Intern kita ya masih gitu pelayanannya, perlakuannya masih seperti itu. Saya lapor malah saya disuruh ke Pospol dan enggak dianterin juga. Bukan diterima dulu, itu realita pelayanan kita. Katanya petugas pokoknya ke sana saja," kata Suhardi yang kala itu masih jadi Wakapolda Metro.
Agar lebih meyakinkan, kala itu Suhardi hanya memakai sandal jepit, celana jeans dan kaus biasa. Hal itu sengaja dilakukan agar bisa diketahui bagaimana para petugas di Polsek memberi pelayanan.
Mendapat perlakuan itu, Suhardi tetap tidak membuka identitasnya. Selanjutnya, dia mengikuti perintah dan melapor ke Pospol. Perlakuan berbeda justru didapat. Di Pospol, Suhardi bertemu polisi senior yang melayani dengan baik.
"Apa yang saya dapatkan di Pospol? Seorang Bintara sudah tua, tapi pelayanannya baik," kenang Suhardi saat peluncuran buku 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan Ke Bawahan' di Rumah Makan Ayam Banyuwangi, Jakarta, Senin (11/3).
Keesokan paginya, Suhardi mengaku langsung menghubungi pimpinan di Polres Metro Jakarta Pusat untuk memanggil Bintara itu. Selanjutnya, Suhardi memberikan hadiah kepada polisi tua, namun tulus membantu masyarakat yang kesusahan.
"Pelayanan spontan yang saya inginkan ini bukan cari kesalahan, tapi untuk dijadikan icon pelayanan," tuturnya.
Sedangkan kepada para polisi yang setengah hati membantu warga, Suhardi langsung mengambil tindakan tegas. Dari beberapa Polsek, tercatat sejumlah polisi dicopot dari jabatannya karena dinilai tak tanggap dalam bertugas.
"Yang tidak siap dalam pelayanan dan tidak tanggap kita ganti," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KPK mengungkapkan kode-kode tertentu dalam kasus pungli di rutan.
Baca SelengkapnyaSeorang pria berseragam ala Korps Bhayangkara berhasil diamankan Propam Polres Sampang.
Baca SelengkapnyaJenderal polisi berani ubah pos lantas jadi kantor provos usai kerap jadi ladang pungli anggota. Ini sosoknya.
Baca SelengkapnyaJaksa Agung Sanitiar Burhanuddin mengakui masih ada anggotanya yang menyalahgunakan jabatan, khususnya bagi-bagi proyek yang dilakukan oknum jaksa.
Baca SelengkapnyaPolri menegaskan semua anggota harus menjaga komitmen Korps Bhayangkara yang tidak membiarkan anggota menyalahgunakan wewenangnya dan membantu sindikat.
Baca SelengkapnyaTiga polisi gadungan inisial AP (36), DP (18), dan WN (18) tidak bisa berkutik lagi setelah dicokok oleh polisi asli.
Baca SelengkapnyaViral warga Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat dibuat geram atas aksi sejumlah pemuda tarik pungli dengan modus bersihkan selokan.
Baca SelengkapnyaJika para pimpinan oknum tersebut tidak diperiksa maka akan ada asumsi dari masyarakat, pimpinannya menerima setoran dari bawahannya.
Baca SelengkapnyaPara tersangka dilakukan penahanan terhitung hari ini, Jumat (15/3).
Baca SelengkapnyaPemberantasan judi online jangan hanya menyentuh pemain, tapi juga bandar
Baca SelengkapnyaDengan misi yang diembannya, tak jarang anggota polisi akan memakai cara-cara intelijen.
Baca SelengkapnyaSejumlah polisi dihukum usai terbukti terlibat dalam kasus pemerasan penonton Djakarta Warehouse Project.
Baca Selengkapnya