Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Deretan pahlawan santri, mulai Jenderal Sudirman hingga Bung Tomo

Deretan pahlawan santri, mulai Jenderal Sudirman hingga Bung Tomo bung tomo. ©wordress.com

Merdeka.com - Indonesia dengan segala elemen kemajemukannya ternyata memiliki banyak Pahlawan Nasional berlatar belakang santri. Namun tak banyak orang mengetahui mereka. Hal tersebut karena sosialisasi pendidikan yang tak merata.

Selain itu, hal yang paling menentukan ialah karena pembelokan sejarah yang dilakukan oleh rezim Orde Baru.

Sebagian besar dari nama para pahlawan yang berjasa tersebut sengaja dihilangkan dari kurikulum pendidikan dan aliran literasi yang berkembang di masyarakat.

Namun di era kekinian kita bisa dengan mudah kembali melacak para pahlawan yang lahir dan dibesarkan oleh kultur dan dinamika pesantren.

Ada kisah KH Wahid Hasyim yang terus berjuang agar ilmu agama dengan ilmu lainnya tetap seimbang dan saling menguatkan kehidupan masyarakat.

Kemudian ada pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan yang menyatakan bahwa masing-masing dari kita tidak hanya bertanggung jawab pada tuhan semata, akan tetapi kita juga bertanggung jawab terhadap sesama. Maka dari itu jangan biarkan orang di sekitar kita terlantar.

Selain itu, ada Sang Kiai merah Haji Misbach yang terus menggelorakan semangat bahwa agama Islam adalah agama perlawanan. Dia menggerakkan semangat Islam untuk mengusir penjajah. Baginya wajah Islam ialah tidak akan berdiam diri jika ada ketidakadilan.

Kemudian ada Bung Tomo yang menggerakkan perang suci di Surabaya. Menurut pejuang muda tersebut jihad merupakan upaya bersama untuk memberangus ketidakadilan. Bung Tomo memberi pilihan kepada masyarakat indonesia kala itu, "Merdeka atau Mati!"

Silakan simak perjuangan mereka melalui garis Islam. Di sisi lain mereka peduli pada perjuangan kemanusiaan karena mendapat ilmu dasar dan kultur dari dunia pesantren. Sebab ketika menjadi santri, kita diajarkan peduli pada sesama dimulai dengan berbagai hal kecil. Hingga kemudian kita harus memanifestasikan ajaran di dalam tuang pesantren ke realitas yang lebih besar.

KH Wahid Hasyim bikin ilmu agama seimbang dengan ilmu umum

Awal mula tradisi pendirian madrasah di pesantren mulai ada semenjak KH. A. Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia (Menag). Dia merupakan Menag yang pertama pasca Indonesia merdeka 20 Desember 1949.

Di usia kemerdekaan yang masih sangat ranum, ia melakukan pembaruan pendidikan agama Islam melalui Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun 1950, yang menginstruksikan pemberian pelajaran umum di madrasah dan memberi pelajaran agama di sekolah umum negeri maupun swasta.Pesantren semakin berani membuka ruang bagi hadirnya pembaharuan kelembagaan atas masuknya fasilitas-fasilitas pendidikannya berciri pendidikan umum. Pesantren Tebuireng Jombang adalah pesantren pertama yang mendirikan jenjang pendidikan setara SMP dan SMA.

Belakangan upayanya berbuah tumbuhnya di berbagai kota Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang sekarang berkembang menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan berubah wujud menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).Dia kerap mengutip hadist, "Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal." Melalui gagasan KH Wahid Hasyim tersebut, beberapa pesantren berlomba-lomba untuk menyatukan ajaran pendidikan formal dengan pendidikan pesantren.

Dalam konsep ini sama halnya dengan model pendidikan karantina. Para siswa tidak pulang pergi ke rumahnya dengan seenaknya sendiri, sepulang sekolah mereka harus mengikuti rutinitas pondok pesantren.Wahid Hasyim memiliki wacananya bahwa Umat Islam seharusnya memposisikan dirinya terhadap kelompok lain (non muslim) dengan memperlakukan orang lain dengan rasa hormat dan empati.

Baginya kedudukan masing-masing warga negara berada pada posisi yang setara. Dia kerap memperjuangkan agar negara hadir di saat warga negara butuh mendapatkan haknya.

Sikapnya moderat, penuh toleransi, dan plural. Dia kerap menjembatani kontradiksi antar umat yang beda agama dengan caranya yang dingin.Wahid Hasyim memang dilahirkan dari kultur pesantren. Meski begitu, karena kegemarannya membaca, pengetahuannya tak terbatas tembok pesantren.

"Kemajuan otak yang tidak disertai dengan kemajuan budi pekerti atau takwa telah menyebabkan nilai dan pandangan manusia berubah banyak" kata Wahid Hasyim dikutip dari buku Sejarah Hidup, H Aboebakar.

Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan berjuang bukan karena Tuhan saja

Dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1868, Ahmad Dahlan diberi nama masa kecil dengan sebutan Muhammad Darwis. Dia merupakan anak seorang khatib, Kiai Haji Abubakar bin Kiai Sulaiman. Ibunya adalah Siti Aminah Binti Kiai Haji Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta.Selang beberapa saat setelah ia menyelesaikan pendidikan dasarnya dalam nahwu, fiqih, dan tafsir di Yogya dan sekitarnya, ia pergi ke Makkah tahun 1890 dimana ia belajar selama setahun.

Salah seorang gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib. Dalam kesempatan itu seorang gurunya bernama Sayyid Bakri Syatha memberikan nama baru kepada Muhammad Darwis, yaitu Ahmad Dahlan.Ahmad Dahlan dikenal telah membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam, yang semula sistem pesantren menjadi sistem sekolah.

Di sisi lain dia juga memasukkan pelajaran umum kepada sekolah-sekolah agama atau madrasah. Selain itu pula, Ahmad Dahlan telah lakukan gerak perubahan dalam metode pengajaran yang lebih bervariasi. Keempat, Ahmad Dahlan telah mengajarkan sikap hidup yang terbuka dan toleran.Menurutnya pendidikan harus segaris dengan gerak perubahan jaman. Ahmad Dahlan senantiasa memberi penjelasan bahwa setiap manusia yang hidup pada nantinya tidak hanya bertanggung jawab pada tuhannya. Lebih dari itu dia juga bertanggung jawab terhadap sesamanya."Kebenaran dan kesalehan ialah kesediaan memperjuangkan kesejahteraan seluruh manusia, tidak terbatas golongannya sendiri," kata Ahmad Dahlan, dikutip dari Abdul Munir Mulkhan dalam kumpulan makalah & Presentasi berjudul, Karakter PemikiranIslam KHA Dahlan.Pada tanggal 18 November 1912 Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah terutama untuk mendalami ilmu agama. Gerakan Muhammadiyah menggerakkan sendi-sendi keislaman di tanah air dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah. Belakangan diketahui aset Muhammadiyah terdiri dari aset imateriil berupa kader dan simpatisan.

Sedanngkan aset materiil berupa yang memiliki nilai ekonomi, beberapa di antaranya rumah sakit, perguruan tinggi, sekolah, kantor, dan sebagainya.

KH Hasyim Asy'ari menyebarkan Islam dengan cara yang mudah dipahami

Seorang Kiai terkemuka, Abdurrahman Mas’ud menyebut Hasyim Asy’ari sebagai 'Master Plan Pesantren. Hal tersebut lantaran latar belakang Hasyim Asy'ari berasal dari keluarga santri dan hidup di pesantren sejak lahir.

Dia juga dididik dan tumbuh berkembang di lingkungan pesantren. Dia lahir di desa Gedang, wilayah timur Jombang pada tanggal 24 Dzulqo’dah 1287 H silam, bertepatan dengan 14 Februari 1871 M.Asy’ari merupakan nama ayahnya yang berasal dari Demak dan juga pendiri pesantren keras di Jombang. Asy'ari dianggap sebagai guru dan dijuluki 'Hadratus Syekh' yang berarti “Maha Guru”Kebangkitan besar golongan ulama yang menggunakan Nadlatul Ulama (NU) sebagai wadah pergerakan, tidak dapat dilepaskan dari peran KH. Hasyim Asy’ari. Beliau berkeyakinan, bahwa tanpa persatuan dan kebangkitan ulama, terbuka kesempatan bagi pihak lain untuk mengadu domba.

Baginya NU bertujuan untuk menyatukan kekuatan Islam dengan kaum ulama sebagai wadah untuk menjalankan tugas peran yang tidak hanya terbatas dalam bidang kepesantrenan dan ritual keagamaan belaka. Lebih dari itu, NU setidaknya juga fokus pada masalah sosial, ekonomi maupun persoalan kemasyarakatanDalam bidang pendidikan, perjuangannya diawali dengan mendirikan pesantren di daerah Tebuireng, daerah terpencil dan masih dipenuhi kemaksiatan. Berkat kegigihannya pesantren Tebuireng terus tumbuh dan berkembang serta menjadi innovator dan agent social of change masyarakat Islam tradisional di tanah tersebut.

Seperti diketahui kebanyakan orang, pesantren tersebut merupakan cikal bakal penggemblengan ulama dan tokoh-tokoh terkemuka sekaligus merupakan monumental ilmu pengetahuandan perjuangan nasional.Hasyim yang terlibat dalam golongan klaum sarunga itu terilhami dakwah khas Wali Songo yang berhasil mengawinkan antara lokalitas budaya dengan universalitas agama (islam).

Melalui NU dia berupaya menebar benih-benih islam dalam wajah yang familiar atau muda dipahami oleh kebanyakan. Dia memilih untul menghindari pendekatan negasional dalam mencari solusi permasalahan bangsa, menurutnya pluralisme menjadi bagian jati diri bangsa.

Sang Kiai merah Haji Misbach

Dia hidup dan dibesarkan di pesantren, lalu bergabung dengan organisasi politik Sarekat Islam. Organisasi tersebut rajin membuat perubahan secara kontinyu di ‎Surakarta pada era 1876.

Salah satu tokoh penggerak dalam organisasi tersebut ialah Haji Misbach. Namun ketika Sarekat Islam (SI) pecah pada 1923 menjadi SI Putih dan SI Merah, dia memilih bertendensi ke SI Merah yang dipimpin Semaoen.Di sisi lain Misbach beranggapan bahwa Islam mengajarkan kewajiban berperang melawan para penindas. Harus ada perjuangan dalam konteks sosial dan ekonomi agar kedudukan masing-masing orang sama rata sama rasa.

Pandangannya radikal. Menurutnya ajaran komunisme merupakan wajah Islam yang bergerak untuk melawan penindasan dan ketidakadilan.Awalnya memang Misbach bersentuhan dengan dunia perlawanan ketika bergabung dalam Inlandsche Journalisten Bond (IJB) bentukan Mas Marco Kartodikromo pada 1914. Di sana Misbach menerbitkan surat kabar 'Medan Moeslimin' di tahun 1915 dan 'Islam Bergerak' di era 1917.

Kemudian sepuluh tahun setelahnya, ia bergabung dengan Tentara Kanjeng Nabi Muhammad. Sedangkan pada 10 Juli 1918, ia membentuk Sidik Amanat Tableg Vatonah (SATV).Ketika menginjak tahun kedua saat bekerja di 'Islam Bergerak' Misbach membuat kartun yang menggetarkan penguasa. Kontennya menohok kapitalis Belanda yang menghisap petani, bersama mempekerjapaksakan mereka, memberi upah kecil, menarik pajak.

Residen Surakarta digugat, Paku Buwono X digugat karena ikut-ikutan menindas. Retorika khas Misbach, muncul dalam kartun itu sebagai "suara dari luar dunia petani". Bunyinya, "Jangan takut, jangan kawatir".

Kalimat ini memicu kesadaran dan keberanian petani untuk mogok. Tanggal 16 Mei 1920, ia kembali ditangkap dan dipenjarakan di Pekalongan selama 2 tahun 3 bulan atas perbuatan yang sama.Tidak kapok dipenjara, Misbach malah menegaskan rakyat "jangan takut dihukum, dibuang, digantung", seraya memaparkan kesulitan Nabi menyiarkan Islam. Misbach pun sosok yang selain menempatkan diri dalam perjuangan melawan kapitalis, ia meyakini paham komunis.

Menurut ahli sejarah Ahmad Mansyur Suryanegara, Misbach mengagumi Karl Marx dan menulis artikel Islamisme dan Komunisme di pengasingan. Marx di mata Misbach berjasa membela rakyat miskin, mencela kapitalisme sebagai biang kehancuran nilai-nilai kemanusiaan. Agama pun dirusak oleh kapitalisme sehingga kapitalisme harus dilawan dengan historis materialisme.Hingga ketika 1922, ia keluar dari Muhammadiyah. Baginya organisasi tersebut dan SI Putih merupakan wadah yang mandul. Hal tersebut karena Misbach menuding kedua organisasi itu kooperatif pada pemerintah Hindia Belanda.

Kemudian pada 20 Oktober 1923, perlawanan Misbach terhadap penjajah tak berhenti, ia kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan terlibat dalam aksi-aksi pembakaran bangsal, penggulingan kereta api, pemboman, dan lain-lain.Misbach mulai membicarakan tentang keadaan rakyat yang tertindas akibat ulah para kapitalis di zaman modal. Ia menyerukan kepada umat muslim untuk berani mengambil tindakan perlawanan demi menolong rakyat yang tertindas. Namun, hal yang membuat Misbach lebih merasa terusik adalah keberadaan kaum muslim munafik yang tidak mau melakukan perjuangan untuk membela rakyat.

Ia bahkan tidak segan-segan menyebutkan nama Muhammadiyah secara terang-terangan sebagai golongan munafik tersebut. Perselisihan Misbach dengan golongan Islam lamisan tersebut juga dilatarbelakangi oleh kedekatannya dengan paham komunisme.

Misbach mulai menyerang organisasi Islam yang ia nilai lamisan, di antaranya adalah Muhammadiyah dan SI di bawah pimpinan Tjokroaminoto. Dia mempersoalkan keengganan organisasi-organisasi tersebut untuk turut terjun langsung dalam dunia politik memperjuangkan nasib rakyat.

Jihad perang suci lawan kolonial dan Bung Tomo

Sebermula Presiden RI Pertama Soekarno mengirim utusan kepada KH Hasyim Asyari, menanyakan bagaimana hukumnya dalam agama Islam membela tanah air dari ancaman penjajah.

KH Hasyim Asyari tidak langsung menjawab, dia justru berembug terlebih dahulu dengan para Kiai. Siang itu 21-22 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari mengumpulkan pimpinan NU di seluruh Se-Jawa dan Madura di Surabaya.

Dalam rembug Kiai tersebut, diputuskan bahwa melawan penjajah merupakan sebuah perang suci alias jihad, atau saat ini populer dengan istilah resolusi jihad. Setelah resolusi jihad dideklarasikan, ribuan kiai dan santri beriringan bergerak ke Surabaya.

Pada 10 November 1945 atau tepatnya dua minggu setelah resolusi jihad dikumandangkan, meletuslah peperangan sengit antara pasukan Inggris melawan tentara pribumi dan juga warga sipil yang cuma bersenjatakan bambu runcing. Konon, ini adalah perang terbesar sepanjang sejarah Nusantara.Pada 10 November 1945, pertempuran dahsyat terjadi antara pasukan kolonial dengan arek-arek Suroboyo. Pertempuran yang oleh pasukan kolonial diduga cuma berlangsung tiga hari, namun ternyata memakan waktu sampai hampir satu bulan.

Puluhan ribu nyawa melayang dari kedua belah pihak. Di balik pertempuran dahsyat yang dimulai pada 10 November 1945 tersebut, kita pasti tak lupa dengan nama Sutomo, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo.

Bung Tomo memiliki andil besar dalam mengobarkan semangat arek-arek Suroboyo, memompa jiwa nasionalisme lewat pidato-pidatonya yang menggugah dan memompa semangat. Justru dari pidato Bung Tomo yang membuat arek-arek Suroboyo menang ahadapi Inggris."Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati! Dan kita yakin saudara-saudara. Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara," teriakan Bung Karno yang menggetarkan Arek-arek Suroboyo kala itu. Kemudian dengan latar belakang kesantriannya, Bung Tomo menutup pidatonya dengan pekikan berkali-kali, "Allahu Akbar!"Bung Tomo lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920. Dia adalah seorang wartawan dan aktif menulis di berbagai surat kabar dan majalah seperti harian berbahasa Jawa Ekspres, Harian Soeara Oemoem, Mingguan Pembela Rakyat, Majalah Poestaka Timoer dan sebagainya. Bung Tomo juga pernah menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi Kantor Berita Pendudukan Jepang Domei, serta Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya.Bung Tomo juga pernah menjabat sebagai pucuk pimpinan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). BPRI akhirnya dilebur ke dalam Tentara Nasional Indonesia. Bung Tomo juga kerap berpidato yang disiarkan oleh Radio BPRI untuk mengobarkan semangat perjuangan. Pidato yang disiarkan oleh BPRI ini selalu direlai oleh RRI di seluruh wilayah Indonesia.Ada cerita tersendiri sebelum pidato Bung Tomo yang akhirnya menjadi pemicu perlawanan arek-arek Suroboyo terhadap tentara sekutu tersebut. Sebelum membacakan pidato yang melegenda itu, Bung Tomo terlebih dahulu sowan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama pada saat itu. Bung Tomo izin untuk membacakan pidatonya yang merupakan manifestasi dari resolusi jihad yang sebelumnya telah disepakati oleh para ulama NU (mdk/ren)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Punya Julukan Singa dari Jawa Barat, Begini Kisah K.H Abbas Abdul Jamil yang Semangat Melawan Belanda
Punya Julukan Singa dari Jawa Barat, Begini Kisah K.H Abbas Abdul Jamil yang Semangat Melawan Belanda

Salah satu rekam jejak K.H Abbas terlihat saat melawan penjajah dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Baca Selengkapnya
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media

Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah

Baca Selengkapnya
Ada Peran Besar Kiai, Begini Awal Mula Banten Disebut Tanah Jawara
Ada Peran Besar Kiai, Begini Awal Mula Banten Disebut Tanah Jawara

Para jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.

Baca Selengkapnya
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom

Pada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok KH Sochari, Ulama Karismatik yang Namanya Diabadikan Jadi Nama Jalan di Serang
Mengenal Sosok KH Sochari, Ulama Karismatik yang Namanya Diabadikan Jadi Nama Jalan di Serang

Karena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.

Baca Selengkapnya
Kata Bijak tentang Pahlawan yang Menginspirasi dan Bermakna Mendalam
Kata Bijak tentang Pahlawan yang Menginspirasi dan Bermakna Mendalam

Kumpulan kata bijak tentang pahlawan yang bisa berikan inspirasi.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok KH Saifudidn Zuhri, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Menjadi Menteri Agama Era Presiden Soekarno
Mengenal Sosok KH Saifudidn Zuhri, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Menjadi Menteri Agama Era Presiden Soekarno

Ia lahir dari keluarga petani yang taat beragama. Ia kemudian dibesarkan dalam pendidikan pesantren di daerah kelahirannya.

Baca Selengkapnya
30 Kata-kata Bijak dari Tokoh Sumpah Pemuda & Para Pahlawan, Bisa jadi Bahan Introspeksi Diri
30 Kata-kata Bijak dari Tokoh Sumpah Pemuda & Para Pahlawan, Bisa jadi Bahan Introspeksi Diri

Lantas, apa saja kata-kata bijak dari tokoh Sumpah Pemuda dan para pahlawan tersebut?

Baca Selengkapnya
30 Kata-kata 17 Agustus dari Tokoh Nasional, Penuh Makna dan Kobarkan Semangat Kemerdekaan
30 Kata-kata 17 Agustus dari Tokoh Nasional, Penuh Makna dan Kobarkan Semangat Kemerdekaan

Banyak kata-kata inspiratif dari tokoh nasional yang bisa memupuk rasa nasionalisme.

Baca Selengkapnya
Peristiwa 25 Juni 1896: Kelahiran KH Mas Mansur, Pejuang Nasional dan Pimpinan Muhammadiyah
Peristiwa 25 Juni 1896: Kelahiran KH Mas Mansur, Pejuang Nasional dan Pimpinan Muhammadiyah

KH Maas Mansur adalah seorang tokoh Islam, pejuang, dan pahlawan nasional yang berkiprah lama di Muhammadiyah.

Baca Selengkapnya
22 Oktober Peringati Hari Santri Nasional, Ini Sejarah Pencetusannya
22 Oktober Peringati Hari Santri Nasional, Ini Sejarah Pencetusannya

Hari Santri Nasional digelar untuk memperingati andil para santri dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sosok Melanchton Siregar, Guru Batak yang Dapat Pangkat Kolonel Tituler
Sosok Melanchton Siregar, Guru Batak yang Dapat Pangkat Kolonel Tituler

Melanchton Siregar resmi menerima gelar Kolonel Tituler pada tahun 1947.

Baca Selengkapnya