Derita korban tsunami di barak Bakoy belum dapat rumah
Merdeka.com - Rumah petak masih berjejer ini yang disebut barak, di depan rumah ini masih tergantung pakaian bergantungan di jemuran. Ini pertanda rumah petak berjejer ini masih berpenghuni.
Dinding, tiang penopang bangunan ini ringgih dimakan rayap, lapuk dan terlihat beberapa bagian ada yang nyaris rubuh. Namun agar barak ini tidak roboh, penghuni menopangnya dengan kayu lain.
Anak-anak berusia sekitar 4 sampai 8 tahun berlarian di depan barak. Semak-semak ilalang seakan-akan menjadi tempat primadona bagi mereka. Sesekali mereka sembunyi di balik beberapa reruntuhan barak dan barang bekas yang berserakan di kawasan ini sedang bermain.
-
Siapa yang menjadi korban tsunami Aceh? Dilaporkan, sekitar 132.000 orang meninggal dunia dan 37.000 lainnya dinyatakan hilang. Tragedi ini menjadi bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia, sebagaimana dinyatakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 27 Desember 2004.
-
Bagaimana tsunami terjadi di Aceh? Bencana ini terjadi akibat gempa di perairan barat Aceh, Nicobar, dan Andaman yang dipicu oleh interaksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Aceh Luluh Lantak Gempa dangkal berkedalaman 10 kilometer tersebut memicu pergeseran batuan secara tiba-tiba, yang menyebabkan lentingan dasar laut dan memunculkan gelombang tsunami.
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
-
Kapan bencana Tsunami Aceh terjadi? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Dimana kuburan massal Tsunami Aceh? Salah satunya adalah kuburan massal yang terletak di Ulee Lheue.
-
Apa penyebab kematian korban tsunami? Golitko dan timnya pergi ke tempat tengkorak ditemukan, di dekat lokasi yang dikenal sebagai Paniri Creek oleh Hossfeld, untuk menganalisis tanah di sana. Tujuannya untuk menemukan informasi penyebab tewasnya orang tersebut dan untuk mempelajari lebih lanjut tentang sejarah geologi wilayah itu.
Terletak di perkampungan Desa Bakoy, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Sebelumnya bangunan berjejer ini adalah barak pengungsi korban tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 lalu. Namun, 10 tahun bencana ini terjadi, ternyata masih terdapat sejumlah korban tsunami yang tinggal di sini.
Ada banyak kontroversi keberadaan mereka di sini. Ada yang menyebutkan warga yang tinggal di barak Bakoy bukanlah pengungsi korban tsunami. Akan tetapi warga dari luar Aceh Besar yang bukan korban tsunami datang duduk mengaku sebagai korban tsunami.
Bahkan ada yang menuding penghuni barak ini juga hanya menyewa barak dari pemilik tanah. Pasalnya, saat masa tugas Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh-Nias berakhir pada tanggal 16 April 2009, barak ini tidak dibongkar. Akan tetapi pihak BRR langsung menyerahkan kembali tanah ini beserta barak tersebut.
Kendati demikian, semua tudingan ini semua dimentahkan oleh seorang penghuni barak Bakoy. Namanya Yanti, saat dia kenang tragedi gempa dan tsunami 10 tahun silam, rasanya masih belum lekang ingatannya itu saat didapati rumah tempat tinggalnya sudah porak-poranda.
"Saya sedih kalau seperti ini masih dibilang bukan korban tsunami, saya suami, anak dan juga ibu saya semua meninggal, tidak dapat jenazah," katanya dengan tegar.
Yanti sebelum tsunami tinggal di Kampung Pie, Kecamatan Meuraxa, Ulee Lheue, Kota Banda Aceh. Kawasan ini merupakan daerah yang paling parah terkena imbas tsunami, karena memang hanya berada dari bibir pantai sekitar 1 Km.
"Saya selamat waktu itu saya tidak di rumah, saya sedang berada di Keutapang, jauh dari tempat tsunami, makanya saya selamat," imbuhnya.
Setelah tsunami terjadi, dirinya bersama warga sempat beberapa kali berpindah-pindah barak. Seingatnya, ada 4 kali pindah barak dan kemudian menetap di barak Bakoy.
Namun saat rehap-rekon Aceh, baik dilakukan oleh BRR maupun NGO Internasional. Berulang kali dia memperbaiki dokumen dan juga foto kopi KTP dan KK untuk mengurus rumah. Namun sampai saat ini dia mengaku belum mendapatkannya.
Kendati demikian, angin segar sudah pernah dia terima. Sekitar tahun 2009 lalu, dia pernah hampir mendapatkan kunci rumah yang berada di Desa Reudeup, Kabupaten Aceh Besar. Namun dia kembali harus gigit jari, karena rumah idamannya itu sudah terlebih dahulu diserobot orang.
"Setelah itu ada agen yang mempermainkan rumah korban tsunami, kami diminta uang Rp 3,5 juta agar bisa dapat kunci rumah dan saya sudah laporkan kasus ini pada LBH Banda Aceh," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Barak Bakoy, Bukhari mengaku, masih terdapat 64 kepala keluar di sini yang belum dapat rumah. Sambil memperlihatkan setumpuk dokumen, Bukhari berharap ada perhatian khusus dari pemerintah agar bisa segera memberikan rumah pada korban tsunami.
"Ini dokumen semua, dokumen-dokumen inilah yang korban tsunami," terang Bukhari sambil membuka satu persatu dokumen tersebut.
Mengenai masih terdapatnya korban tsunami tinggal di Barak. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Abubakar menyebutkan saat ini paska berakhirnya BRR tidak lagi disebutkan korban tsunami. Tetapi mereka akan masuk dalam program pemerintah membangun rumah layak huni.
"Pada tahun 2013 kita sudah bangun rumah layak huni sekitar 20.000 rumah di seluruh Aceh," tuturnya.
Ini semua, jelasnya, akan menjadi perhatian khusus dari Pemerintah Aceh dan telah diperintahkan oleh Gubernur Aceh, Zaini Abdullah untuk mengalokasikan 10 persen dana Otonomi Khusus (Otsus) untuk pembangunan rumah layak huni di Aceh. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaPenampakan rumah dikira tak berpenghuni viral di media sosial. Ternyata sempat dapat bantuan bedah rumah
Baca SelengkapnyaSudah satu minggu banjir merendam kawasan itu namun air belum juga surut
Baca SelengkapnyaYadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Baca SelengkapnyaBanjir bandang melanda Pekalongan, Jawa Tengah usai hujan deras
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca Selengkapnya