Derita rakyat Banten dibodohi dan dimobilisasi politikus
Merdeka.com - Ribuan warga Banten menggeruduk gedung Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ), Jumat (20/12). Massa yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat Banten seperti pendekar, tokoh masyarakat, dan warga biasa itu mengaku sebagai pendukung setia Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang diperiksa KPK sebagai tersangka dalam sengketa Pilkada Lebak dan proyek alat kesehatan di Banten.
Namun ternyata, mereka tak datang dengan sendirinya. Mereka mengaku dimobilisasi untuk datang ke KPK demi mendukung Atut. Padahal, banyak di antara mereka yang tak paham dengan tujuan demo. Parahnya banyak di antara mereka yang tak tahu KPK .
"Komisi Pemberantasan Korupsi. Enggak tahu kerjanya ngapain, paling nangkep orang," kata seorang peserta demonstrasi, Jumat (20/12).
-
Dimana massa menggeruduk kantor KPU? Sejumlah orang menggeruduk Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jayapura di jalan Abepura-Sentani, Distrik Sentani Kota, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Jumat (15/3) malam waktu setempat.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa saja yang ikut demo di KPU? Soenarko menambahkan, aksi ini akan diikuti oleh sejumlah elemen masyarakat sampai beberapa organisasi relawan dari pasangan calon 01, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (AMIN) dan paslon 03, Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
-
Siapa yang memimpin perlawanan di Banten? Perang Banten pada 1628-1629, yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin yang ketika itu menjadi pemimpin kerajaan.
-
Siapa yang terbukti terlibat pungli di Rutan KPK? 90 pegawai Komisi Antirasuah yang telah terbukti terlibat dalam praktik pungli.
-
Siapa yang melakukan pungli di Rutan KPK? 'Terperiksa sebagai Karutan KPK sejak pertemuan makan bersama di Bebek Kaleyo telah mengetahui tentang praktik pungutan liar dan yang sudah terjadi sejak lama tapi terperiksa tidak berusaha menghentikan pungutan liar tersebut,' ungkap Albertina dalam sidang putusan, di gedung Dewas KPK, Rabu (27/3).
Tak hanya itu, mereka juga mengaku dijanjikan akan dibayar oleh koordinator aksi jika mau ikut demo mendukung Atut di KPK . Uang tersebut akan diberikan setelah demo selesai dan mereka kembali ke rumah masing-masing di Banten.
"Dapat uang Rp 100 ribu. Makan, rokok sama kopi juga," kata salah seorang pendemo, Erdi kepada merdeka.com di lokasi.
Fakta ini sungguh membuat miris hati. Penduduk Banten dimobilisasi untuk mendukung Atut dengan iming-iming rupiah. Dilihat dari kondisinya, Banten memang masih tergolong provinsi tertinggal jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia.
Akibatnya, angka kemiskinan di provinsi ini masih cukup tinggi. Hal ini diakui oleh pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang, Banten, Gandung Ismanto.
Topik Pilihan: KPK | Kasus korupsi
"Dibandingkan dengan Provinsi Gorontalo dan Bangka Belitung, Provinsi Banten masih jauh tertinggal terutama pada aspek kesejahteraan masyarakatnya," ujar Gandung, Sabtu (5/10).
Berdasarkan Berita Resmi Statistik Provinsi Banten, di website banten.bps.go.id, jumlah penduduk miskin di Banten pada Maret 2013 mencapai 626.243 orang (5,74 persen), naik dibandingkan dengan September 2012 sebesar 648.254 orang (5,71 persen).
Tak hanya kali ini saja kemiskinan menjadi alasan utama penduduk Banten mudah dimobilisasi. Sebelum proklamasi kemerdekaan dulu, kondisi rakyat Banten sangat memprihatinkan.
Mereka dipaksa penjajah Belanda menanam paksa, bekerja sebagai romusha, dan membayar pajak tinggi. Jika tak mampu membayar, harta mereka akan disita. Tak hanya kesulitan makanan, mereka juga kesulitan pakaian. Bahkan mereka kerap menggunakan karung untuk dijadikan pakaian.
Penderitaan menyakitkan itu menimbulkan pemberontakan di jiwa warga Banten kala itu. Hal ini kemudian menjadi keuntungan bagi Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam waktu kejapan mata, jumlah anggota PKI di Banten naik drastis.
Seperti dikutip dari buku 'Tan Malaka, Gerakan kiri, dan Revolusi Indonesia: Agustus 1945-Maret 1946, Karya Harry A Poeze, jumlah anggota PKI di Banten melonjak drastis hanya dalam waktu tiga bulan. Pada November 1925, jumlah anggota PKI di Banten sebanyak 1.200. Namun, pada Februari 1926 naik drastis menjadi 12.000 orang.
PKI menggunakan sejumlah cara agar warga Banten mau masuk PKI. Selain merekrut para ulama dan jawara yang dihormati warga, PKI juga menjanjikan pembebasan pajak kepada warga yang mau masuk PKI. Pajak akan dibebaskan jika PKI berhasil menyingkirkan Belanda dari tanah air. Alasan ekonomi saat itu menjadi 'gula' manis bagi rakyat. Sebab, kondisi warga saat itu begitu sulitnya.
Atas alasan itulah PKI kemudian memobilisasi warga Banten untuk melakukan pemberontakan pada 12 November 1926 terhadap Belanda, sesuai dengan Keputusan Prambanan. Selain di Banten, pemberontakan juga terjadi di Sumatera Barat pada 1927.
Meski telah mendapat tentangan dari Tan Malaka, para elite PKI di tanah air saat itu tetap menjalankan pemberontakan. Padahal, pendapat Tan saat itu yang menilai PKI belum siap melakukan pemberontakan sangat tepat.
Alhasil, pemberontakan tersebut gagal total. Belanda dengan mudah dapat mematahkan pemberontakan yang tak terkoordinir dengan baik itu. 1.300 anggota PKI Banten ditangkap.
Dari jumlah tersebut, empat orang divonis mati, sembilan orang divonis seumur hidup, dan 99 orang dibuang ke Boven Digul, termasuk para ulama PKI Banten, seperti Tubagus KH Achmad Chatib, Tubagus H Abdulhamid, KH Mohammad Gozali, Tubagus KH Abdul Hadi, Puradisastra (kakak Sukaesih), Alirachman (Aliarcham), dan Tubagus Hilman.
Setelah pemberontakan itu, dunia pergerakan di Banten semakin sulit. Belanda semakin ketat mengawasi warga dan aktivitas sosial serta politik.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Banten Bersatu mengaku prihatin dengan proses politik Pilkada di Banten yang kental dengan politisasi hukum.
Baca SelengkapnyaReaksi polisi kabur diskak advokat karena debat keras soal halangi bantuan hukum untuk para demonstran yang ditangkap.
Baca SelengkapnyaGelombang pendemo kembali mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin 18 Maret 2023
Baca SelengkapnyaRibuan orang dari berbagai elemen masyarakat turun ke jalan menentang upaya revisi UU Pilkada, Jumat (23/8).
Baca SelengkapnyaAksi ini digelar di tengah isu bahwa PKS akan merapat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus.
Baca SelengkapnyaHampir seluruh penduduk desa memilih PKI dalam Pemilu 1955. Padahal tak pernah ada kampanye di desa terpencil itu.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat kembali jadi sasaran demonstrasi.
Baca SelengkapnyaRibuan massa turun ke jalanan dan berkumpul di depan gedung DPR RI di Senayan, Jakarta hari ini, Kamis (22/8).
Baca SelengkapnyaPolitisi PDIP, Adian Napitupulu menemui 26 demonstran yang diamankan kepolisian saat demo di depan Gedung DPR
Baca SelengkapnyaWakil Sekjen PBNU Suleman menyebut, pihaknya mengantongi banyak bukti, di balik unjuk rasa tersebut ada PKB.
Baca SelengkapnyaAksi ini diikuti oleh lebih kurang 2.000 orang yang terdiri dari mahasiswa hingga elemen masyarakat lainnya.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi menolak pengesahan RUU Pilkada menjadi undang-undang oleh DPR, Kamis (22/08/2024) kemarin, sukses menarik perhatian dunia internasional.
Baca Selengkapnya