Derita veteran TNI, dulu operasikan meriam sekarang ngaduk kopi
Merdeka.com - Matahari bersinar terik di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Seorang kakek beruban dengan kemeja putih dan celana loreng bersandar di bawah pohon sambil menunggu pembeli dagangan kopi miliknya.
Tak banyak yang tahu bahwa kakek yang berusia 70 tahun lebih itu adalah seorang veteran TNI berpangkat sersan dua di kesatuan Artileri Pertahanan Udara. Dia kenyang makan asam garam dalam berbagai pertempuran.
Kini, Slamet harus berjibaku dengan kerasnya Jakarta berjualan kopi dan gorengan untuk menyambung hidup.
-
Mengapa kesehatan istri Jenderal Sayidiman menurun? Menurut pengakuan Sayidiman, kondisi kesehatan istrinya disebabkan oleh dampak emosional akibat perlakuan tidak adil yang diterima oleh suaminya.
-
Siapa istri prajurit TNI ini? Bukan dengan wanita asli Papua, Ia berpacaran dengan wanita asal Pekanbaru, Riau.
-
Siapa yang mendukung pengobatan istri Jenderal Sayidiman? Presiden Soeharto berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh kepada keluarga Sayidiman, khususnya dalam hal upaya pengobatan Sri Suharyati. Ia berjanji bahwa pemerintah Indonesia akan membantu untuk memastikan bahwa Sri Suharyati dapat mendapatkan perawatan medis yang lebih baik di Jepang.
-
Apa penyakit Istri Jenderal Sayidiman? Sayidiman, suaminya, kemudian mengetahui bahwa penyakit ini dikenal sebagai Polycythemia Vera.
-
Apa yang dilakukan oleh istri anggota TNI? Setelah dinikahi Letkol Inf Nur Wahyudi pada 2022 lalu, Juliana Moechtar menjabat sebagai Ketua Persit dan Ketua Yayasan Cabang XIX Siliwangi.
-
Apa yang membuat istri sedih? Rasanya aku sudah lelah dengan perilakumu akhir-akhir ini. Bagaimanapun aku berusaha untuk tetap mempercayaimu, namun sayang aku tak bisa menahan rasa kecewaku padamu.
"Kopi dek?" sapanya kepada merdeka.com saat ditemui di Jatinegara, Jumat (27/3).
Sambil mengaduk kopi dagangannya dia berkisah. Dia terpaksa berjualan kopi untuk menyambung hidup di Jakarta, semenjak pensiun Tahun 1992.
Slamet dulu masuk anggota artileri pertahan udara (Arhanud) di Surabaya tahun 1964 saat berusia 21 tahun. Dia juga sempat ditugaskan ke Kapuas, Kalimantan Utara untuk menumpas pemberontakan PGRS/PARAKU.
Saat masih bertugas, Slamet biasa mengoperasikan meriam SU 57 dengan spesifikasi artileri sedang. Saat ditanya pengalamannya, Slamet dengan semangat dia bercerita. Namun saat bicara mengenai kondisi saat ini nada suara Slamet berubah. Dia menceritakan beratnya hidup di ibu kota.
Slamet tinggal di kawasan Gang Swadaya, Kampung Melayu. Dia mengontrak rumah yang ditempati bersama istri dan dua anaknya. Setiap hari, Slamet berjalan kaki ke Jembatan Hitam di Jatinegara dengan menenteng termos dan plastik berisi kopi. Kopi dijualnya seharga Rp 3.000 rupiah per gelas. Untung yang didapat tidak begitu besar.
"Kadang bisa bawa pulang Rp 50.000 kadang juga nggak sampai. Yang penting Alhamdulillah, masih bisa buat makan" katanya sambil senyum.
Bagaimana kisah selengkapnya? (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang prajurit TNI yang harus mengumpulkan uang ratusan juta untuk biaya pernikahan sampai sakit dua minggu.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu Persit yang ikut suaminya ke Wamena kesulitan menyalakan kompor minyak tanah.
Baca SelengkapnyaWalaupun telah sembilan tahun berjuang dan ikut berbagai operasi penumpasan, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status sebagai seorang veteran
Baca SelengkapnyaKisah seorang wanita lansia asal Purworejo benar-benar membuat siapapun yang membaca akan mengelus dada.
Baca SelengkapnyaKisah haru Pak Edi, penjual kerupuk Palembang yang tetap bekerja meski sakit.
Baca SelengkapnyaMat Peci keluar dari kamarnya dengan posisi membungkuk. Kedua istrinya pun langsung menertawakan keadaan pria berpeci hitam itu.
Baca SelengkapnyaDi usia yang sudah sangat renta dengan segala keterbatasan fisiknya, ia harus tetap mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaRisma menangis bahkan sampai menundukan kepalanya, wajahnya pun memerah. Dia terlihap mengucap air matanya dengan tisu.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaSeorang prajurit TNI asal Merauke menceritakan pengalamannya saat hidup tanpa tempurung kepala selama 7 bulan.
Baca SelengkapnyaRisma menangis saat mendengar cerita dari anggota Komisi VIII Fraksi Partai Golkar Ali Ridho.
Baca Selengkapnya