Derita warga Palangkaraya di tengah pekatnya kabut asap
Merdeka.com - Asap yang menyelimuti langit Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah selama sebulan ini menjadi duka tersendiri bagi warga. Sehari-hari mereka berjibaku dengan langit gelap, perihnya mata dan aroma kebakaran yang menyengat. Selain itu, warga juga merindukan matahari yang hampir tak tertutup seluruhnya oleh kabut asap.
Ketika asap mulai memenuhi seluruh kota, warga diimbau untuk menggunakan masker. Sebab tingkat pencemaran yang menembus angka 3.400 u gram per m3 sangat rentan berpotensi ISPA bagi anak-anak, wanita hamil dan para lansia.
Menurut data yang dikeluarkan RSU Dr. Doris Sylvanus, Kota Palangakaraya, per tanggal 25 Oktober semenjak asap melanda kota ini dari awal bulan yang sama, sudah 206 warga yang mengalami ISPA dan disarankan untuk rawat jalan. Sementara itu terdapat 21 yang mendapat perawatan inap di RSU.
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Bagaimana kabut asap ganggu mata? Hal ini karena adanya debu dan zat iritatif yang terkandung di dalam kabut asap. Oleh karena itu, sediakan obat tetes mata dan pastikan menggunakan kacamata saat beraktivitas di luar rumah, terutama saat sedang menghadaoi kabut asap.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Bagaimana suasana saat kabut turun di Bukit Kanaga? Keindahan Bukit Kanaga akan semakin sempurna saat turunnya kabut tipis di pagi dan sore hari. Pemandangan sekitar akan tersamarkan menjadi putih, dan hanya menyisakan batang-batang besar pohon pinus.
-
Apa dampak kabut asap ke paru-paru? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efek kabut asap dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, seperti infeksi saluran pernapasan dan emfisema.
-
Apa dampak kabut asap bagi kesehatan? Partikel dan gas polutan yang terhirup telah lama dihubungkan dengan dampak negatif pada kesehatan serta berbagai penyakit dan gangguan. Paparan yang berlangsung dalam waktu singkat dapat memperburuk kondisi akut, seperti asma dan infeksi pernapasan lainnya, serta mengganggu fungsi paru-paru.
Adapun rincian untuk pasien rawat inap yakni untuk umur 1-28 hari 1 orang, 1-4 tahun 7 orang, 4-14 tahun 4 orang, 15-25 tahun 0 orang, 25-44 tahun 4 orang, 45-64 tahun 4 orang, dan 65 tahun ke atas 1 orang. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dengan kategori umur yang sama yakni, 1-28 hari 14 orang, 1-4 tahun 36 orang, 4-14 tahun 34 orang, 15-25 tahun 32 orang, 25-44 tahun 42 orang, 45-64 tahun 36 orang dan 65 tahun ke atas berjumlah 1 orang.
"Yang paling rentan adalah usia balita, wanita hamil dan lansia. Sejauh ini pasien yang kita tangani sejumlah itu," ujar pihak RSU Dr. Doris Sylvanus yang mewakili Kabid Humas RSU dokter Theodorus Sapta Atmadja di Palangkaraya, Rabu (28/10).
Selain terserang ISPA, warga juga rentan dengan penyakit batuk. Ketika merdeka.com mengunjungi RSU ini, sejumlah pasien terlihat mengeluhkan penyakit batuk-batuk. Hal yang sama, meski tetap mengenakan masker, derita batuk tetap dialami sejumlah warga.
Tak mau mengambil resiko, sejumlah sekolah di Kota Palangkaraya juga terpaksa diliburkan. Meski masih ada sekolah yang dibuka, namun kehadiran murid bisa dihitung.
Salah seorang orang tua murid, Misna (45) menuturkan, anaknya terpaksa belajar di rumah selama sebulan ini. Jika kondisi membaik, anaknya terkadang pergi sekolah tapi kerap pulang cepat.
"Anak saya sebulan ini begitu terus. Kadang pergi sekolah lalu pulang cepat," ujarnya.
Meski menyadari resiko terkena ISPA, sejumlah warga juga mengaku merasa kesulitan beraktivitas dengan menggunakan masker. Karena tak biasa, masker dirasakan membuat dada sesak.
"Sangat tidak enak. Masker membuat dada saya sesak. Mungkin karena tak terbiasa," aku Rusdi seorang pedagang buah di Palangkaraya.
Ketika asap mendominasi, langit serasa berbaik hati. Dua hari berturut-turut, Kota Palangkaraya diguyuri hujan lebat. Hal ini sedikit membawa kegelegaan bagi warga yang selama ini hidup dengan asap pekat.
"Ya sudah mulai membaik dari hari sebelumnya. Jangankan matahari, lampu merah saja hampir tak bisa dilihat," celetuk seorang warga.
Seperti yang disaksikan merdeka.com, kehidupan warga di dalam Kota Palangkaraya terlihat mulai normal. Aktivitas Pasar, pertokoan, dan sebagainya terlihat mulai dibuka. Untuk berjaga-jaga mereka tetap mengenakan masker.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Asap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaPada awal video, tampak salah satu petugas duduk lemas bersandar di mobil pemadam kebakaran. Petugas damkar berseragam memakai selang oksigen di hidungnya.
Baca SelengkapnyaTPAS Pasirbajing, Garut, terbakar sejak beberapa hari terakhir. Warga pun memblokade lokasi itu sehingga pengangkutan sampah dari perkotaan pun terlambat.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaDi balik petugas yang istirahat sambil pakai alat bantu pernapasan, ada petugas lain yang sedang berjuang di tengah tebalnya asap.
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaSudah dua bulan, ratusan kepala keluarga di wilayah Desa Sukagalih, Jonggol mengalami krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaHujan yang turun cukup deras mengguyur Jakarta ini juga disertai angin yang kencang.
Baca SelengkapnyaKebakaran TPA Sarimukti dilaporkan terjadi sejak Sabtu (19/8). Luas areal TPA Sarimukti ini 28.5 hektare sedangkan area yang hangus terbakar 15 hektare.
Baca SelengkapnyaKekeringan yang terjadi disebabkan kemarau panjang dan sebagai dampak banyaknya pembangunan perumahan.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati kemarau panjang, beberapa orang ini terlihat bahagia ketika hujan turun.
Baca SelengkapnyaDia menyebut, tenggorokannya sendiri tengah mengalami masalah, bahkan cucunya dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gangguan pernapasan.
Baca Selengkapnya