Derita warga Palembang, dari kabut asap hingga krisis air & listrik
Merdeka.com - Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Palembang Sumatera Selatan, memasuki fase kritis. Dampak yang ditimbulkan begitu besar. Semua sektor terkena imbas kabut asap kebakaran.
Yang pertama sektor pendidikan. Catatan Dinas Pendidikan dan Olahraga Palembang menyebutkan asap berdampak pada proses belajar siswa.
Berbagai kebijakan pun dikeluarkan. Seperti meliburkan para siswa hingga kualitas udara di Palembang kembali bersih.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Siapa yang terdampak polusi udara? Tentu saja kondisi tersebut memberikan dampak buruk bagi masyarakat yang menghirupnya. Bahkan yang hidup berdampingan dengan kondisi tersebut.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Siapa yang terdampak krisis air? Menurut perkiraan PBB pada tahun 2023, 2 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman. Jumlah tersebut setara dengan seperempat populasi dunia.
Kebijakan ini sempat diterapkan untuk beberapa waktu, hingga akhirnya Dinas Pendidikan mengevaluasi. Dan kebijakan selanjutnya adalah para siswa tetap sekolah, namun jam masuk dan pulang diubah.
Alasan evaluasi kebijakan yang pertama lantaran dianggap dengan meliburkan sekolah, otomatis akan berpengaruh pengurangan jam dan mata pelajaran yang ditempuh para siswa. Kebijakan tersebut tak efektif dan merugikan siswa sendiri.
"Kalau sekolah diliburkan otomatis jam belajar berkurang. Apalagi dalam waktu yang lama," Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Palembang Ahmad Julinto, Rabu (30/9).
Sektor selanjutnya yang terkena imbas kebakaran lahan dan hutan adalah transportasi, khususnya udara.
Aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang sempat lumpuh selama berjam-jam, lantaran jarak pandang yang sangat terbatas.
GM Angkasa Pura SMB II Palembang Iskandar Hamid mengungkapkan, bandara tidak bisa beraktivitas sejak pukul 05.30 WIB hingga sekitar pukul 10.00 WIB. Kondisi berlangsung normal saat beberapa pesawat bisa terbang dan mendarat pukul 10.30 WIB.
"Benar, sejak mulai beroperasi atau jam 05.30 tadi tidak operasi, jam 10.30 tadi baru normal," ungkap Iskandar saat dihubungi merdeka.com, Rabu (30/9).
Menurut dia, hal itu terjadi lantaran jarak pandang landasan pacu bandara hanya 300 meter, jauh dari batasan normal 800 meter. Jarak pandang mulai berangsur meningkat menjelang siang hari.
Setidaknya ada sepuluh penerbangan saat itu yang delay terbang. Di antaranya Batik Air ID 6870 rute Palembang- Jakarta yang dijadwalkan terbang pukul 07.30, Lion Air JT340 Palembang-Jakarta, Epress Air XN740 tujuan Bandung, dan Citilink QG931 rute Palembang-Batam.
Sementara pesawat yang terlambat mendarat yakni Lion Air JT 1340 dari Jakarta yang baru bisa mendarat pukul 13.20 WIB dari jadwal sebelumnya pukul 06.25 WIB, dan Nam Air IN 9881 dari Pangkal Pinang yang mendarat pukul 13.04 WIB dari jadwal 09.50 WIB.
Parahnya, pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA100 dari Jakarta dibatalkan. Pesawat tersebut sebelumnya dijadwalkan mendarat di Bandara Palembang pukul 07.00 WIB.
Kesehatan warga Palembang juga dipertaruhkan selama musibah asap. Rata-rata warga terserang penyakit infeksi saluran pernapasan pekat (ISPA), iritasi mata dan flu.
Sarwono (36), warga Kalidoni Palembang menderita sakit mata. Kondisi makin memburuk karena saat ini matanya mengalami iritasi.
"Saya sudah periksa ke puskesmas kemarin siang, mata saya alami iritasi karena asap campur abu," ungkap Sarwono.
Agar penyakitnya tidak parah, dirinya diberikan obat penetes mata dengan tujuan membersihkan kotoran abu yang melekat. Obat itu harus digunakannya tiga kali sehari.
"Mau tak mau harus diteteskan, karena tiap hari pake motor terus," ujar pria berprofesi sebagai salesman tersebut.
Hal senada diungkapkan Ita (29), karyawan swasta. Ita mengaku mengalami flu atau bersin-bersin sejak tiga hari terakhir akibat kerap terhirup asap yang bercampur abu saat mengendarai sepeda motor.
"Bersin-bersin terus, sudah berobat belum sembuh juga sembuh. Sekarang pake masker dan obat, dikasih dokter," kata dia.
"Kami minta pemerintah cepat mengurus kabut asap ini. Kalau begini terus, kesehatan warga yang bahaya," sambungnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini sebagian warga mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaSudah dua bulan, ratusan kepala keluarga di wilayah Desa Sukagalih, Jonggol mengalami krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaKekeringan yang terjadi disebabkan kemarau panjang dan sebagai dampak banyaknya pembangunan perumahan.
Baca SelengkapnyaSumber air yang biasanya dimanfaatkan mendadak juga mengering sejak kemarau.
Baca SelengkapnyaHal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaKrisis air bersih menyebabkan warga Desa Karangasih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, hingga mencuci baju.
Baca SelengkapnyaAir Kali Cihoe kerap dijadikan sumber mata air andalan bagi Warga Cibarusah saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaWarga terpaksa mengais kubangan air di sungai demi mencukupi kebutuhan sehari-hari
Baca SelengkapnyaTPAS Pasirbajing, Garut, terbakar sejak beberapa hari terakhir. Warga pun memblokade lokasi itu sehingga pengangkutan sampah dari perkotaan pun terlambat.
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaBendungan ini menjadi tumpuan utama warga Jatisari dan sekitarnya. Sehari-hari, air dimanfaatkan untuk keperluan mandi, mencuci bahkan memasak
Baca Selengkapnya