Deteksi Dini Gempa dan Tsunami, BPPT Segera Operasikan 3 Teknologi Mitigasi Bencana
Merdeka.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menargetkan pengoperasian sejumlah peralatan canggih dalam memitigasi bencana Tsunami yang akan terpasang dari ujung Sumatera, Jawa dan wilayah Timur Indonesia.
Kepala BPPT Hammam Riza menegaskan, BPPT telah membangun tiga teknologi dalam mendeteksi Tsunami berbasis Buoy, kabel serat optik, dan akustik tomografi hingga saat ini.
"Sejak Tahun 2019 telah membangun tiga teknologi tersebut dalam rangka mendukung Indonesia Tsunami Ealry Warning System (InaTEWS), bersama BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)," kata Kepala BPPT Hammam Riza di Gedung Geostech 820, Puspiptek, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Selasa (8/6/2021).
-
Bagaimana cara BPBD Bantul mengatasi kekurangan alat peringatan tsunami? Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,' kata Agus.
-
Bagaimana mitigasi bencana di Sumut? Salah satu aspek utama dari mitigasi bencana adalah identifikasi risiko dan kerentanannya. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang potensi bencana yang mungkin terjadi di suatu wilayah, seperti gempa bumi, banjir atau badai.Dengan memahami risiko ini, pihak terkait dapat merancang langkah-langkah konkret untuk mengurangi dampak potensial dan meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi.
-
Bencana apa yang diantisipasi oleh BPBD Banyumas? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyiapkan langkah antisipasi bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor dan banjir karena BMKG memprakirakan wilayah itu memasuki awal musim hujan pada dasarian ketiga bulan Oktober.
-
Bagaimana cara BPBD Banyumas bersiap menghadapi bencana? Sesuai perintah Pak Pj (Penjabat) Bupati, kami mempersiapkan rencana mitigasi dan rencana kontinjensi. Kami juga telah menggelar rapat koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka antisipasi bencana hidrometeorologi.
-
Siapa yang terlibat mitigasi bencana? Mitigasi bencana melibatkan berbagai tindakan dan strategi untuk mengurangi risiko serta dampak bencana.
-
Siapa yang terlibat dalam mitigasi bencana gunung meletus? Dalam penyuluhan ini, masyarakat diajarkan mengenai tanda-tanda awal erupsi gunung berapi, cara evakuasi, dan tindakan darurat yang harus dilakukan.
Hammam menerangkan, teknologi InaTEWS yang dikembangkan itu, ditargetkan akan beroperasi penuh pada tahun 2024. Sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) RI nomor 93 tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami.
"Melalui Perpres ini, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diberikan amanah untuk mengembangkan sistem peringatan dini tsunami atau yang lebih dikenal dengan Teknologi InaTEWS," jelas dia.
Teknologi kebencanaan tersebut, lanjut Hammam menggunakan berbagai instrumen sesuai dengan kebutuhan lokasi, seperti teknologi inaBuoy, teknologi kabel optik bawah laut (InaCBT - Cable Based Tsunameter), teknologi coastal accoustic tomografi (InaCAT), hingga Pemodelan berbasis Kecerdasan Artifisial.
Dirinya menerangkan, kalau sensor tsunami dari InaTEWS BPPT dapat mengirimkan data secara berkesinambungan kepada BMKG dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat, sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Indonesia.
"Dari sebelumnya deteksi dini kita itu 15 menit menjadi lima menit. Sehingga mitigasi bencana dapat segera bisa dilakukan," jelas dia.
Hammam menerangkan, hingga target pengoperasian tahun 2024 mendatang, BPPT telah menyusun grand design peta jalan teknologi mitigasi dengan mengoperasikan InaBuoy di 13 lokasi, InaCBT di 7 lokasi, InaCAT di 3 lokasi dan didukung dengan pengolahan kecerdasan artifisial.
Menurut dia, kebencanaan di Indonesia tidak dapat dihindari, namun risiko dari bencana yang akan terjadi bisa diminimalisir dengan deteksi dini. KarenaIndonesia berada di zona Ring of fire yang letak geografisnya berada di antara pertemuan 3 lempeng tektonik besar yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
"Jalur yang dilalui pertemuan lempeng inilah yang menjadi zona rawan gempa di Indonesia. Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, daerah padat penduduk seperti mayoritas Pulau Sumatera, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTT, Sulawesi, hingga Ambon merupakan daerah yang rawan akan terjadinya gempa bumi, hanya sebagian kecil Pulau Jawa bisa dikatakan aman dari ancaman gempa," ungkap Hammam.
Maka kata Hammam, dari kondisi tersebut serta histori kebencanaan, upaya mitigasi bencana terintegrasi sudah sepatutnya diterapkan di Indonesia.
"Pengalaman bencana besar di Tahun 2018 yang menerpa Lombok, Palu, dan Selat Sunda menjadi wake up call bagi semua pihak," tegas dia.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Daryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaSuharyanto menerangkan, kesiapsiagaan tersebut dilatarbelakangi prediksi oleh para ilmuan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca SelengkapnyaPenting untuk membuat mitigasi bencana gunung meletus yang efektif.
Baca SelengkapnyaAncaman gempa bumi ini membayangi Jakarta yang berada tak jauh dari zona Megathrust Selat Sunda.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat bahwa di Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust.
Baca SelengkapnyaBMKG sebelumnya mengatakan, gempa megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaCerita Plt BMKG Dwikorita Karnawati pernah dipanggil polisi karena sampaikan berita peringatan gempa.
Baca SelengkapnyaPihak UGM belum bisa mengumumkan hasil deteksi peralatan ini ke publik karena alat ini masih butuh pengembangan
Baca SelengkapnyaDiakuinya kapan tepatnya gempa megathrust akan terjadi masih sangat sulit.
Baca SelengkapnyaSelama ini peringatan dini bencana banjir di Sumatera Barat hanya mengandalkan hasil analisa dan prakiraan cuaca diterbitkan BMKG.
Baca SelengkapnyaIni memungkinkan penyampaian berbagai informasi bencana seperti gempa, tsunami, kebakaran hutan, aktivitas vulkanik, dan banjir.
Baca SelengkapnyaIa menjelaskan dalam keilmuan geologi erupsi gunung berapi seperti ini berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca Selengkapnya