Detik-Detik Menegangkan Nakes Gabriela Lompat ke Jurang Kabur dari Kepungan KKB Papua
Merdeka.com - Marselinus Ola Attanila, salah seorang Tenaga Kesehatan (Nakes) yang selamat saat menjadi korban tindakan brutal Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menceritakan kisahnya saat berada di Puskesmas di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pengunungan Bintang, Papua.
Diketahui, dalam insiden pembakaran yang dilakukan KKB pada Pukesmas tersebut membuat satu orang Nakes bernama Suster Gabriela Meilan (22) meninggal dunia dan nakes lainnya mengalami luka-luka.
Marselinus mengatakan, sebelum melakukan pembakaran terhadap Puskesmas. Para KKB lebih dulu melakukan perusakan seperti menghancurkan kaca-kaca.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa yang terlibat dalam perseteruan ini? Keputusan ini muncul sebagai bagian dari perseteruan panjangnya dengan mantan suaminya, Atalarik Syach.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Siapa yang terlibat keributan? 'Minggu (7/7), terjadi perselisihan antara saudara MK dan DN di salah satu acara hajatan di wilayah hukum Polsek Majalaya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Apa yang dilakukan orang jahat? 'Manusia yang sibuk dengan kesalahan dan aib orang lain akan sulit untuk dapat memperbaiki dirinya.'
"Di situ kami ada enam orang, saya sendiri sebagai ketua tim, paman Celow, Paman Emanuel Abi, Paman Patra, Suster Kristin, Suster Ela yang sudah menjadi almarhum. Pada saat itu juga mereka juga melakukan hal yang sama menghancurkan kaca-kaca jendela dan juga memukul pintu-pintu, berusaha untuk masuk ke dalam menyerang kami. Mereka juga menyiram bensin di sekitar para medis dan juga mulai membakarnya," kata Marselinus di Makodam XVII/Cendrawasih.
Saat pembakaran terjadi, papar Marselinus, yang ada di dalam Puskesmas hanya tersisa dirinya, Patra dan juga ketiga suster tersebut. Saat itu, Patra sendiri sedang Buang Air Besar (BAB).
"Pada saat itu sedang terjadi pembakaran, saya sendiri meminta kepada ketiga teman putri saya atau suster untuk segera kami keluar dari dalam barak itu. Tetapi karena mereka perempuan, enggak bisa mengantisipasi situasi, sehingga mereka memilih lebih tenang di dalam barak itu," paparnya.
"Makin lama asap makin tebal, barak sudah mulai terbakar. Sehingga saya memilih untuk mengurung ketiga suster tadi bersama saya langsung di dalam kamar WC karena agak lebih aman," sambungnya.
Kemudian, sekitar pukul 09.20 Wit, menurutnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Karena memang plafon-plafon bangunan tersebut mulai pada runtuh. Sehingga, membuat ia memilih mengajak ketiga suster keluar dari dalam barak medis.
"Pada saat kami berusaha untuk lari, menghindari amukan KKB. Kami lari ke depan, mereka sudah mengadang kami pada posisi depan. Kemudian saya berusaha merangkul ketiga suster menuju ke jurang, tetapi sampai di belakang jurang yang ada di belakang barak medis juga mereka sudah berada di situ dengan dilengkapi senjata dan juga busur dan anak panah," ujarnya.
Kondisi sudah terdesak, Marselinus memutuskan untuk mengamankan ketiga perawat ke kamar mandi rumah warga terdekat.
"Sesampainya di situ mereka juga ada situ berusaha membakar rumah warga yang disebrang. Akhirnya saya memilih untuk mengamankana ketiga suster di dalam WC kamar mandi dari rumah masyarakat itu," ucapnya.
Sekitar 30 menit kami berada di dalam kamar WC, kejadian itu disebutnya semakin brutal. Karena, mereka telah memanah temannya yakni Emanuel Abi. Tak hanya itu, mereka juga mulai membakar rumah-rumah warga, pasar serta bank, rumah distrik yang ada di sekitar barak medis itu.
"Kejadian semakin brutal, akhrinya saya mengambil keputusan untuk kami bisa mengamankan diri. Dan dalam hitungan detik saja, saya sebagai laki-laki mengamankan tiga orang perempuan, pastinya karena mereka mengejar kami dengan senjata dan juga busur panah dan anak panah," jelasnya.
"Tidak ada jalan lagi, kami memilih lari ke depan, mereka sudah mengadang ke samping kiri, kanan dan juga mereka sudah mengadang semua," tambahnya.
Karena sudah teradang di setiap sudut oleh KKB, akhirnya membuat dirinya bersama tiga suster lainnya menuju sebuah jurang yang cukup terjal dengan ke dalam kurang lebih 500 meter dengan sudut ketajaman 90 derajat yang berada di belakang lokasi mereka saat itu.
"Tanpa berpikir panjang, saya bertanya kepada ketiga suster itu bagaimana kita harus mengamankan diri, mereka menjawab ya kita lompat saja. Akhirnya tanpa berpikir panjang, saya hitung 1 sampai 3, dan saya sendiri lompat pertama, kemudian tiga suster mengikuti saya untuk melompatnya," katanya.
"Sesampainya di sana kami pikir kami sudah aman dari kejaran mereka, tetapi mereka tetap mengikut kami ke bawah, sampai di bawah saya sendiri sampai tersangkut di akar pohon. Kemudian ketiga suster lainnya, yang satunya suster Kris tersangkut di pohon juga, Suster Ela tersangkut diantara semak-semak, kemudian Suster Anti dia melompat jaraknya sekitar 150 meter kedalaman jurangnya itu, dia juga tersangkut di semak-semak," tambahnya.
Meski sudah berusaha lari dari kejaran KKB sampai melompat ke jurang, membuat usaha itu menjadi sia-sia. Ketiga suster tersebut ditangkap oleh KKB. Sedangkan, Ia berhasil selamat karena bersembunyi di antara tebing dan juga akar-akar.
"Kemudian mereka mengumpulkan ketiga suster ini. Dan meneror ketiganya dengan perbuatan yang tidak pantas," ungkapnya.
"Mereka mulai dianiaya secara tidak manusawi. Karena siksaan yang begitu brutal, ketiganya tidak berdaya lagi. Mereka semakin lemah, akhirnya pingsan," imbuhnya.
Ternyata, saat itu ketiga suster didorong oleh KKB ke sebuah jurang dengan kedalaman sekitar 300-400 meter. Hal itu dikarenakan, para suster yang pingsan tersebut dianggap sudah meninggal dunia.
"Suster Kristin yang didorong pertama, kemudian Suster Anti dan juga Suster almarhum atau Suster Ela. Sesampainya di bawah kedalaman jurang itu, Suster Anti langsung pingsan, dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri, Suster Kris masih sempat dari pingsannya masih bisa sadar. Suster Ela juga dari pingsannya bisa sadar kembali, akan tetapi, dalam keadaan itu mereka tetap ikut ke bawah," ujarnya.
Kemudian saat itu Suster Anti dan Suster Kris masih bisa bertahan dan memilih untuk menghindar dari KKB dengan cara bersembunyi di semak-semak. Sedangkan, untuk Suster Ela yang walaupun sudah dalam keadaan sadar tapi sudah tidak berdaya, karena tersangkut di pohon.
"Sehingga mereka ikut ke bawah, lalu membunuhnya. Sehingga, Suster almarhum dinyatakan meninggal pada saat itu," paparnya.
Setelah menjadi korban kebiadaban KKB, akhirnya jenazah Suster Gabriela (Ela) dapat ditemukan dua hari setelah kejadian atau tepatnya pada sekitar pukul 17.30 Wit. Tak hanya Suster Ela, petugas juga menemukan Suster Kristin.
"Suster Kris bertahan selama tiga hari berada di bawah jurang itu, puji tuhan dia masih hidup, yang meninggal Suster Ela, dia sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa," ucapnya.
Sedangkan, untuk Lukas dan Suster Siti lari ke Koramil untuk menyelamatkan diri dari kejaran KKB. Langsung diamankan oleh TNI menuju ke Pos Pamtas 403 yang terletak pada ketinggian atau di puncak.
"Kemudian Paman Deni juga dari rumah warga bergegas menuju ke Koramil mengamankan diri di Pos Pamtas bersama dengan pihak dari Koramil juga. Dokter sendiri bertahan selama di jurang dari 10 lewat, sampai pukul sekitar 9 malam (waktu setempat) baru dokter dari jurang menuju arah ke pos Pamtas 403," katanya.
"Saya, Paman Eman dan juga Paman Patra bersama Suster Anti dan juga Suster Kris masih tetap berada di dalam jurang. Pada pukul 5 sore, saya sendiri berusaha karena situasi dilihat sudah aman, berusaha keluar dari semak-semak, kemudian berlari menuju ke Koramil," sambungnya.
Kemudian, sesampainya di Koramil ternyata tidak adanya petugas. Karena mereka semua sudah diarahkan ke pos Pamtas 403, sehingga membuatnya memilih mengamankan diri di salah satu rumah warga yang di sekitar Koramil itu.
"Paman Patra dan juga Paman Eman tetap memilih bertahan di jurang bersama dua suster, tetapi posisinya terpisah. Kemudian pada malam harinya. Paman Eman yang terkena busur itu, dia memilih untuk naik pada sekitar pukul 10 malam. Kemudian berusaha tidur di bawah kolong rumah warga yang ada di sekitaran jurang itu, Paman Patra tetap bertahan," jelasnya.
Selanjutnya, pada esok harinya sekitar pukul 06.00 Wit, Eman bersama Patra bergegas menuju Koramil untuk meminta perlindungan. Sehingga pada sekitar pukul 07.00 Wit, dirinya bersama keduanya itu bertemu di Koramil dalam keadaan selamat.
"Suster Anti dan Suster Kris masih tetap bertahan di jurang, Suster Anti keluar dari jurang sekitar pukul 10 malam dengan kondisi saat itu hujan deras, dalam keadaan telanjang. Dia dari jurang menuju ke pos Sekiwiro. Sesampainya di Pos Sekiwiro, tidak ada petugas. Karena memang petugas sudah mengungsi, sudah pada diamankan ke pos Pamtas itu, mereka bertugasnya di situ," ungkapnya.
Sedangkan, untuk Suster Anti memilih untuk bertahan di pos. Akan tetapi, karena dirinya takut dengan situasi, ia berusaha keluar dari pos dan kembali bersembunyi di semak-semak.
Sampai pada sekitar pukul 07.00 Wit, saat itu adanya kegiataan pembersihan dari pos Pamtas 403, sehingga Suster Anti memilih untuk keluar dari semak-semak tersebut. Apalagi, dia juga sudah tidak berdaya lagi.
"Menurut keterangan dari Suster Anti, pada saat itu dia sudah pada siap pasrah untuk mati. Karena memang sama sekali sudah tidak berdaya, tetapi dia tetap berusaha merangkak pelan-pelan sampai ke pos Polsek. Sehingga berteriak meminta pertolongan daripada pihak pos Pamtas," tutupnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Alih-alih saling menghargai, mereka justru melakukan penyiksaan terhadap sesama orang asli Papua. Nampak para warga dikumpulkan untuk disiksa ditodong senpi.
Baca SelengkapnyaTiga pemuda memakai jaket hitam berboncengan menggunakan motor pelat EA 3243 EE. Tiba-tiba saja korban didekati dan diremas bokongnya.
Baca SelengkapnyaTiga pria memperkosa anak di bawah umur yang setelah menuduh korban dan pacarnya melakukan aksi perbuatan asusila di Demak.
Baca SelengkapnyaMereka diduga kuat masih ada kaitan dengan tujuh mayat mengambang di Kali Bekasi yang akan tawuran di daerah Jatiasih, Kota Bekasi.
Baca SelengkapnyaPelaku bergantian memerkosa korban di kamar indekos perempuan itu.
Baca SelengkapnyaEmpat orang telah diamankan. Polisi juga meminta pelaku lainnya untuk segera menyerahkan diri.
Baca SelengkapnyaJenazah para korban kini sudah berada di Kenyam, Papua.
Baca SelengkapnyaKeempat tahanan itu kabur dengan cara memanjat pintu jeruji besi.
Baca SelengkapnyaKorban diajak keliling lalu terduga pelaku kemudian membawa korban ke rumah salah satu pelaku.
Baca SelengkapnyaAksi penyekapan dan pemerkosaan secara bergiliran selama tiga hari oleh 10 pelaku terhadap siswi SMP di Lampung Utara, Lampung, NA (15), sudah terencana.
Baca SelengkapnyaSementara dari 14 Tahanan yang melarikan diri telah 8 Tersangka telah diamankan kembali.
Baca SelengkapnyaPelaku tiba-tiba menggigit kaki kirinya. Sontak bocah itu menangis histeris sambil memegangi kakinya.
Baca Selengkapnya