Di atas kapal perang, Indonesia ingin jaya semasa zaman Sriwijaya
Merdeka.com - Pencurian ikan serta gangguan dari armada laut China membuat Indonesia meradang. Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti bahkan sampai emosi mendengar Negeri Tirai Bambu itu mengintervensi upaya penegakan hukum yang dilakukan Indonesia.
Untuk menunjukkan eksistensinya, Presiden Joko Widodo datang ke lokasi penangkapan tersebut dengan kapal perang Imam Bonjol-383. Kedatangannya seolah ingin menunjukkan berdaulatnya Indonesia atas perairan itu.
Hal yang sama juga dirasakan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan. Bahkan, dia ingin Indonesia merasakan masa jaya kerajaan Sriwijaya dengan luas kekuasaannya yang besar.
-
Mengapa Jokowi meminta ASEAN untuk menjadikan lautan sebagai sea of cooperation? Jokowi meminta ASEAN harus mampu menjadikan lautan sebagai a sea of cooperation, bukan a sea of confrontation.
-
Kenapa Jokowi membahas Laut China Selatan? Jokowi mengatakan dirinya akan membahas upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
-
Apa tujuan utama Jokowi ke Bali? Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak menuju Provinsi Bali dalam rangka menghadiri Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2, pada Minggu, 1 September 2024.
-
Apa yang diresmikan Jokowi? Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun. Hal itu disampaikan Jokowi saat meresmikan Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Kota Depok, Jawa Barat Selasa, (7/5).
-
Dimana Jokowi blusukan? Saat melakukan kunjungan ke daerah, Presiden Jokowi selalu menyempatkan diri untuk blusukan ke pasar tradisonal
-
Kenapa Presiden Jokowi hadir di pelantikan? Pelantikan juga dihadiri Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Berikut ungkapan Luhut yang diunggah lewat akun Facebook resminya:
"Di atas kapal perang KRI Imam Bonjol–383, kemarin saya bersama rombongan Presiden mengarungi perairan Natuna. Sembari memandangi luasnya lautan, saya membayangkan hebatnya kemaharajaan bahari Kerajaan Sriwijaya dulu di abad ke-7 di wilayah itu. Konon, besarnya pengaruh kekuasaan Sriwijaya sampai mencapai pulau Madagaskar.
Pada zaman itu, seorang pendeta Tiongkok bernama I Tsing melakukan perjalanan di Laut China Selatan. Dia singgah di beberapa pulau, termasuk di sebuah pulau besar yang disebutnya sebagai Nan (pulau) Toa (besar). Sekarang, kita menyebutnya dengan Pulau Natuna.
Dari segi luas pulau, Natuna sebenarnya tidak tergolong besar. Tapi dari segi ekonomi, Natuna menyimpan potensi yang sangat besar. Misalnya di sektor energi, di wilayah perairannya terdapat 16 blok sumber gas, 5 di antaranya sudah berproduksi dan 11 lainnya berada dalam tahap eksplorasi.
Sektor perikanan juga menyimpan potensi yang besar sehingga Presiden mempertimbangkan untuk men-transfer 6.000 kapal dari Jawa yang kurang produktif. Hal ini tentu saja akan dilakukan dengan tidak mengurangi hak nelayan-nelayan setempat untuk mencari ikan.
Industri ikan akan ditingkatkan tidak hanya dengan sebatas mengambil ikan, tapi juga dengan pemrosesan di dalam negeri. Kita terbuka untuk melakukan kerja sama dengan siapa saja, dengan negara mana saja, selama dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Natuna. Maka dari itu pemerintah tidak ingin Natuna berubah menjadi kawasan konflik supaya tidak mengganggu upaya pengembangan potensi ekonominya.
Kehadiran Presiden di Natuna boleh saja dimaknai sebagai pemberian sinyal kepada dunia bahwa Indonesia dengan tegas mempertahankan hak teritorialnya. Tapi seperti layaknya kebesaran Kerajaan Sriwijaya yang ditopang dengan diplomasi yang kuat dengan Timur Tengah, India, dan Tiongkok di zaman itu, Indonesia juga tetap akan memelihara hubungan baik dengan negara manapun.
Meskipun demikian, bukan berarti Indonesia akan berkompromi terhadap kedaulatan kita. Tidak akan pernah!
Untuk itu, marilah kita dukung Presiden Jokowi, khususnya TNI-AL dalam mempertahankan kejayaan di lautan Nusantara yang kita cintai bersama ini, seperti pada masa keemasan Sriwijaya.
Jalesveva Jayamahe!"
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada banyak pelaut ulung pada zaman kerajaan yang menginsiprasi
Baca SelengkapnyaPada peringatan ini, TNI AL unjuk gigi pasukan dan kekuatan alat tempurnya
Baca Selengkapnyarabowo bicara keinginannya sebelum berpulang agar kekayaan alam Indonesia dinikmati seluruh rakyat.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menerima Brevet Kehormatan Hiu Kencana di Markas Komando Lintas Laut Militer, Jakarta Utara, Sabtu (28/9/2024)
Baca SelengkapnyaHasto Kristiyanto PDIP menyampaikan pentingnya Indonesia mewujudkan konsep Berdikari Bung Karno
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) cerita selalu terbayang-bayang masa kolonial saat ia menghuni istana-istana bekas peninggalan Belanda.
Baca SelengkapnyaDeretan pesawat tempur TNI AU yang dikerahkan untuk mengawal Jokowi adalah 4 unit F-16 Fighting Falcon, 3 unit T-50i Golden Eagle, dan 1 unit Sukhoi SU-30 MK2.
Baca SelengkapnyaAda tiga hal yang didorong Jokowi dalam KTT AIS 2023
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan dirinya sering merasa risau setiap mendengar pujian itu sebab Istana Jakarta dibangun oleh kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto menyerahkan dua unit KRI, yaitu KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732 untuk menambah kekuatan TNI AL.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut ASEAN sebagai kapal besar memiliki tanggung jawab besar kepada rakyat.
Baca SelengkapnyaTNI AL mempersiapkan pengamanan VVIP dalam Kunjungan Kerja Presiden Joko Widodo.
Baca Selengkapnya