Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Di Bandung 1,5 ton tomat busuk dipakai perang

Di Bandung 1,5 ton tomat busuk dipakai perang Perang tomat. ©2015 Merdeka.com/ Iman Herdiana

Merdeka.com - Musik tradisional khas Sunda mengumandang lewat sound sistem yang berdiri di depan panggung, Jalan Cikareumbi, RT03/RW 03, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Musik tersebut sebagai tanda perang tomat tahunan akan dimulai.

Para pasukan inti perang tomat sudah mengenakan topeng, tameng, dan keranjang yang semuanya terbuat dari bambu. Mereka mengenakan pakaian adat hitam-hitam. Pasukan khusus perang tomat tersebut berkumpul di dua titik. Titik pertama tepat di depan panggung, pasukan lain berada di seberang panggung. Sementara kaum mojang dan ibu-ibu sudah berdandan seperti penari. Mereka mulai menari diiringi lagu 'kembang tanjung', lagu khas yang biasa dipakai dalam ritual kebudayaan warga Jawa Barat.

Tidak ketinggalan, warga tua muda ikut menari. Mereka menikmati sajian musik yang dibawakan nayaga dan sinden. Sedangkan panitia perang tomat sudah menyiapkan keranjang-keranjang tomat busuk yang disimpan di beberapa titik sepanjang Jalan Cikareumbi yang akan menjadi arena perang tomat.

Salah seorang panitia yang juga pasukan khusus perang tomat, Suhenda, 38 tahun, menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan 1,5 ton tomat busuk untuk perang tomat. Ratusan warga tampak antusias menyaksikan ritual tahunan tersebut dari halaman-halaman rumah mereka yang dibatas tali yang penuh dengan gantungan makanan dan sayuran.

Tiba-tiba tarian berhenti, entah siapa yang mulai, tomat-tomat busuk mulai bertebaran di udara mengarah pada kerumunan warga yang menari. Para pasukan khusus perang tomat tak tinggal diam, mereka mulai membalas serangan, kepada siapa pun yang ada di depannya.

Konsentrasi ratusan warga yang asyik menari mulai buyar. Mereka pun mulai menuju keranjang-keranjang tomat untuk membalas lemparan. Perang tomat pecah, dengan musuh tidak jelas. Siapa pun yang ada di depan dihajar.

Pasukan khusus perang tomat yang berada jauh dari panggung, mulai merangsek maju sambil melemparkan tomat-tomat busuk yang warnanya merah tua, kunging dan beberapa masih mentah.

Anak-anak hingga kakek-kakek tidak kalah gesit melakukan serangan. Tapi mereka juga menjadi sasaran tembak yang empuk. Jika sasaran lempar kena sasaran, mereka tertawa terpingkal-pingkal.

Ada juga warga yang hanya nonton jadi sasaran tembak. Perang itu tampak seperti hujan tomat yang mengarah ke kepala, wajah, tubuh, hingga rumah-rumah warga. Wartawan yang meliput pun tetap menjadi sasaran 'peluru' nyasar. Semuanya tertawa dalam perang tomat ini.

Sekitar 30 menit warga yang berada di arena perang tomat sudah basah oleh cairan tomat yang merah seperti saus. Buah-buah tomat yang tadinya berada di keranjang, sudah berserakan memenuhi jalan. Dengan sendirinya acara perang tomat selesai. Giliran panitia yang sibuk membersihkan jalan yang banjir tomat.

Salah seorang warga yang juga panitia Eli Setiawan, 28 tahun, mengaku gembira dengan perang tomat tersebut. “Sedang banget, sukseslah perang tomat seperti di Spanyol,” katanya sambil tertawa.

(mdk/frh)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Tradisi Perang Tomat di Lereng Gunung Slamet, Wujud Syukur dari Panen Buah Melimpah
Mengenal Tradisi Perang Tomat di Lereng Gunung Slamet, Wujud Syukur dari Panen Buah Melimpah

Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.

Baca Selengkapnya
Hanya Terima Rp700 Per Kilogram, Petani Tomat di Garut 'Berduka' Buang Hasil Panen di Pinggir Jalan
Hanya Terima Rp700 Per Kilogram, Petani Tomat di Garut 'Berduka' Buang Hasil Panen di Pinggir Jalan

Di panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram

Baca Selengkapnya
Ubah Kemarau Jadi Berkah, Ini Kisah Petani Jombang Tanam Melon Cuannya Capai Rp 35 Juta
Ubah Kemarau Jadi Berkah, Ini Kisah Petani Jombang Tanam Melon Cuannya Capai Rp 35 Juta

Kemarau panjang jadi bencana bagi petani karena tidak bisa menanam padi. Hal ini tidak terjadi dengan petani Jombang. Mereka justru cuan puluhan juta.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kampung Semanggi Surabaya, Warganya Kompak Budi Daya Tanaman Gulma dan Menyulapnya Jadi Makanan Lezat Bergizi
Mengunjungi Kampung Semanggi Surabaya, Warganya Kompak Budi Daya Tanaman Gulma dan Menyulapnya Jadi Makanan Lezat Bergizi

Kampung ini memiliki tiga hektare lahan khusus untuk tanaman semanggi

Baca Selengkapnya
Sering Dipandang Sebelah Mata, 4 Petani Ini Hidup Sukses dengan Omzet Ratusan Juta
Sering Dipandang Sebelah Mata, 4 Petani Ini Hidup Sukses dengan Omzet Ratusan Juta

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani.

Baca Selengkapnya
El Nino Justru Bawa Berkah Bagi Warga Rembang, Begini Penjelasannya
El Nino Justru Bawa Berkah Bagi Warga Rembang, Begini Penjelasannya

Produksi garam justru bisa lebih cepat saat terjadinya fenomena El Nino

Baca Selengkapnya
Perjalanan Dedi Koswara, Petani dan Sopir Angkut Sayuran yang Sukses Bangun Rumah Mewah di Bandung
Perjalanan Dedi Koswara, Petani dan Sopir Angkut Sayuran yang Sukses Bangun Rumah Mewah di Bandung

Dedi dulunya merupakan lulusan SMK jurusan otomotif.

Baca Selengkapnya