Di Bandung 1,5 ton tomat busuk dipakai perang
Merdeka.com - Musik tradisional khas Sunda mengumandang lewat sound sistem yang berdiri di depan panggung, Jalan Cikareumbi, RT03/RW 03, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Musik tersebut sebagai tanda perang tomat tahunan akan dimulai.
Para pasukan inti perang tomat sudah mengenakan topeng, tameng, dan keranjang yang semuanya terbuat dari bambu. Mereka mengenakan pakaian adat hitam-hitam. Pasukan khusus perang tomat tersebut berkumpul di dua titik. Titik pertama tepat di depan panggung, pasukan lain berada di seberang panggung. Sementara kaum mojang dan ibu-ibu sudah berdandan seperti penari. Mereka mulai menari diiringi lagu 'kembang tanjung', lagu khas yang biasa dipakai dalam ritual kebudayaan warga Jawa Barat.
Tidak ketinggalan, warga tua muda ikut menari. Mereka menikmati sajian musik yang dibawakan nayaga dan sinden. Sedangkan panitia perang tomat sudah menyiapkan keranjang-keranjang tomat busuk yang disimpan di beberapa titik sepanjang Jalan Cikareumbi yang akan menjadi arena perang tomat.
-
Kenapa Perang Tomat diadakan? Perang tomat digelar untuk mengingat perjuangan rakyat yang berperang di zaman dahulu. 'Jadi kegiatan ini untuk mengenang perjuangan rakyat zaman dahulu yang berperang menggunakan senjata. Acara ini juga menjadi satu-satunya di Indonesia,' kata Kepala Desa Serang, Sugito.
-
Apa yang dilakukan dalam Perang Tomat? Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain. Perang Tomat merupakan salah satu tradisi unik warga lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Wisata Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.
-
Kapan Perang Tomat diadakan? Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada setiap event Festival Gunung Slamet. Terbaru, tradisi itu diselenggarakan pada hari Minggu, 14 Juli 2024.
-
Siapa yang ikut Perang Tomat? Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.
-
Kenapa tomat banyak digemari? Selain memiliki rasa yang lezat dan menambah kesegaran makanan, ternyata tomat memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh.
-
Bagaimana cara main Perang Tomat? Para peserta perang terbagi ke dalam dua kubu. Mereka saling menyerang dengan melemparkan buah tomat dari genggaman.
Salah seorang panitia yang juga pasukan khusus perang tomat, Suhenda, 38 tahun, menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan 1,5 ton tomat busuk untuk perang tomat. Ratusan warga tampak antusias menyaksikan ritual tahunan tersebut dari halaman-halaman rumah mereka yang dibatas tali yang penuh dengan gantungan makanan dan sayuran.
Tiba-tiba tarian berhenti, entah siapa yang mulai, tomat-tomat busuk mulai bertebaran di udara mengarah pada kerumunan warga yang menari. Para pasukan khusus perang tomat tak tinggal diam, mereka mulai membalas serangan, kepada siapa pun yang ada di depannya.
Konsentrasi ratusan warga yang asyik menari mulai buyar. Mereka pun mulai menuju keranjang-keranjang tomat untuk membalas lemparan. Perang tomat pecah, dengan musuh tidak jelas. Siapa pun yang ada di depan dihajar.
Pasukan khusus perang tomat yang berada jauh dari panggung, mulai merangsek maju sambil melemparkan tomat-tomat busuk yang warnanya merah tua, kunging dan beberapa masih mentah.
Anak-anak hingga kakek-kakek tidak kalah gesit melakukan serangan. Tapi mereka juga menjadi sasaran tembak yang empuk. Jika sasaran lempar kena sasaran, mereka tertawa terpingkal-pingkal.
Ada juga warga yang hanya nonton jadi sasaran tembak. Perang itu tampak seperti hujan tomat yang mengarah ke kepala, wajah, tubuh, hingga rumah-rumah warga. Wartawan yang meliput pun tetap menjadi sasaran 'peluru' nyasar. Semuanya tertawa dalam perang tomat ini.
Sekitar 30 menit warga yang berada di arena perang tomat sudah basah oleh cairan tomat yang merah seperti saus. Buah-buah tomat yang tadinya berada di keranjang, sudah berserakan memenuhi jalan. Dengan sendirinya acara perang tomat selesai. Giliran panitia yang sibuk membersihkan jalan yang banjir tomat.
Salah seorang warga yang juga panitia Eli Setiawan, 28 tahun, mengaku gembira dengan perang tomat tersebut. “Sedang banget, sukseslah perang tomat seperti di Spanyol,” katanya sambil tertawa.
(mdk/frh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaKemarau panjang jadi bencana bagi petani karena tidak bisa menanam padi. Hal ini tidak terjadi dengan petani Jombang. Mereka justru cuan puluhan juta.
Baca SelengkapnyaKampung ini memiliki tiga hektare lahan khusus untuk tanaman semanggi
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani.
Baca SelengkapnyaProduksi garam justru bisa lebih cepat saat terjadinya fenomena El Nino
Baca SelengkapnyaDedi dulunya merupakan lulusan SMK jurusan otomotif.
Baca Selengkapnya