Di depan taruna Akpol, Suhardi bicara soal ancaman radikalisme
Merdeka.com - Radikalisme dan terorisme sudah menjadi ancaman global di belahan dunia. Indonesia pun harus menghadapinya. Kemajuan teknologi informasi dengan adanya media sosial membuat penyebaran paham radikal semakin masif.
Pernyataan itu diungkapkan Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius, saat memberikan Studium Generale (kuliah umum) dengan tema 'Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Remaja dan Kampus' di Gedung Graha Cendekia, Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Rabu (14/2).
Menurutnya, untuk menghadapi tantangan itu generasi muda, mahasiswa, terutama taruna Akpol, harus memiliki rasa nasionalisme dan keteladanan yang tinggi, agar mampu menjawab tantangan itu. Suhardi mengaku beberapa waktu lalu juga mengisi kuliah umum di depan 4500 mahasiswa ITB di Bandung.
-
Kenapa kejahatan siber di Indonesia sangat berbahaya? Kejahatan siber dengan berbagai bentuk dan tingkat kompleksitasnya, menjadi ancaman serius bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara secara keseluruhan.
-
Kenapa terorisme jadi ancaman besar untuk Indonesia Emas 2045? Sebagai negara kepulauan dengan keberagaman budaya dan agama, Indonesia memiliki potensi besar menjadi negara maju dan sejahtera. Namun, ancaman manifes dan laten tidak bisa dielakkan, seperti bibit intoleransi dan radikalisme pada aksi terorisme.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Bagaimana teknologi informasi berkembang di Indonesia? Sejak diperkenalkannya radio, teknologi informasi terus mengalami perkembangan pesat yang mempengaruhi peradaban masyarakat informasi di Indonesia. Kemudian, dengan berkembangnya internet, teknologi informasi semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
"Sekarang 1.200 taruna Akpol. Mereka adalah calon penerus bangsa dan aparat yang akan melayani dan mengayomi masyarakat. Karena itu perspektif pencegahan radikalisme dan terorisme harus kita samakan sebagai eksistensi. Merekalah yang nanti akan berada di garda terdepan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat," kata Suhardi dalam keterangannya.
Pada kesempatan itu, mantan Kabareskrim Polri ini juga memberikan tips bagaimana mengidentifikasi radikalisme dari tahap awal sampai tahap terjadinya aksi radikalisme itu. Salah satunya, adalah contoh returnees (WNI yang kembali dari Suriah setelah bergabung dengan ISIS).
"Mereka (returnees) ini yang kita hadapi. Ingat mindset mereka sudah sangat berubah. Meski masih anak-anak tapi mereka sangat keras sehingga cara menghadapinya tidak bisa main-main," terang Suhardi.
Selain itu, Suhardi juga membagikan pengalamannya sebagai anggota Polri, tidak hanya pengalaman akademik, tapi juga pengalaman lapangan. Menurutnya, apa yang didapat para taruna Akpol di akademi ini hanya sekian persen, sementara belantara kehidupan nantinya setelah lulus terbentang luas.
"Kita harapkan dengan penambahan wawasan kebangsaan ini, para taruna nantinya bisa menjadi aparat yang baik dan amanah," tutur mantan Sestama Lemhanas ini.
Suhardi menambahkan bahwa tugas polisi adalah menangani 'limbah' di masyarakat. Ada orang berideologi radikal dan bikin aneh-aneh jadi urusan polisi. Begitu juga politik, bila ada apa-apa polisi yang harus turun, juga ekonomi, penyimpangan lainnya, semua harus ditangani polisi.
Suhardi khawatir bila para taruna ini tidak dibekali dan disiapkan tentang pemahaman penanggulangan terorisme, nasionalisme, dan keteladanan, justru mereka akan malah larut dalam 'limbah' yang ditangani. Contohnya salah satu mantan teroris Sofyan Tsauri adalah mantan anak buahnya saat menjadi Kapolres Depok. Ia terpapar saat mendapat tugas ke Aceh.
"Idealisme, nasionalisme, dan keteladanan itu harus terus dipegang teguh. Idealisme seperti yang didapat di pendidikan karena tantangan kita depan akan sangat berat," tutur Suhardi.
Mantan Kapolda Jabar ini berharap paparannya bisa memberikan pencerahan yang jelas tentang bahaya radikalisme dan terorisme sehingga bibit yang mungkin memiliki penyimpangan bisa diluruskan secara dini. Selain itu, juga bisa memberikan resilience (daya tangkal) bagi masyarakat, khususnya generasi muda terhadap nilai luar yang tidak sepaham dengan bangsa Indonesia.
Selain itu, Suhardi juga memaparkan cara mengidentifikasi cara-cara masuknya paham radikal dan terorisme di kampus yang mempengaruhi mahasiswa. Juga diberikan pemahaman perkembangan global dan bagaimana cara menanggulangi paham radikal dan terorisme tersebut.
Ia berharap generasi muda dan mahasiswa, terutama taruna Akpol sebagai agen perubahan mampu memberikan pemahaman yang baik ditengah-tengah masyarakat. "Dengan demikian masyarakat bisa memfilter dan memilah-milah informasi yang mana yang baik dan buruk," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaJenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaSri Yunanto mengingatkan kepada seluruh pihak bahwa pergerakan kelompok pro-khilafah masih tetap eksis di Indonesia.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca Selengkapnya