Di Makassar, Ancaman Virus PMK Tidak Bikin Penjualan Sapi Menurun
Merdeka.com - Ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK) ternyata tidak mempengaruhi penjualan hewan kurban di Makassar. Bahkan penjual hewan kurban mulai mengalami peningkatan penjualan.
Penjual hewan kurban di Tamangapa, H Kallu mengatakan adanya wabah PMK pada hewan kurban tidak terlalu mempengaruhi penjualan. Hingga saat ini, dirinya sudah menjual 100 sapi.
"Hampir ji sama (penjualan) tahun lalu. Mudah-mudahan tahun ini naik sedikit, karena masih bisa menjual sampai tanggal 9 (Juli)," kata Kallu kepada wartawan, Senin (4/7).
-
Bagaimana penjual kambing kurban menarik pembeli? Untuk menarik minat konsumen, sejumlah cara pun dilakukan mulai dari pengiriman ke lokasi pemesan, sampai menggratiskan ongkos kirim dengan minimal pembelian di atas 15 ekor.
-
Harga kambing kurban naik berapa? Untuk harga sendiri, terjadi kenaikan di wilayah Kabupaten Bandung, berkisar Rp300-Rp500 ribu per ekornya.
-
Kenapa harga kambing kurban naik? Kenaikan ini terjadi seiring meningkatnya permintaan pasar.
-
Bagaimana hukum menjual daging kurban untuk penerima? Apabila penerima merasa bahwa mereka tidak membutuhkan seluruh daging yang mereka terima, mereka diperbolehkan menjualnya dan menggunakan hasil penjualan tersebut untuk keperluan mereka yang lain.
-
Siapa yang boleh menjual daging kurban? Hukum menjual daging kurban bagi penerima berdasarkan fatwa ulama diperbolehkan.
-
Kenapa hewan kurban di Sleman aman? Dari hasil pemantauan tersebut, Danang menjamin bahwa ketersediaan hewan kurban akan tercukupi.
Ia menambahkan untuk harga hewan kurban, khususnya sapi juga tidak mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu. Ia membeberkan harga sapi dirinya jual mulai Rp12 sampai Rp25 juta.
"Sama (harganya) yang dijual tahun kemarin. Harganya naik sedikit, tapi kisaran ada Rp11 juta, ada juga Rp12 sampai Rp25 juta yang (sapi) besar," tuturnya.
Meski demikian, akibat virus PMK pembeli hewan kurban selalu mempertanyakan sertifikat kesehatan. Olehnya itu, ia bersyukur ada dari Dinas Pertanian dan Peternakan (DP2) Makassar.
"Pembeli na cari sertifikat kesehatan. Jadi terima kasih dari Dinas sudah periksa sapi ku, sehingga ada surat kesehatannya," tuturnya.
Sementara itu, Kepala DP2 Makassar, Evi Apriliaty mengaku pihaknya sudah mengerahkan 150 tim pemeriksa hewan kurban yang di antaranya 30 orang dokter untuk mencegah adanya PMK. Dia menegaskan tim tersebut melakukan pemeriksaan antemortem hewan kurban yang dijual oleh sejumlah pedagang.
"Hari ini kita lakukan pemeriksaan hewan kurban yang dijual di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala. Kami melakukan pemeriksaan dari luar yaitu antemortem secara fisik hewan, kita sudah lihat dan periksa gigi, kulit, (mampu) berdiri, mata dalam kondisi sehat," ujarnya.
Setelah melakukan pemeriksaan, Evi mengungkapkan sampai saat ini belum ditemukan sapi dan hewan kurban lainnya yang terpapar virus PMK. Ia mengaku mengerahkan Mobile Lab Care untuk memeriksa secara cepat kondisi kesehatan hewan kurban yang dijual.
"Saat ini belum ada (ditemukan) penyakit. Semoga Sulsel dan khususnya Makassar tidak ada hewan kurban terjangkit penyakit," kata dia.
Ia mengaku hewan kurban yang dijual di Makassar berasal dari sejumlah daerah di Sulsel seperti Kabupaten Bone, Sinjai, dan Soppeng. Ia yakin Dinas Peternakan di kabupaten tersebut sudah secara ketat memeriksa hewan kurban sebelum dikirim ke Makassar.
"Dinas Peternakan di kabupaten juga mawas dengan adanya wabah ini. Apalagi Bapak Gubernur Sulsel juga sudah memerintahkan untuk selalu waspada akan virus (PMK)," tegasnya.
Ia mengaku saat ini instansinya masih melakukan pendataan jumlah hewan kurban yang masuk di Kota Makassar. Tetapi jika berdasarkan tahun 2021, setidaknya kebutuhan hewan kurban di Makassar mencapai 5 ribu ekor.
"Apalagi tahun ini ekonomi masyarakat mulai mengalami perbaikan jika dibandingkan tahun lalu. Jika sebelumnya mampu memesan cuma 80 ekor, sekarang bisa 150 ekor," ucapnya.
Ketua Tim Pemeriksa Manggala dan Panakkukang DP2 Makassar, drh Ridwan Gaffar mengatakan pihaknya melakukan pemeriksaan antemortem terhadap hewan kurban, khususnya sapi. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari apakah ada tanda-tanda mencurigakan penyakit Zoonosis, khususnya PMK.
"Kita periksa apakah hewan kurban ini bisa berdiri, berjalan, tidak pincang. Terus kita periksa juga lubang hidungnya, telinga dan anus," tuturnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Ridwan mengaku belum menemukan tanda-tanda klinis pada hewan kurban terjangkit PMK.
"Dari kita periksa tidak ada kerusakan lidah, gusi, mulutnya dan kukunya. Alhamdulillah sampai saat ini penyebaran khusus Makassar belum terlihat adanya tanda-tanda PMK," tegasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Petugas membawa beberapa alat untuk mengecek kondisi daging yang dijual oleh pedagang.
Baca SelengkapnyaPenyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak menjadi ancaman bagi para peternak. Rupanya, penyakit itu bisa diobati dengan tanaman kangkung.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga harus memastikan lapak tersebut memiliki surat - surat yang lengkap, surat pernyataan kesehatan yang legal.
Baca SelengkapnyaKambing ras Etawa Senduro, Kali Gesing dan Jawa Randu banyak diburu pedagang bahkan sampai langsung ke lokasi peternakan.
Baca SelengkapnyaPemprov Jateng menemukan hewan kurban terserang penyakit diare dan cacar.
Baca SelengkapnyaKomoditas daging ayam broiler mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaPara penjual mengaku mengalami peningkatan penjualan hingga 70 persen.
Baca SelengkapnyaJelang, Iduladha, penjualan hewan kurban di kawasan Tanah Abang meningkat 100 persen.
Baca SelengkapnyaKambing Iduladha di Parongpong, Kabupaten Bandung.
Baca SelengkapnyaMentan mengatakan, ketersediaan hewan kurban tahun ini berpotensi surplus hingga mencapai angka 88 ribu ekor.
Baca SelengkapnyaKetersediaan hewan kurban di Jakarta hingga saat ini ada sebanyak 800 ekor sapi dan 100 ekor kambing.
Baca SelengkapnyaStok hewan kurban, sapi dan kambing di Jakarta cukup untuk memenuhi kebutuhan kurban
Baca Selengkapnya