Di penampungan, warga eks Gafatar bingung melanjutkan hidup
Merdeka.com - Sebanyak 23 orang eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat tiba di wisma penampungan milik Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi (Disnakersostrans) Purwakarta, Senin (15/2). Mereka menempuh perjalanan hampir sebulan dari Kalimantan dengan melalui jalur laut.
Sebelum kembali ke Purwakarta, rombongan eks Gafatar ini didata dan ditampung terlebih dulu di Jakarta bersama eks Gafatar daerah lainnya. "Hari ini mereka tiba ke Purwakarta," ujar Kabid Sosial Disnakersostrans Purwakarta Yana Mulyana kepada Wartawan.
Namun Yana belum bisa memastikan berapa lama eks Gafatar akan ditampung. "Kami masih menanti arahan dari Pak Bupati. Bagaimana kelanjutan hidup eks Gafatar ini, belum tahu," ujar Yana.
-
Kapan estimasi diperlukan? Dalam sebuah penyusunan rencana atau strategi, selalu dibutuhkan estimasi untuk memperkirakan risiko yang dapat terjadi.
-
Kapan Pertamina Patra Niaga selesaikan tugasnya? Berakhir pada 8 Januari 2024, Pertamina Patra Niaga telah menyelesaikan tugas penyaluran energi bagi masyarakat dengan maksimal sepanjang periode Satgas Nataru.
-
Kapan air mancur di Purwakarta dijadwalkan akan dimulai? Pemerintah Kabupaten Purwakarta siap menggelar pertunjukan air mancur menari di kawasan kolam Taman Sri Baduga, Jalan K.K Singawinata, Nagri Kidul pada Sabtu (5/8).
-
Kapan proyek ini akan berlangsung? Proyek tersebut bertujuan untuk menyempurnakan dan memperkuat sistem dan kebijakan K3 di Indonesia dalam bentuk technical assistance atau bantuan teknis dari pihak KOSHA, dan akan berlangsung selama 3 tahun, yakni dari tahun 2024 sampai tahun 2026.
-
Kapan utang Kementan ke vendor belum dibayarkan? 'Kalau ada catatan versi saya, sudah saya kirimkan. Per hari ini itu sisanya 1,6 sekian miliar lagi yang belum selesai,' pungkas saksi.
-
Kapan 'detik kabisat' berikutnya dijadwalkan? Selama tiga dekade terakhir, beberapa detik telah ditambahkan ke jam global dan tambahan berikutnya dijadwalkan di 2026.
Warga eks Gafatar pun khawatir, setelah pulang ke kampung halaman di Purwakarta mereka kebingungan melanjutkan hidupnya. "Pemerintah pastinya sudah punya solusi saat membubarkan ormas ini. Kami meminta pemerintah memerhatikan keberlangsungan hidup kami selanjutnya," ujar Wildan.
Wildan menceritakan, selama dua tahun hidup di Kalimantan, mereka nyaman dan tentram. Bahkan memiliki penghasilan dari bertani. "Sehari penghasilan Rp 400.000 dari usaha bertani terong," ungkap ayah empat anak itu.
Abdul Rahman menambahkan, selain tempat tinggal, warga eks Gafatar juga meminta pemerintah memberikan perlindungan keamanan dan modal usaha. "Karena kami datang lagi ke sini tidak punya apa-apa," ucap Wildan. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 101 pencari suaka asal Afghanistan, Irak dan Pakistan masih bertahan di gedung tersebut.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui di mana para pengungsi ini akan ditampung.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca SelengkapnyaKisah pilu seorang lansia bernama Guritno (70) ditemui di kawasan Kabupaten Bandung.
Baca SelengkapnyaGempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Baca SelengkapnyaSebelumnya Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi perencana membangun rusun baru untuk menampung warga eks Kampung Bayam
Baca Selengkapnyaolisi mendapatkan lima Rohingya tersebut masih di kawasan Tanjung Pura dan langsung membawa ke penampungan kembali.
Baca Selengkapnya