Dibunuh ayah, Putri batal kibarkan Merah Putih di Hari Kemerdekaan
Merdeka.com - Salah satu korban tewas pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Abdullah (50) adalah Putri Saridevi (16) yang baru memasuki bangku SMA. Karena tangan panas ayahnya yang penuh amarah, bocah cantik nan tinggi semampai itu meregang nyawa akibat tebasan golok bertubi-tubi.
Putri Saridevi (16) baru tercatat masuk Kelas 10 IPS 3 SMAN 1 Tumpang. Bahkan teman sekelasnya belum ingat betul dengan wajahnya. Karena sejak awal masuk, Putri menjadi salah satu calon pasukan pengibar bendera di Hari Kemerdekaan (Paskibraka) nanti. Putri harus mengikuti latihan setiap hari, sehingga tidak harus masuk sekolah.
"Saya belum mengenalnya, karena Putri ikut Paskibra, tapi sebagian teman sudah kenal, katanya tinggi dan cantik. Karena itu dipilih ikut Paskibra" kata Andri Kusuma Wardhana, teman satu kelasnya saat berkunjung ke rumah almarhumah, Selasa (4/8) kemarin.
-
Apa reaksi ayah terhadap putri nya? Dia langsung mencium kening putrinya. 'Dia langsung mendekati anaknya kemudian mencium keningnya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Bagaimana reaksi sang putri terhadap ayahnya? Beberapa kali, sang putri membalas pertanyaan sang ayah dengan gerakan menggeleng. Beberapa kali, gadis tersebut nampak menghapus air mata sembari mengusap wajah sang ayah.
-
Kenapa anak korban merasa sedih? 'Ma? Cepet banget perginya? Yeyen Nakal ya? Yeyen minta maaf ya ma sudah jadi anak yang kurang baik. Mama enggak perlu mikirin Yen lagi ya, di sini Yen baik. Mama baik di sana ya, Yen sayang banget sama mama,' tutur dia.
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
-
Siapa saja yang tewas di keluarga Malang? Dua orang korban meninggal dunia yakni ibu, Sulikhah (35) dan anak kedua ARE (13) diduga meminum racun obat nyamuk cair. Sementara Wahaf Efendi (38) memotong urat nadi tangan kiri dan meninggal dunia saat dalam upaya penanganan di rumah sakit.
-
Siapa yang mengorbankan anak-anak? Gundukan berukuran 60 x 20 meter itu berisi 76 anak-anak dan dua orang dewasa yang dikorbankan itu berkaitan dengan peradaban Suku Chimu, peradaban yang dikenal karena karya seni dan tekstilnya dari abad ke-12 hingga abad ke 15.
Puluhan teman sekelas Putri datang menghaturkan rasa bela sungkawa ke ke rumah duka. Putri bersama ibunya, Wiwik Halimah menjadi korban pembunuhan oleh ayahnya. Mayat mereka dibakar dalam sebuah kamar, sebelum sang ayah berusaha bunuh diri.
Mereka ingin tahu kabar teman yang baru dikenal yang kini tertimpa musibah. Selama di lokasi, didampingi seorang guru mengamati kaca jendela pecah dan pintu rusak bekas dibobol warga.
Gambaran sosok Putri banyak terungkap dari luapan kemarahan warga atas ulah Abdullah. Mereka tidak rela remaja yang baru tumbuh itu dibunuh secara keji oleh ayah kandungnya.
"Bapak goblok, bocah ayune koyok ngono kok dipateni, sak ke yo Putri, bocae dhukur (anak cantiknya seperti itu kok dibunuh. Kasihan Putri, anaknya tinggi, cantik)," kata warga yang sedang bergerombol tepat di depan rumah Putri.
"Sakjane pegatan ae gak opo, timbangane mateni anak lan bojo (Sebenarnya cerai saja dari pada membunuh anak dan istri)," sahut warga yang lain.
Putri baru saja menjalani Masa Orientasi Sekolah (MOS) yang ditutup dengan kegiatan Persami (Perkemahan Sabtu-Minggu). Beberapa orang mengenal secara akrab saat kegiatan MOS dan Persami.
"Saya satu tenda dengan Putri saat Persami. Dia orangnya lucu dan selalu ceria," Betha Widia asal Tumpang.
Widia menjadi teman dekat dengan almarhumah dan sempat saling bertukar PIN BBM. Widia juga memiliki gambar putri selama masih hidup. Widia pun menunjukkan status BBM terakhir Putri yang menunjukkan ungkapan keceriaannya. "Pacar emang gak punya, tapi yang bikin bahagia ada aja," demikian status BMM-nya.
"Pokoknya dia dia menyenangkan. Dia juga pernah cerita kalau pernah menjadi anggota OSIS saat masih di MTS," katanya.
Kendati singkat, pertemanan itu menjadi kenangan bagi Bertha dan teman-temannya. Semua tidak menyangka begitu singkat persahabatan yang terjalin. Mereka pun belum tahu siapa yang akan mengantikan Putri mengibarkan Sang Merah Putih nanti.
Semua berharap Putri menjadi korban terakhir kekerasan ayah kepada anak. Semua juga berharap Wiwik Halimah, menjadi perempuan terakhir yang menjadi korban kekerasan oleh suami sendiri.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Momen yang diabadikan oleh pemilik akun TikTok @g.sunardhie ini sontak mencuri perhatian publik.
Baca SelengkapnyaKasus ini terungkap setelah ayah kandung korban mencari anaknya.
Baca SelengkapnyaWanita ini ceritakan momen terakhir bersama sang ayah yang meninggal usai saksikan akad nikahnya.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita sedih seorang wanita ditinggal wafat sang ayah tepat di hari wisudanya.
Baca SelengkapnyaIa dengan tegar dan penuh perasaan bangga mengembangkan sebuah banner besar yang didedikasikan untuk ayahnya yang telah meninggal dunia
Baca SelengkapnyaAde Irma menjadi perisai yang melindungi tubuh sang Ayah dari bidikan pasukan.
Baca SelengkapnyaIbu korban menangis tiada henti saat mengantarkan empat peti jenazah anaknya ke TPU Perigi, Sawangan, Depok.
Baca SelengkapnyaPria ini mengungkapkan daripada mencari ibu baru, anaknya lebih butuh sosok ayah. Ia pun bertekad tak ingin menikah lagi.
Baca SelengkapnyaPolisi menemukan tulisan tangan di cermin dalam kamar yang menjadi lokasi penemuan tiga orang sekeluarga yang diduga bunuh diri bersama di Malang, Selasa (12/12
Baca SelengkapnyaPolisi beri kesempatan tersangka berpamitan ke anaknya. Momen manis saat berpamitan ini bikin haru.
Baca SelengkapnyaSejak kedua orangtuanya berpisah, ia memutuskan untuk tinggal bersama ayah. Mereka hidup bahagia hingga akhirnya terpisah karena hal memilukan.
Baca Selengkapnya